RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

0

Persiapan Memasuki Kerajaan-Nya

Renungan Harian Virtue Notes, 7 Oktober 2011

Persiapan Memasuki Kerajaan-Nya



Bacaan: 2 Petrus 1: 10-11


1:10 Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.

1:11 Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.



Kerajaan Tuhan Yesus bukan dari dunia ini. Syukur kepada Allah, sebab Ia menjanjikan kita tempat untuk bersama-sama dengan-Nya di mana Ia ada. Hanya saja, seperti kata Yesus kepada Petrus, untuk saat ini kita belum dapat bersama dengan Dia (Yoh. 13:36–38). Tuhan Yesus memberi tahu Petrus bahwa ia belum diperkenankan, karena belum mengalami penyempurnaan. Petrus termasuk orang yang memiliki paket kesempurnaan dan kesempatan untuk melayani Tuhan. Ia mengaku siap kepada Yesus, tetapi sebetulnya hanya mulutnya saja yang siap; belum seluruh kehidupannya.


Banyak orang Kristen yang seperti Petrus. Pengakuan-pengakuan mulutnya memang luar biasa, tetapi kenyataannya tidaklah demikian. Petrus harus memiliki keberadaan yang mulia, seperti Tuhan Yesus juga mulia. Pada prinsipnya ia harus mengikuti jalan Tuhan, bertumbuh menjadi pribadi yang agung sehingga ia layak memasuki kerajaan itu. Itulah sebabnya Petrus harus menerima persiapan yang Tuhan Yesus kerjakan. Ia mengatakan bahwa kita harus bersungguh-sungguh agar dikaruniakan hak penuh memasuki kerajaan kekal (2Ptr. 1:10–11).


Tuhan Yesus mempersiapkan kerajaan-Nya bukan hanya melalui pengorbanan-Nya yang memberi kita jalan kepada Bapa, melainkan juga bersiap-siap mengambil orang-orang yang akan memasuki kerajaan-Nya tersebut. Kerajaan-Nya sekarang sudah siap. Masalahnya sekarang, sudahkah kita yang akan menempati kerajaan itu layak?


Kekristenan itu benar-benar rohani, bukanlah sekadar agama yang diharapkan dapat memberi kontribusi kepada manusia supaya hidupnya lebih mudah. Kekristenan justru akan membuat hidup ini terasa lebih sukar mempersiapkan kita untuk memasuki Kerajaan yang bukan dari dunia ini. Kalau kita sudah sungguhsungguh siap, niscaya ada tandanya. Salah satunya adalah tidak lagi takut dan gelisah menghadapi kematian dan menyongsong kedatangan-Nya.


Mari kita dalami kebenaran Tuhan mengenai hal ini. Dalam hal ini Tuhan Yesus mengingatkan kita untuk tidak mempersoalkan apa yang hendak kita makan atau minum, tetapi mencari kerajaanNya (Luk 12:29–32). Perhatikan sabda-Nya, “Jangan takut hai kamu kawanan kecil”. Seorang yang sudah menghayati pemilikannya atas kerajaan itu akan sungguh-sungguh bebas dari takut. Menantikan kerajaan-Nya adalah suatu sukacita, bukan ketakutan.



Orang yang serius mempersiapkan diri memasuki Kerajaan-Nya akan sungguh-sungguh bebas dari rasa takut.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Lebih Memilih Menyelamatkan Nyawanya

Renungan Harian Virtue Notes, 6 Oktober 2011

Lebih Memilih Menyelamatkan Nyawanya



Bacaan: Matius 27: 15-26


27:15 Telah menjadi kebiasaan bagi wali negeri untuk membebaskan satu orang hukuman pada tiap-tiap hari raya itu atas pilihan orang banyak.

27:16 Dan pada waktu itu ada dalam penjara seorang yang terkenal kejahatannya yang bernama Yesus Barabas.

27:17 Karena mereka sudah berkumpul di sana, Pilatus berkata kepada mereka: "Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu, Yesus Barabas atau Yesus, yang disebut Kristus?"

27:18 Ia memang mengetahui, bahwa mereka telah menyerahkan Yesus karena dengki.

27:19 Ketika Pilatus sedang duduk di kursi pengadilan, isterinya mengirim pesan kepadanya: "Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam."

27:20 Tetapi oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua, orang banyak bertekad untuk meminta supaya Barabas dibebaskan dan Yesus dihukum mati.

27:21 Wali negeri menjawab dan berkata kepada mereka: "Siapa di antara kedua orang itu yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu?" Kata mereka: "Barabas."

27:22 Kata Pilatus kepada mereka: "Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?" Mereka semua berseru: "Ia harus disalibkan!"

27:23 Katanya: "Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?" Namun mereka makin keras berteriak: "Ia harus disalibkan!"

27:24 Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!"

27:25 Dan seluruh rakyat itu menjawab: "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!"

27:26 Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan.



Pontius Pilatus sebenarnya diberi kesempatan untuk mengenal Kerajaan Tuhan Yesus Kristus, tetapi ia memilih untuk menyia-nyiakan kesempatan tersebut, dan akhirnya untuk selama-lamanya tidak pernah masuk Kerajaan yang ditawarkan Yesus kepadanya. Pilatus lebih memilih menyelamatkan “nyawanya”, yaitu kedudukan dan kehormatannya di Yudea dibandingkan kerajaan Yesus Kristus.


Menurut transkip kuno didapati catatan bahwa memang pada waktu itu reputasi Pilatus sedang menurun. Itulah sebabnya ia berusaha mengambil hati orang Yahudi dengan menyerahkan Yesus kepada mereka. Sebenarnya Pilatus juga memiliki hati nurani yang cukup baik. Ia sempat menyatakan bahwa ia tidak mendapati kesalahan apa pun dalam diri Yesus (Yoh. 18:38), dan istrinya pun diperingatkan Allah melalui mimpi agar tidak bertindak gegabah terhadap Yesus (Mat. 27:19). Tetapi Pilatus memilih menyelamatkan dirinya, akibatnya ia terhilang untuk selama-lamanya. Suatu hari nanti di hadapan penghakiman Tuhan, Pilatus tidak dapat berdalih, sebab Tuhan sudah cukup memberi peringatan kepadanya untuk tidak masuk ke dalam kebinasaan. Apakah ini berarti kalau Pilatus tidak menghukum Tuhan Yesus berarti Tuhan Yesus tidak disalib? Tentu Tuhan Yesus tetap akan disalib, tetapi Pilatus tidak ikut terlibat menentang-Nya.


Ini memberi gambaran mengenai banyak orang Kristen yang memang memiliki naluri yang cukup baik, berkelakuan santun di mata manusia dan tidak berhasrat masuk neraka, tetapi mereka memilih nyawanya sendiri di dunia. Mereka menganggap tindakan mereka tidak membuat mereka binasa, padahal Tuhan Yesus menuntut kesetiaan yang tinggi untuk berani meninggalkan kesenangan dunia demi Kerajaan-Nya. Kalau kita diperkenankan hidup hari ini, itu karena Kerajaan-Nya. Apa pun yang kita lakukan haruslah demi kepentingan Kerajaan-Nya.


Bagaimana kita hidup demi Kerajaan-Nya tersebut? Pertama-tama kita harus mengenal kebenaran yang tertulis di dalam Injil. Dengan mengenal kebenaran tersebut maka kita mengenal Kerajaan-Nya. Setelah itu, kita diajar untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang terhilang. Dengan melalui tahap ini kita dilayakkan masuk Kerajaan-Nya. Pertanyaannya adalah apakah hari ini kita masih mau menyelamatkan “nyawa kita”, yaitu reputasi, kedudukan dan kehormatan kita, atau beranikah kita mengorbankannya demi kepentingan Kerajaan-Nya. Ingat pernyataan Tuhan Yesus, “Barangsiapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia menceraiberaikan” (Luk. 11:23). Siapa tidak melayani Tuhan berarti mengganggu pekerjaan-Nya.



Demi kerajaan Kristus, kita harus rela kehilangan nyawa kita.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Kesempatan Yang Disia-siakan

Renungan Harian Virtue Notes, 5 Oktober 2011

Kesempatan Yang Disia-siakan



Bacaan: Yohanes 18: 36-38


18:36 Jawab Yesus: "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini."

18:37 Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Jadi Engkau adalah raja?" Jawab Yesus: "Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku."

18:38 Kata Pilatus kepada-Nya: "Apakah kebenaran itu?" (18-38b) Sesudah mengatakan demikian, keluarlah Pilatus lagi mendapatkan orang-orang Yahudi dan berkata kepada mereka: "Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya.



Dialog antara Tuhan Yesus dengan Gubernur Pontius Pilatus ini terjadi menjelang penderitaan Kristus di kayu salib. Sebenarnya ini merupakan kesempatan yang sangat berharga bagi Pilatus. Ia mendapat kesempatan untuk mengenal Kerajaan Kristus.


Dalam dialog tersebut Tuhan Yesus menyatakan bahwa kerajaan-Nya bukan dari dunia ini (ay. 36). Pernyataan inilah yang membuat Pilatus dan semua orang yang mendengarnya menjadi bertanya-tanya. Kalau kerajaan-Nya bukan dari dunia ini, apakah berarti ada dunia lain di mana ada pula kerajaan seperti kekaisaran Roma? Pada kesempatan itu sesungguhnya Tuhan Yesus sudah menawarkan suatu Kerajaan, yaitu kehidupan yang sempurna di balik kubur dunia ini.


Pernyataan Yesus bahwa kerajaan-Nya bukan dari dunia ini menggugah Pilatus, sehingga Pilatus bertanya apakah Ia seorang Raja (ay. 37). Kemudian Tuhan Yesus secara tidak langsung menegaskan bahwa diri-Nya adalah Raja, sekaligus menyatakan bahwa Ia datang untuk menunjukkan kebenaran. Dari pernyataan Yesus tersebut bisa timbul pertanyaan, apa hubungan-Nya Kerajaan-Nya dengan kebenaran? Hubungannya adalah bahwa hanya orang yang mengenal kebenaranlah yang dapat mengenal Kerajaan-Nya.


Tatkala Tuhan Yesus dianiaya, Ia tidak membuka mulut-Nya. Ia diam seribu bahasa ketika ditanyai oleh imam besar dan Raja Herodes. Ia tidak membuka mulut sekalipun harus ditampar, disiksa, di+tnah didepan orang banyak. Tetapi untuk Pilatus, Tuhan Yesus berkenan membuka mulutnya menggelar dialog. Sayang sekali Pilatus menyia-nyiakan kesempatan berharga tersebut. Ia hanya mengakhiri interogasinya dengan kalimat, “Apakah kebenaran itu?” (ay. 38) tanpa menunggu jawaban. Padahal ia telah begitu dekat dengan kebenaran.


Kesempatan Pilatus yang disia-siakan itu menjadi gambaran kehidupan banyak orang hari ini. Sesungguhnya banyak orang Kristen yang belum mengenal kerajaan-Nya, terbukti pada fakta bahwa mereka takut menghadapi kematian dan enggan menyongsong kedatangan-Nya. Tanpa mengenal kebenaran, memang orang tidak mengenal Kerajaan-Nya. Kalau kita masih diberi kesempatan yang cukup untuk mempelajari kebenaran Kristus, janganlah kita menyia-nyiakannya seperti Pilatus. Karena itulah satu-satunya cara untuk mengenal Kerajaan-Nya. Ambillah keputusan sekarang untuk memilih kerajaan-Nya, dengan meninggalkan kubangan kesenangan dunia dan jerat kerajaan dunia.



Jangan menyia-nyiakan kesempatan untuk mempelajari kebenaran Kristus dan mengenal Kerajaan-Nya.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
1

Kerajaan-Nya Bukan Dari Dunia Ini

Renungan Harian Virtue Notes, 4 Oktober 2011

Kerajaan-Nya Bukan Dari Dunia Ini



Bacaan: 1 Petrus 1: 13


1:13 Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus.



Kenaikan Tuhan Yesus ke surga adalah bukti dan petunjuk yang jelas yang mengonfirmasikan pernyataan-Nya bahwa kerajaan-Nya bukan dari dunia ini (Yoh. 18:36). Ia kembali ke tempat dimana Ia sebelumnya berada, duduk di sebelah kanan Allah.


Ia yang kita percaya sebagai Juruselamat bukanlah sekadar sesosok tokoh agama atau nabi yang menganjurkan suatu agama baru. Ia bukan sekadar penganjur suatu etika kehidupan supaya manusia menjadi baik sewaktu masih hidup di dunia, melainkan mempersiapkan setiap individu untuk diperkenankan masuk kerajaan-Nya. Tuhan Yesus sendiri berjanji agar di tempat di mana Ia ada, sebagai orang percaya kita diperkenankan bersama dengan-Nya (Yoh. 14:1–3). Suatu hari nanti Ia akan datang kembali ke bumi tempat kita berdomisili hari ini, untuk menjemput kita masuk Kerajaan-Nya (Kis. 1:11).


Sebagai orang percaya, kita harus meletakkan pengharapan kita sepenuhnya pada penyataan Tuhan Yesus Kristus datang kembali tersebut. Tidak boleh ada hal yang lebih kita harapkan dari hal ini. Kalau Ia merindukan agar di mana Ia ada kita juga ada dan untuk itu Ia mengorbankan diri-Nya, maka kita juga harus meletakkan kerinduan tersebut di atas segala kerinduan. Kalau kita mengabaikan hal ini, berarti keseriusan kita dengan proyek keselamatan yang Tuhan Yesus kerjakan patut diragukan.


Oleh karena begitu banyaknya kesibukan hidup dan segala kesenangan dunia, sering kita tidak merasa dan menganggap pengharapan pada penyataan Kristus itu sebagai hal yang penting. Banyak hal yang kita anggap sangat penting, sehingga kerinduan kita bersama dengan Tuhan dalam Kerajaan-Nya menjadi sesuatu yang kurang berarti, atau bahkan tidak berarti. Coba kita renungkan, takutkah kita menghadapi kematian? Takutkah kita menghadapi kedatangan Tuhan, atau yang sering disebut sebagai kiamat? Kalau kita masih takut atau menganggap akhir zaman atau akhir hidup kita sebagai bencana, berarti kita masih meragukan, bahkan tidak memercayai apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus. Ini berarti pula kita kurang menghargai pengorbanan yang dilakukan-Nya. Yesus berkata bahwa Ia pergi untuk menyediakan tempat bagi kita; sesudah itu Ia akan menjemput kita. Kalau kita takut mati atau takut menyongsong kedatangan-Nya, sama saja dengan tidak mau dijemput-Nya, atau sama saja dengan tidak serius menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.



Kalau kita serius berharap akan penyataan Kristus, maka kita tidak akan takut mati.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Mengasihi Dan Menghormati Tuhan

Renungan Harian Virtue Notes, 3 Oktober 2011

Mengasihi Dan Menghormati Tuhan



Bacaan: Wahyu 2: 23


2:23 Dan anak-anaknya akan Kumatikan dan semua jemaat akan mengetahui, bahwa Akulah yang menguji batin dan hati orang, dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu setiap orang menurut perbuatannya.



Bagaimanakah kita menjadi orang yang mengasihi dan menghormati Tuhan? Kebenaran ini sangat penting dan berharga bagi kita yang berminat untuk mengasihi dan menghormati-Nya. Tetapi kalau kita tidak berminat, kebenaran ini tidak berarti sama sekali.


Betapa celakanya orang yang membanggakan diri dengan apa yang dimilikinya dalam hidup ini, kalau ia tidak menghormati dan mengasihi Tuhan. Sebab semua yang kita miliki—termasuk tubuh kita ini—adalah milik Tuhan, atau berkat yang dipercayakan kepada kita untuk kemuliaan nama-Nya. Kalau tidak mulai menghormati dan mengasihi Tuhan di bumi sekarang ini, maka kita tidak akan pernah mengalami apa yang dimaksud dengan menghormati dan mengasihi Tuhan selamanya. Suatu hari orang-orang yang mengabaikan kebenaran ini dan bangga atas apa yang tidak berhak mereka banggakan akan dipermalukan. Sebab mereka telah menggunakan untuk kehormatan mereka sendiri apa yang seharusnya digunakan untuk kehormatan Pemilik mereka, Tuhan Semesta Alam.


Jadi bagaimana caranya menjadi orang yang mengasihi dan menghormati Tuhan? Langkah nyatanya adalah dengan selalu memperhatikan keadaan batin kita, maksudnya kita harus selalu memeriksa atau mengoreksi diri apakah ada kejahatan dalam hati dan pikiran kita. Kejahatan ini bukan hanya menyangkut kebencian, dendam dan kemarahan; tetapi juga keinginan-keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, dan juga menilai sesuatu lebih berharga daripada Tuhan. Inilah unsur-unsur negatif dalam batin kita yang tidak boleh dibiarkan. Kalau dibiarkan terus-menerus akan membangun karakter Lucifer. Oleh karena itulah kuasa kegelapan berusaha agar jiwa manusia diwarnai dengan unsur-unsur tersebut.


Setelah selalu menyadari adanya unsur-unsur negatif dalam diri kita, selanjutnya kita harus belajar untuk membuangnya. Dengan demikian kita akan terbiasa memiliki perasaan tidak merasa sejahtera bila unsur-unsur itu timbul kembali dalam diri kita. Ada penolakan keras setiap kali ada unsur-unsur tersebut di dalam diri kita. Ini akan membangun kesucian hidup yang sejati. Koreksi diri ini harus selalu kita lakukan, sebab Tuhan Yesus mengatakan bahwa Dia menguji batin dan hati orang. Batin (nefrós) menunjuk kepada pikiran kita yang terdalam, sementara hati ( kardía) menunjuk kepada apa yang kita rasakan dan ingini (juga pada 1Tes. 2:4). Mari terus berjuang menjadi orang yang mengasihi dan menghormati Tuhan.



Langkah nyata untuk menjadi orang yang mengasihi dan menghormati Tuhan adalah selalu memperhatikan keadaan batin dan membuang unsur-unsur negatif.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Kriteria Produk Yang Salah

Renungan Harian Virtue Notes, 2 Oktober 2011

Kriteria Produk Yang Salah



Bacaan: Efesus 2: 10


2:10 Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.



Akibat tipu muslihat dunia, banyak komunitas Kristen tergiring oleh teologi “berusaha menjadi produk yang baik menurut manusia”. Kriteria produk yang baik menurut manusia adalah menjadi manusia terhormat di mata orang lain, memiliki berbagai fasilitas hidup seperti yang dimiliki orang lain, bahkan kalau bisa lebih besar, lebih banyak dan lebih tinggi kualitasnya. Semakin memiliki banyak semakin bahagia dan terhormat. Nilai kehidupan diukur oleh materi dan penilaian manusia. Pemikiran ini menyenangkan bagi manusia, namun mengakibatkan tidak akan pernah bisa mengasihi Tuhan dan menghormati Tuhan secara pantas.


Ciri teologi seperti ini adalah bertitik berat pada promosi kuasa Tuhan, perayaan kedahsyatan-Nya dan kebaikan-Nya yang mengagumkan. Titik beratnya bukan pada mempelajari kebenaran Firman Tuhan yang mengubah pola berpikir. Mereka memandang liturgi atau kebaktian sebagai satu-satunya cara memuaskan hati Tuhan, agar Ia mencurahkan berkat-Nya. Itulah sebabnya mereka berusaha membuat liturgi atau kebaktian mereka sebaik mungkin. Sebetulnya itu alasan yang tidak tepat. Kita harus mengemas liturgi dan kebaktian sebaik mungkin, tetapi bukan agar Ia senang dan mencurahkan berkat-Nya. Liturgi bukanlah satu-satunya cara untuk menyenangkan hati Tuhan guna menjadi produk yang baik di mata-Nya.


Kriteria produk yang baik menurut pengertian manusia tidak sama dengan kriteria Allah. Tuhan tidak pernah menginginkan agar keselamatan, kuasa dan kebaikan Tuhan dipromosikan untuk dapat meraih kehidupan yang berhasil dan sukses menurut pengertian manusia. Kriteria kebaikan menurut mata manusia adalah berkat jasmani atau keadaan lahiriah seseorang yang baik, tetapi kriteria kebaikan di mata Allah adalah mengasihi dan menghormati-Nya.


Kalau kita masih mengenakan kriteria produk yang salah, kita harus bertobat. Sebab kalau keadaan ini berlarut-larut dan tidak segera dibereskan, kita tidak pernah mengerti bagaimana produk yang baik menurut Tuhan dan tidak pernah berminat menjadi produk yang baik menurut Tuhan. Untuk berubah menjadi produk yang baik harus dilakukan sedini mungkin. Oleh sebab itu kebenaran ini harus diajarkan sejak manusia masih kanak-kanak. Kesempatan untuk menjadi produk yang baik sangat terbatas. Kalau kesempatan berlalu maka tidak akan pernah kembali, berarti tidak akan pernah menjadi produk yang baik. Karena itu ingatlah, bahwa sebagai produk buatan Allah, Ia ingin supaya kita hidup dalam kriteria-Nya, melakukan pekerjaan baik menurut kriteria-Nya.



Kriteria produk yang baik menurut pengertian manusia tidak sama dengan kriteria Allah.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Produk Gagal

Renungan Harian Virtue Notes, 1 Oktober 2011

Produk Gagal



Bacaan: Matius 10: 28


10:28 Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.



Manusia yang paling berhasil, beruntung dan bahagia di mata Tuhan adalah mereka yang menghormati dan mengasihi-Nya. Memang sejatinya manusia diciptakan hanya untuk ini. Manusia yang tidak menghormati dan mengasihi Tuhan adalah produk gagal. Mereka menjadi barang apkiran, yaitu barang yang ditampik dan ditolak karena tidak bisa dipakai oleh Allah. Manusia–manusia seperti ini akan terbuang untuk selamanya di kegelapan abadi, terpisah dari Pencipta-Nya yang juga sumber kehidupan. Jangan anggap remeh hal ini, sebab pertaruhannya sangat besar.


Pada penghakiman akhir zaman nanti banyak orang akan menyesali kehidupannya karena mereka tidak memperhatikan hal ini dengan serius, sehingga menjadi barang yang tidak berguna sama sekali di mata Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan Yesus menyatakan agar kita tidak takut kepada apa yang dapat membunuh tubuh, tetapi takutlah kepada yang berkuasa membuang tubuh dan jiwa ke dalam api kekal. Pernyataan Tuhan ini berarti pula kita jangan takut menjadi produk yang gagal di mata manusia, tetapi takutlah menjadi produk yang gagal di mata Allah. Tuhan Yesus mengungkapkan hal ini sebab pada umumnya manusia takut mejadi produk yang gagal bagi dirinya sendiri dan manusia pada umumnya, tetapi tidak takut menjadi produk yang gagal di mata Tuhan. Untuk itu, haruslah setiap kita memeriksa diri, apakah kita telah menjadi produk yang baik, atau produk gagal.


Membangun kehidupan demi menjadi produk yang baik menurut pandangan manusia sendiri adalah suatu kebodohan. Pikiran sesat seperti ini menguasai nyaris semua manusia di bumi ini, sebab mereka telah terbelenggu dengan pola kehidupan yang salah. Mereka tidak pernah belajar untuk mengerti bagaimana produk yang berhasil atau baik menurut Tuhan. Mereka berurusan dengan Tuhan hanya karena membutuhkan Tuhan untuk dapat meraih cita-cita menjadi produk yang baik menurut keinginan dan pengertiannya sendiri. Mereka bergereja dan melakukan berbagai kegiatan rohani hanya untuk memperoleh apa yang menurut kedagingan manusia menyenangkan. Sejatinya mereka tidak mengasihi Tuhan tetapi mengasihi diri sendiri secara salah.


Seharusnya, bila kita berurusan dengan Tuhan, kita mesti mempersoalkan bagaimana menjadi produk yang baik menurut Dia, Sang Pencipta. Itulah sebabnya keselamatan adalah proses mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya yang semula, menjadi produk yang baik menurut Tuhan. Untuk itu harus mengerti bagaimana produk yang baik menurut Tuhan itu.



Kita tidak boleh takut menjadi produk gagal di mata manusia, tetapi harus takut menjadi produk gagal di mata Allah.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger