Renungan Harian Virtue Notes, 16 Januari 2011
Tidak Melihat Namun Percaya
Bacaan: Yohanes 20: 24-29
20:24 Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ.
20:25 Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya."
20:26. Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!"
20:27 Kemudian Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah."
20:28 Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!"
20:29 Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."
Tomas adalah salah seorang dari kedua belas murid Yesus yang terkenal sebagai seorang skeptis. Sekalipun murid-murid yang lain mengatakan bahwa mereka telah melihat Tuhan Yesus yang telah bangkit dari antara orang mati, Tomas tetap tidak percaya sebelum melihat-Nya secara fisik, bahkan mencucukkan jarinya ke dalam luka bekas paku di tangan dan bekas tombak di lambung Yesus.
Syukurlah bahwa Tuhan Yesus masih mempunyai belas kasihan kepada Tomas, yang walaupun skeptis masih mau mencari-Nya. Yesus pun memperlihatkan bukti fisik kepada Tomas, dan mengatakan, “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” (ay. 29)
Untuk mengalami Tuhan, kita tidak boleh menuntut bukti-bukti lahiriah dan pengalaman fisik, baru kita percaya bahwa Ia itu nyata. Bukankah Yesus sendiri mengajarkan bahwa kita harus percaya walau tidak melihat? Bila Tuhan menunjukkan bahwa ada orang yang percaya walau tidak melihat, berarti Ia tidak menjamin bahwa Ia akan menyatakan diri-Nya secara fisik supaya kita percaya.
Dalam hal ini dibutuhkan iman, bukan perasaan atau tanda lahiriah. Jarak antara kita dengan Tuhan adalah sejauh iman kita. Bila kita memiliki iman maka jadilah; yang penting disini adalah percaya saja. Jangan kita merasa Tuhan hadir hanya karena bulu kuduk kita merinding, perasaan kita meledak-ledak, kita terharu sampai menangis atau bahkan rebah dalam kekhidmatan. Itu semua hanya pengalaman emosional, yang tidak dapat menjadi dasar pengalaman kita dengan Tuhan.
Perasaan manusia mudah berubah. Kita harus berlatih untuk berjalan dengan iman untuk percaya, bukan dengan penglihatan (2Kor. 5:7). Kita harus berani percaya walau kita tidak merasakannya melalui pancaindra atau emosi kita. Janganlah merasa kurang beriman hanya karena kita tidak memiliki pengalaman yang spektakuler dengan Tuhan. Justru ketika kita berani percaya sekalipun tidak memiliki pengalaman yang spektakuler, itulah yang berkenan di hadapan-Nya.
Membiasakan diri untuk percaya dengan cara demikian akan mendewasakan iman kita. Inilah percaya yang benar dan berkualitas. Memang tidak mudah memiliki kepercayaan seperti ini, sebab di zaman ini manusia menuntut bukti ilmiah untuk segala sesuatu. Mata manusia modern tidak bisa menerima sesuatu yang tidak ada “bukti nyata”, dan ini mengakibatkan kegagalan banyak orang untuk memercayai bahwa Tuhan sungguh-sungguh hidup (2Ptr. 3:3–7). Namun di akhir zaman yang rawan ini, jika kita beriman kepada-Nya, maka kita sungguh berbahagia.
Ketika kita berani percaya sekalipun tidak memiliki pengalaman yang spektakuler dengan Tuhan, itulah yang berkenan di hadapan-Nya.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar