RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

Kekhawatiran Dunia

Renungan Harian Virtue Notes, 26 Juni 2010
Kekhawatiran Dunia

Bacaan : Matius 13 : 7, 22; 1 Petrus 1 : 17–18


Matius 13 : 7, 22
13:7 Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati.

13:22 Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.

1 Petrus 1 : 17–18
1:17 Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.
1:18 Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,


Ketika seorang penabur menabur benih, ada benih yang jatuh di tanah yang ditumbuhi semak duri. Harus kita pahami, bahwa semak duri adalah tanaman juga, berarti ada kehidupan; namun jelas bukan tanaman yang diinginkan TUHAN. Tidak dikatakan bahwa benih yang ditabur ini mati; benih tersebut masih hidup menjadi tanaman, namun tidak berbuah. Padahal penabur menginginkan tanaman tersebut berbuah. TUHAN mengatakan bahwa salah satu yang digambarkan dengan semak duri ialah kekhawatiran dunia. Apakah itu?

Kita hidup didalam suatu pakem yang dijelaskan Rasul Petrus di 1Ptr. 1:17–18, yaitu cara hidup yang diwarisi dari nenek moyang kita. Pakem-pakem yang sudah kita anggap menjadi jalan hidup ini misalnya: secara ekonomi, kita harus memiliki pekerjaan dan penghasilan yang cukup. Secara sosial, kita merasa perlu untuk berteman, bersosialisasi, berpasangan, beranak cucu, serta membangun keluarga dengan baik. Mengenai keamanan hidup, kita perlu mempersiapkan segala sesuatu, seperti tabungan, asuransi dan rencana masa depan. Jika tidak demikian, kita khawatir tidak dapat menyelenggarakan kehidupan dengan wajar dan normal. Kita khawatir akan masa depan kita dan anak cucu kita. Itulah cara hidup yang kita warisi dari leluhur kita. Dengan dalih “sayang anak”, secara tidak langsung mereka mengajarkan bahwa kehidupan harus dibangun dengan penuh kekhawatiran.

Di sini letak kata kunci kekhawatiran dunia adalah seluruh aspek normal penyelenggaraan kehidupan dimana kita menjadi sangat serius, sampai tahap khawatir. Tahap khawatir adalah tahap dimana kita menganggap ini semua adalah hal yang terpenting. Dengan pola pikir seperti demikian, kita sedang menumbuhkan semak duri dalam diri kita. Perlu diketahui bahwa pola pikir ini tidak datang tiba-tiba, namun dari perjalanan hidup kita, pelajaran setiap hari, kesalahan yang kita lakukan, nasihat orang tua dan banyak hal lain, yang membawa kita pada satu kesimpulan bahwa hidup itu berat dan rumit. Dengan kekhawatiran itu, ketika diperhadapkan dengan pilihan untuk mengejar kebenaran Kristus atau menyelenggarakan kehidupan, kita gagal memilih yang benar. Sampai terus dan terus dan kita sudah tidak bisa kembali lagi, alias tidak bisa berbuah.

Untuk mencegah semak duri tumbuh, ingatlah perkataan TUHAN Yesus, “Carilah dulu kerajaan ALLAH dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Jangan kamu khawatir.” (Mat. 6:33–34).Utamakanlah kerajaan ALLAH, dan percayalah bahwa TUHAN tidak akan pernah meninggalkan kita.

Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger