RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

Kerendahan Hati Yesus

Renungan Harian Virtue Notes, 26 Januari 2011

Kerendahan Hati Yesus



Bacaan: Filipi 2: 5-11


2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,

2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,

2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

2:9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,

2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,

2:11 dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!



Tuhan Yesus telah memberikan contoh kerendahan hati yang paling sempurna ketika Ia disalibkan. Paulus menulis, Yesus mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Wujud kerendahan hati seperti yang ditampilkan Yesus ini merupakan kerendahan hati yang paling ekstrem bagi Anak Allah.


Inilah yang benar-benar dikatakan dalam naskah Perjanjian Baru Yunani. Yesus telah mengesampingkan kemuliaan, artinya Ia memiliki kemuliaan, tetapi menanggalkan-Nya (Yoh. 17:4), Ia melepaskan kedudukan sebagai Anak Allah (Ibr. 5:8), kekayaan yang tak terbatas (2Kor. 8:9), segala hak surgawi sebagai Yang Mahatinggi (Mat. 20:28), dan penggunaan sifat-sifat ilahi-Nya (Yoh. 14:10).


Ketika Alkitab mengatakan Yesus mengosongkan diri-Nya, tidak sekadar berarti Ia secara sukarela menahan diri untuk menggunakan kemampuan dan hak istimewa ilahi-Nya, tetapi juga dengan sangat rela menerima penderitaan, perlakuan buruk, kebencian, dan kematian keji dengan dianggap kutuk di kayu salib.


Untuk memahami sikap rendah hati yang ditampilkan Yesus, kita perlu menggali lebih dalam Flp. 2:7b–8. Dalam teks aslinya, ditulis κα σχήματι ερεθες ς νθρωπος, ταπείνωσεν αυτν γενόμενος πήκοος μέχρι θανάτου, θανάτου δ σταυρο (kaí skhémati hevrethís hos anthrōpos, etapīnōsen heaftón yenómenos hypékoos mékhri thanátu, thanátu dé stavrú).


Kata σχήματι (skhémati) berarti “figur” atau “tampilan luar”. Maksudnya, Tuhan Yesus benar-benar mempunyai tubuh fisik jasmani, dan tubuh jasmani itulah yang disalib. Karenanya Ia benar-benar merasakan penderitaan fisik yang hebat demi memikul dosa umat manusia. Kata lain yang penting dalam teks ini adalah ταπείνωσεν (etapīnōsen). Ini berasal dari akar kata ταπεινόω (tapīnoō) yang berarti “merendahkan diri”. Ini menunjukkan kesediaan-Nya merendahkan diri-Nya sendiri dengan kerelaan.


Sekalipun Ia adalah Allah, Tuhan Yesus bersedia menjadi manusia dengan segala pencobaan, kehinaan, dan kelemahannya. Dari penyaliban-Nya, Yesus Kristus telah memberi teladan kerendahan hati yang paling ekstrem, radikal, dan sempurna bagi kita semua yang menjadi pengikut-Nya. Dan seperti janji-Nya bahwa siapa yang rendah hati akan ditinggikan, Ia pun membuktikannya, sebab Allah Bapa telah meninggikan-Nya dengan luar biasa, dan menganugerahkan kepada-Nya nama di atas segala nama, yang berarti otoritas tertinggi di atas segalanya.



Yesus Kristus telah memberi teladan kerendahan hati yang paling ekstrem, radikal dan sempurna.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.


Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger