Renungan Harian Virtue Notes, 23 Nopember 2011
Pengalaman Menjadi Anak-anak Allah
Bacaan: Matius 5: 45
5:45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak
Banyak orang merasa Tuhan sudah mengasihi-Nya lebih dari orang lain, karena mereka merasa mengalami pengalaman istimewa dengan Tuhan, seperti kesembuhan, memperoleh jodoh, pekerjaan, dan sebagainya. Sekalipun itu bisa merupakan pengaturan dari Tuhan, tetapi kita perlu sadar bahwa tidak perlu demikian barulah kita merasakan bukti kehadiran Tuhan dalam hidup kita.
Kalau kita melihat di media, mata kita akan tercelik bahwa yang namanya mukjizat itu bukan eksklusif milik orang Kristen, Orang beragama lain bisa mengalami fenomena keajaiban yang menakjubkan dengan allah mereka. Ini bisa menimbulkan pertanyaan, apakah Allah kita yang benar juga memberikan mukjizat-Nya kepada orang yang tidak percaya kepada Yesus? Atau apakah mukjizat juga bisa dilakukan oleh Iblis? Kalau demikian tentu implikasinya adalah bahwa mukjizat yang dialami oleh orang Kristen juga bisa didapatkannya dari Iblis. Ini berarti pengalaman subjektif seperti ini sebetulnya tidak bisa dijadikan bukti bahwa seseorang sudah mengalami pertemuan dengan Tuhan.
Satu hal yang tidak disadari dan diakui oleh banyak orang Kristen, bahwa Tuhan pun memelihara mereka yang tidak mengenal Tuhan Yesus Kristus. Sebagaimana Tuhan memberi matahari, hujan dan segala fasilitas kehidupan, Tuhan pun juga memelihara mereka dengan cara-cara yang ajaib. Tuhan tetap bertanggung jawab atas ciptaan-Nya, namun pengalaman menjadi anak-anak Allah dan dibentuk untuk menjadi seperti diri-Nya hanya dialami oleh umat pilihan. Karena itu tanda bahwa kita sungguh-sungguh sudah mengalami Tuhan. Pengalaman-pengalaman proses pembentukan sebagai umat pilihan inilah yang sangat khusus dan istimewa yang memberi tanda bahwa ia benar-benar mengalami pertemuan dengan Tuhan.
Kita tidak perlu meragukan bahwa Tuhan memang mengasihi kita. Karena itu mengasihi Tuhan harus dimulai dari diri sendiri, dengan menetapkan hati untuk mengasihi-Nya. Ini suatu benih yang menjadi cikal bakal untuk sebuah bangunan cinta yang bisa tak terbatas besarnya. Supaya benih ini bertumbuh, harus mendapat siraman air dan segala pupuk untuk pertumbuhannya. Siraman ini adalah Firman-Nya. Kemudian dalam pertumbuhannya, kita akan melihat bahwa dalam segala hal yang kita alami—yang menyenangkan maupun menyakitkan—jamahan Tuhan memang nyata dalam membentuk kita. Kita mengalami-Nya bukan dalam sekadar pengalaman emosional, melainkan pengalaman rohani yang membuat kita memiliki kesaksian dalam hidup ini bahwa kita memang mengenal-Nya.
Kita mengalami perjumpaan dengan Tuhan dalam proses pembentukan karakter menjadi semakin serupa dengan Kristus.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar