Renungan Harian Virtue Notes, 8 Nopember 2011
Perjalanan Waktu
Bacaan: Pengkhotbah 3: 1-8
3:1. Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.
3:2 Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;
3:3 ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun;
3:4 ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari;
3:5 ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk;
3:6 ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang;
3:7 ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara;
3:8 ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai.
Pengkhotbah mengingatkan bahwa segala sesuatu ada waktunya. Tetapi sekalipun puisi ini terdengar indah, dalam tulisan di bahasa aslinya, yang ditekankan penulisnya adalah, hidup ini monoton, penuh rutinitas yang membosankan. Jika kita terjebak dalam rutinitas dan membiarkannya berlalu begitu saja, kita mudah lupa bahwa perjalanan waktu tak bisa dicegah dalam hidup ini. Jebakan rutinitas inilah yang membuat orang meremehkan realitas perjalanan waktu, sehingga lupa bahwa dirinya adalah makhluk kekal. Manusia disibukkan oleh rutinitas sehingga tidak berjaga-jaga menyongsong kekekalannya.
Sesungguhnya perjalanan waktu ini sesuatu yang pasti dan sedang berlangsung. Perjalanan waktu ini didendangkan oleh detak jantung atau denyut nadi kita, juga diiringi oleh detak-detak jam tangan dan jam dinding kita. Seharusnya setiap kali kita merasakan detak jantung dan denyut nadi, kita diingatkan bahwa kita ada dalam perjalanan waktu. Setiap kali kita mendengar detak jam kita, kita diingatkan bawa kita sedang ada dalam pengembaraan waktu yang akan berakhir. Sebagaimana baterai jam dinding yang akan habis suatu saat sehingga tidak akan mampu memutar jarum jam lagi, demikian pula suatu ketika organ tubuh manusia tidak akan mampu memutar jarum kehidupannya.
Harus diingat bahwa ini suatu hal yang pasti. Mari sesekali kita renungkan realitas ini dengan mengunjungi tempat-tempat masa kecil kita, Kita akan menyadari betapa cepatnya waktu ini berlalu. Rasanya baru kemarin kita masih bermain-main di suatu tempat, sekarang tempat itu sudah sangat jauh berubah. Ditambah lagi orang-orang yang dahulu kita kenal, sekarang sudah tinggal batu nisan. Coba amati foto-foto kenangan waktu kita masih kecil. Tak disangka, tiba-tiba rambut kita sudah beruban. Begitu cepat waktu ini berlalu. Berjalan terus tanpa kompromi. Tidak ada seorang yang dapat menghentikannya.
Perjalanan waktu itu tidak menjadi masalah, kalau tidak ada ujungnya. Jika ada ujungnya pun tidak menjadi masalah, kalau tidak ada pertanggungjawaban. Namun Ternyata perjalanan waktu kita ada ujungnya, dan di ujungnya itu ada pertanggungjawaban. Firman Tuhan menyatakan bahwa kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat (2Kor. 5:10). Maka betapa pentingnya mengisi perjalanan hidup ini dengan bijak agar kita dapat memperoleh upah yang sepatutnya di hadapan takhta pengadilan Kristus.
Karena di ujung perjalanan waktu kita ada pertanggungjawaban, mari belajar hidup dengan bijak.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar