RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

Menumbukan Kepekaan

Renungan Harian Virtue Notes, 22 Juni 2010
Menumbuhkan Kepekaan

Bacaan : Matius 22 : 37–40


22:37 Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
22:38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
22:39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
22:40 Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."


Selama ini ada sekelompok anak-anak TUHAN yang berurusan dengan TUHAN untuk mengembangkan kepekaan terhadap suara-NYA melalui intelektualitas mereka, sehingga mereka menjadi rasionalis. Sebaliknya, ada kelompok lain yang hanya menekankan emosi dan pengalaman batiniah, sehingga mereka menjadi mistis; maksudnya, mengutamakan hal-hal mistik. Seharusnya, untuk dapat memiliki kepekaan, seorang anak TUHAN tidak boleh ekstrem di kedua sisi tersebut. Kita harus menekankan kedua hal tersebut yaitu hal-hal intelektual dan emosional. Satu hal lain yang sangat penting adalah moral. TUHAN mau berjalan dengan orang yang bermoral baik atau mau bertobat setiap hari.

Dalam persekutuan kita dengan TUHAN, IA hendak melibatkan seluruh eksistensi diri kita: intelektual, emosional, dan moral. Oleh sebab itu kita tidak dapat setengah-setengah dalam berurusan dengan-NYA. Untuk lebih peka mendengar suara TUHAN secara murni, kita harus berpijak pada hukum terutama, yaitu mengasihi TUHAN dengan segenap hidup dan mengasihi sesama seperti diri sendiri.

Oleh sebab itu ada langkah-langkah penting yang harus kita pahami. Pertama, mengaktifkan intelektualitas kita. Artinya, kita menggunakan pikiran untuk menangkap wahyu TUHAN. Yesus mengatakan, kita harus mengasihi ALLAH dengan akal budi kita. Berarti, pikiran harus dioptimalkan menangkap Firman TUHAN.

Kedua, mengaktifkan emosi atau perasaan. ALLAH kita nyata; IA dapat menyentuh perasaan kita. Untuk ini perasaan kita harus belajar menyentuh dan disentuh TUHAN. Tentu kita harus belajar memilah perasaan dengan bijak, supaya membedakan manakah yang rohani dan jiwani semata-mata. Rohani maksudnya kita benar-benar merasakan kehadiran TUHAN, bukan sebuah ledakan perasaan yang akhirnya malah membuat kita buta terhadap kehadiran TUHAN. Bukankah Alkitab berkata, “Kasihilah TUHAN ALLAH mu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu?”

Ketiga, kita harus bertindak untuk hidup dalam kekudusan. Orang tidak dapat bersekutu dengan TUHAN apabila hidupnya cemar. Kita memang sering tercemari oleh dunia sekitar, sadar atau tidak. Tetapi kita harus bertobat setiap saat. Dari pertobatan tersebut kita bertumbuh dalam kedewasaan termasuk ketulusan hati, kejujuran, dan moral yang unggul. Di sini kita menyiapkan fasilitas untuk dapat menangkap suara TUHAN (Mat. 5:8). Dengan usaha pergumulan dari menit ke menit, niscaya kita dapat menumbuhkan kepekaan kita terhadap suara-NYA.

Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger