Renungan Harian Virtue Notes, 16 Juni 2010
Menghalau Kutuk Kemiskinan
Bacaan : 1 Samuel 2 : 6–8
2:6 TUHAN mematikan dan menghidupkan, Ia menurunkan ke dalam dunia orang mati dan mengangkat dari sana.
2:7 TUHAN membuat miskin dan membuat kaya; Ia merendahkan, dan meninggikan juga.
2:8 Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu, dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur, untuk mendudukkan dia bersama-sama dengan para bangsawan, dan membuat dia memiliki kursi kehormatan. Sebab TUHAN mempunyai alas bumi; dan di atasnya Ia menaruh daratan.
Tak dapat disangkal, masih terdapat praktik-praktik pelayanan yang menjurus secara langsung maupun tidak langsung pada perusakan pola berpikir orang percaya. Hal ini umumnya terjadi di kelompok Kristen yang terlalu menekankan karunia Roh, mukjizat dan tanda-tanda ajaib dengan tidak proporsional.
Contohnya, seseorang datang ke pendeta karena mengalami kesulitan ekonomi. Dengan mudahnya sang pendeta mengusir “roh kemiskinan atau kutuk kemiskinan”. Dengan pengusiran roh kemiskinan tersebut, seakan-akan orang itu sudah mendapat jalan keluarnya. Untuk mendukung doa ini, digunakan ayat dalam doa Hana (ay. 7), yang dalam syair sebuah lagu dikalimatkan sebagai “TUHAN mengubah miskin dan menjadikan kaya”. Dari ayat ini dibuat seolah-olah dalam kedaulatan-NYA yang mutlak, tanpa alasan apapun TUHAN mengubah orang yang miskin menjadi kaya. Diajarkan bahwa dengan berbekal status sebagai anak TUHAN yang diperbolehkan meminta kepada BAPA dan menggunakan kuasa-NYA, maka kemiskinan dapat dihalau dengan doa secara mudah. Di sini pikiran diarahkan untuk bertindak, bagaimana memengaruhi TUHAN untuk mengubah kemiskinan menjadi kelimpahan materi. Tak ayal, ini sama saja dengan praktik perdukunan atau sugesti ala New Age. Sedikit mengenai New Age, gerakan yang melanda segala sisi kehidupan ini (termasuk Gereja) mengajarkan manusia untuk mengarahkan kehendak bebasnya guna memilih dan melakukan kehendak/keinginannya sendiri -seperti kekayaan, jodoh, kesehatan, dan hal-hal jasmani lainnya- dan bukan kehendak/keinginan ALLAH. Padahal sebagai anak TUHAN adalah bagian kita untuk mengarahkan kehendak bebas kita guna memilih dan melakukan kehendak/keinginan TUHAN.
Pernyataan ini bukan berarti kita tidak percaya terhadap kuasa TUHAN yang mampu membuat orang miskin menjadi kaya. Tetapi hendaknya kita tidak membutakan mata orang dalam memahami arti tanggung jawab dan hukum tabur tuai. TUHAN memang bisa melakukan tindakan-tindakan yang khusus untuk mereka yang dipandang perlu untuk diperlakukan khusus atau istimewa berhubung ketidakdewasaannya atau kebutuhan tanda bahwa TUHAN adalah ALLAH yang hidup. Tetapi bagi orang Kristen yang dewasa atau memang diajar TUHAN untuk dewasa, “pola gampangan” itu tidak akan terjadi. TUHAN tidak gampangan; mukjizat tidak terjadi setiap saat.
Kutuk kemiskinan niscaya akan terhalau, kalau orang percaya bekerja keras, jujur, hemat dan tekun serta hidup dalam kesucian TUHAN. Namun kalau kita melakukan semua itu, fokusnya bukan karena ingin kaya atau ogah miskin; tetapi semata-mata karena kita mengasihi TUHAN, karena memang itulah bagian yang harus kita kerjakan. Tanpa meminta pertolongan TUHAN pun IA selalu menyertai anak-anak-NYA dan menolong dalam bahaya atau ancaman yang terjadi di luar kemampuan kita. Yang perlu kita lakukan adalah berserah sepenuhnya kepada TUHAN. Percaya bahwa keadaan dan situasi sesulit apapun yang terjadi di luar kemampuan kita diijinkan TUHAN untuk kebaikan kita. Ishak berkata kepada Esau yang telah kehilangan kesempatan untuk menikmati berkat kesulungannya, “Tetapi akan terjadi kelak, apabila engkau berusaha sungguh-sungguh, maka engkau akan melemparkan kuk itu dari tengkukmu” (Kej. 27:40). Pesan ini menjadi pelajaran yang berharga bagi kita, bahwa kuk atau beban dapat dihalau dengan usaha yang sungguh-sungguh melalui kerja keras.
Menghalau Kutuk Kemiskinan
Bacaan : 1 Samuel 2 : 6–8
2:6 TUHAN mematikan dan menghidupkan, Ia menurunkan ke dalam dunia orang mati dan mengangkat dari sana.
2:7 TUHAN membuat miskin dan membuat kaya; Ia merendahkan, dan meninggikan juga.
2:8 Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu, dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur, untuk mendudukkan dia bersama-sama dengan para bangsawan, dan membuat dia memiliki kursi kehormatan. Sebab TUHAN mempunyai alas bumi; dan di atasnya Ia menaruh daratan.
Tak dapat disangkal, masih terdapat praktik-praktik pelayanan yang menjurus secara langsung maupun tidak langsung pada perusakan pola berpikir orang percaya. Hal ini umumnya terjadi di kelompok Kristen yang terlalu menekankan karunia Roh, mukjizat dan tanda-tanda ajaib dengan tidak proporsional.
Contohnya, seseorang datang ke pendeta karena mengalami kesulitan ekonomi. Dengan mudahnya sang pendeta mengusir “roh kemiskinan atau kutuk kemiskinan”. Dengan pengusiran roh kemiskinan tersebut, seakan-akan orang itu sudah mendapat jalan keluarnya. Untuk mendukung doa ini, digunakan ayat dalam doa Hana (ay. 7), yang dalam syair sebuah lagu dikalimatkan sebagai “TUHAN mengubah miskin dan menjadikan kaya”. Dari ayat ini dibuat seolah-olah dalam kedaulatan-NYA yang mutlak, tanpa alasan apapun TUHAN mengubah orang yang miskin menjadi kaya. Diajarkan bahwa dengan berbekal status sebagai anak TUHAN yang diperbolehkan meminta kepada BAPA dan menggunakan kuasa-NYA, maka kemiskinan dapat dihalau dengan doa secara mudah. Di sini pikiran diarahkan untuk bertindak, bagaimana memengaruhi TUHAN untuk mengubah kemiskinan menjadi kelimpahan materi. Tak ayal, ini sama saja dengan praktik perdukunan atau sugesti ala New Age. Sedikit mengenai New Age, gerakan yang melanda segala sisi kehidupan ini (termasuk Gereja) mengajarkan manusia untuk mengarahkan kehendak bebasnya guna memilih dan melakukan kehendak/keinginannya sendiri -seperti kekayaan, jodoh, kesehatan, dan hal-hal jasmani lainnya- dan bukan kehendak/keinginan ALLAH. Padahal sebagai anak TUHAN adalah bagian kita untuk mengarahkan kehendak bebas kita guna memilih dan melakukan kehendak/keinginan TUHAN.
Pernyataan ini bukan berarti kita tidak percaya terhadap kuasa TUHAN yang mampu membuat orang miskin menjadi kaya. Tetapi hendaknya kita tidak membutakan mata orang dalam memahami arti tanggung jawab dan hukum tabur tuai. TUHAN memang bisa melakukan tindakan-tindakan yang khusus untuk mereka yang dipandang perlu untuk diperlakukan khusus atau istimewa berhubung ketidakdewasaannya atau kebutuhan tanda bahwa TUHAN adalah ALLAH yang hidup. Tetapi bagi orang Kristen yang dewasa atau memang diajar TUHAN untuk dewasa, “pola gampangan” itu tidak akan terjadi. TUHAN tidak gampangan; mukjizat tidak terjadi setiap saat.
Kutuk kemiskinan niscaya akan terhalau, kalau orang percaya bekerja keras, jujur, hemat dan tekun serta hidup dalam kesucian TUHAN. Namun kalau kita melakukan semua itu, fokusnya bukan karena ingin kaya atau ogah miskin; tetapi semata-mata karena kita mengasihi TUHAN, karena memang itulah bagian yang harus kita kerjakan. Tanpa meminta pertolongan TUHAN pun IA selalu menyertai anak-anak-NYA dan menolong dalam bahaya atau ancaman yang terjadi di luar kemampuan kita. Yang perlu kita lakukan adalah berserah sepenuhnya kepada TUHAN. Percaya bahwa keadaan dan situasi sesulit apapun yang terjadi di luar kemampuan kita diijinkan TUHAN untuk kebaikan kita. Ishak berkata kepada Esau yang telah kehilangan kesempatan untuk menikmati berkat kesulungannya, “Tetapi akan terjadi kelak, apabila engkau berusaha sungguh-sungguh, maka engkau akan melemparkan kuk itu dari tengkukmu” (Kej. 27:40). Pesan ini menjadi pelajaran yang berharga bagi kita, bahwa kuk atau beban dapat dihalau dengan usaha yang sungguh-sungguh melalui kerja keras.
0 komentar:
Posting Komentar