RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

Tipu Daya Kekayaan

Renungan Harian Virtue Notes, 27 Juni 2010
Tipu Daya Kekayaan

Bacaan : Matius 13 : 7, 22; 1 Timotius 6 : 9–10


Matius 13 : 7, 22
13:7 Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati.

13:22 Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.

1 Timotius 6 : 9–10
6:9 Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.
6:10 Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.


Selain kekhawatiran, TUHAN Yesus menjelaskan bahwa semak duri adalah tipu daya kekayaan. Mengapa kekayaan dianggap semak duri? Dalam 1Tim. 6:9–10 dijelaskan bahwa karena ingin kaya, orang akan menghalalkan segala cara, tidak tulus, dan penuh kepentingan sendiri.

Jadi tipu daya kekayaan merupakan semak duri, sebab hasrat ingin kaya sangat efektif untuk menggeser fokus kita dari pencarian Firman kepada hal-hal duniawi.

Tipu daya kekayaan sejajar dengan semak duri yang dikatakan bertumbuh tinggi, sebab pola pikir bahwa jadi orang kaya itu enak, menyenangkan dan patut dipertahankan adalah pola pikir yang bertumbuh. Contohnya, seorang anak yang belum pernah ke Dunia Fantasi (Dufan) di Jakarta dan sangat ingin ke sana, akan memimpikan Dufan dan bahkan tidak bisa tidur apabila keesokan harinya ia akan pergi ke sana. Bila ia sakit, ia akan berusaha sembuh. Bila ia dijanjikan orang tuanya pergi ke Dufan jika nilai ulangannya bagus, padahal selama ini nilai ulangannya jelek, ia akan berusaha keras untuk bernilai tinggi atau ‘terlihat’ bernilai tinggi. Dan ketika sudah pernah ke Dufan, anak tersebut masih ingin pergi lagi, sebab ia belum puas dengan wahana-wahana di sana. Kemudian dia akan minta ke Taman Mini, Taman Safari, Pulau Sentosa di Singapura, bahkan Disneyland untuk mengulang kenikmatan yang dia rasakan di Dufan.

Ketika kita ganti Dufan dengan gaji besar, mobil mewah, rumah megah, istri cantik, fasilitas bintang lima dan kehidupan lainnya, itu semua adalah tipu daya, sebab kenikmatannya tidak pernah memuaskan; harus diulangi dan ditambah. Karena otak kita adalah otak manusia abad ke-21, maka cukup canggihlah kita untuk berlindung di balik semua pembenaran agar tidak dianggap salah. Namun sebenarnya itu masih berkaitan langsung dengan warisan pola pikir nenek moyang kita.

Lalu apa masalahnya sehingga ini menyebabkan kebenaran tidak berbuah? Ini suatu kondisi yang lama-lama menyedot seluruh perhatian kita, sampai kita sudah tidak mampu lagi berpikir sesuai Firman bahwa penyelenggaraan hidup yang tidak sesuai kehendak TUHAN adalah kejijikan bagi-NYA, dan bahwa kekayaan dan fasilitas hidup adalah kesia-siaan apabila kita tidak mau diubah oleh kebenaran Injil.

Jadi berhati-hatilah, karena sekalipun kita tetap ke gereja dan mengaku Kristen, artinya tetap hidup sebagai tanaman, namun kita bisa tidak berbuah akibat terhimpit dan terbonsai oleh pertumbuhan kekhawatiran dunia dan tipu daya kekayaan. Tanggalkan itu semua dan fokuskan hati kita hanya kepada Kerajaan Surga, agar kita bisa berbuah.

Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger