Renungan Harian Virtue Notes, 9 Nopember 2011
Percaya Kepada Yang Tidak Kelihatan
Bacaan: Lukas 16: 19-24
16:19. "Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan.
16:20 Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu,
16:21 dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya.
16:22 Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham.
16:23 Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya.
16:24 Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.
Apakah orang kaya di kisah dalam bacaan kita hari ini menyadari betapa dahsyatnya akibat kelalaiannya selama ia hidup di dunia ini? Tentu tidak; buktinya dalam ay. 19, dikatakan bahwa ia selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan bersukaria dalam kemewahan setiap hari. Ia tidak memedulikan Lazarus yang miskin, yang ada di dekat ambang pintu rumahnya. Hasilnya, ia masuk dalam keadaan yang tak terduga dahsyatnya sebelumnya, yaitu terpisah dari hadirat Allah selama-lamanya. Inilah yang namanya kebinasaan, atau kematian kedua.
Si orang kaya tadi meremehkan realitas perjalanan waktu, seperti seorang murid sekolah yang menyia-nyiakan waktu yang tersedia untuk belajar akhirnya gagal dalam ujian akhir nasional. Ia menanggung malu, harga dirinya jatuh, dan hati orang tuanya terluka.
Bagi orang kaya tersebut, yang terpenting adalah apa yang kelihatan, yaitu kenikmatan duniawi. Ia tidak memperhatikan kehidupan setelah kematian, dengan kata lain sesungguhnya ia tidak percaya tentang apa yang sekarang tidak dilihatnya. Memang sulit untuk memercayai apa yang sekarang tidak kita lihat, tetapi sebagai orang percaya, kita harus belajar untuk memperhatikan apa yang tidak kelihatan, sebab yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tidak kelihatan adalah kekal (2Kor 4:18).
Maksud Firman, yang terpenting yang tidak kelihatan sekarang ini adalah hal-hal yang memiliki nilai kekal, yaitu kebersamaan dengan Tuhan di langit baru dan bumi yang baru nanti dalam Kerajaan Bapa di Sorga. Ini harus menjadi obsesi kita di atas segala hal. Hidup ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat. Itulah sebabnya kita harus berusaha agar Allah memberikan perkenanan-Nya kepada kita (2Kor. 5:7–9).
Mari kita selidiki kehidupan kita. Apakah dalam segala tindakan kita, kita hanya memperhatikan dan menginginkan hidup yang kelihatan di dunia ini? Seperti rumah mewah, mobil mewah, harta melimpah, dan pasangan yang rupawan? Kalau kita tidak membiasakan diri memperhatikan apa yang tidak kelihatan, maka kita tidak akan pernah mampu memperhatikannya. Mendahulukan Kerajaan Surga dan kebenarannya berarti memprioritaskan apa yang tidak kelihatan itu. Jika kita mengasuransikan milik kita agar ada jaminan atasnya, mengapa kita tidak membiasakan diri mencari jaminan untuk hari esok di balik kubur? Mengapa kita tidak mempersiapkan diri agar terjamin di kekekalan nanti?
Hal-hal yang tidak kelihatan namun bernilai kekal harus menjadi obsesi di atas segala hal yang kelihatan.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar