RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

Kenyamanan Yang Membinasakan

Renungan Harian Virtue Notes, 11 Nopember 2011

Kenyamanan Yang Membinasakan



Bacaan: 1 Korintus 9: 24-27


9:24. Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!

9:25 Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.

9:26 Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul.

9:27 Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.



Bahaya besar jika kita membiarkan diri kita terbuai dalam zona kenyamanan rohani, sehingga lupa untuk mencari dan menemukan Tuhan secara benar. Hati-hati jika kita merasa bahwa diri kita sudah bijaksana, cukup umur, memiliki banyak pengalaman dan prestasi kehidupan, apalagi kalau ditambah banyak uang. Kenyamanan seperti ini dapat membutakan kita terhadap kebenaran yang murni. Kebijaksanaan yang kita rasakan ini malah membuat kedewasaan iman kita miskin, sehingga Allah menyembunyikan hikmat-Nya (Mat 11:25).


Itulah sebabnya Tuhan Yesus menuntut agar orang-orang yang mengikut Dia melepaskan segala sesuatu dan mengikut Dia (Mat 19:21). Orang-orang yang merasa dirinya sudah mapan cenderung terjebak dalam keangkuhan terselubung, sehingga tanpa merendahkan diri dan melepaskan segala keterikatan, nilai diri yang dimilikinya akan menjebak mereka menjadi orang-orang yang tidak bertumbuh menuju kedewasaan iman dalam Tuhan. Mereka tidak bertumbuh dalam karakter Kristus yang seharusnya makin melekat dan muncul dalam kehidupan mereka, sehingga akhirnya mereka jatuh dan binasa.


Jangan hanya menganggap bahaya kenyamanan ini hanya membayangi orang-orang awam. Rohaniwan gereja seperti pendeta, majelis dan aktivis yang merasa sudah memiliki standar kerohanian yang baik juga bisa dibutakan oleh kedudukan dan jabatan gerejawi yang melekat dalam diri mereka. Mereka menganggap dirinya sudah menjadi orang Kristen yang tidak tercela, namun standarnya hanyalah kehidupan keberagamaan, bukan mencapai target yang dicanangkan Bapa.


Orang-orang ini bagaikan petinju yang naik ring tetapi tidak ingin menang, sehingga bertinju sembarangan; atau pelari yang ikut perlombaan, tetapi larinya santai-santai saja seperti tidak ada yang dikejarnya. Kalau diibaratkan sebagai pembalap mobil, ia merasa hanya perlu mengemudi dengan kecepatan yang sedang-sedang saja, tidak perlu mempercepat lajunya. Baginya kalau kecepatan ditingkatkan, menyusahkan dirinya, dan perjalanan menjadi kurang menyenangkan. Tidak ada yang dikejar; kalau santai-santai saja, ia bisa melakukan banyak hal dan berhenti beristirahat sesukanya. Ia tidak menyadari bahwa perjalanannya bisa diakhiri setiap saat, ada sasaran atau target yang harus dicapai, yaitu tiba di tujuan pada waktu yang ditentukan. Jika ia sadar, maka ia tidak akan santai. Ia akan berfokus kepada tujuannya, dan menggunakan strategi, seperti petinju yang cerdas.



Tinggalkan zona kenyamanan rohani dan berfokuslah kepada tujuan yang ditentukan Allah.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.


Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger