RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

Mencintai Tuhan Sepantasnya

Renungan Harian Virtue Notes, 3 Januari 2011

Mencintai Tuhan Sepantasnya



Bacaan: Yohanes 21: 15-17


21:15. Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."

21:16 Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."

21:17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.



Berapa banyak orang yang mencintai Tuhan dengan cinta yang sepantasnya? Orang yang mencintai Tuhan sepantasnya pasti merasa bahwa hidup ini tidak lengkap tanpa menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya kesenangan dan kebahagiaan. Bayangkan seorang pria yang jatuh cinta kepada seorang wanita. Ia pasti merasa tidak lengkap jika tidak bersama wanita yang dicintainya, demikian pula sebaliknya seorang wanita yang jatuh cinta kepada seorang pria. Ini merupakan gambaran yang jelas dalam membangun keintiman dengan Tuhan.


Dari percakapan antara Tuhan Yesus dengan Petrus di tepi Danau Tiberias, kita memperoleh pelajaran rohani bertalian dengan kasih kita kepada Tuhan. Tuhan menghendaki sikap hati yang benar dihadapan-Nya. Sikap hati yang benar itu adalah “Aku mengasihi Tuhan”, sekalipun kita belum sempurna.


Dalam tiga pertanyaan Tuhan Yesus kepada Petrus, Ia ingin agar Petrus sungguh menghayati arti kasih terhadap-Nya dan tenggelam di dalamnya. Yesus menggunakan dua kata Yunani yang berbeda untuk “mengasihi”, yaitu γαπάω (agapaō) dalam ay. 15 dan 16 yang menyatakan kasih searah dan tanpa syarat, dan φιλέω (filéō) dalam ay. 17 yang menyatakan kasih dua arah yang dirasakan oleh dua orang sahabat. Dengan penghayatan Petrus terhadap hal ini yang menenggelamkannya di dalam kasih-Nya, Petrus dapat menyadari bahwa pelayanan terhadap Tuhan dan umat-Nya (domba-domba-Nya) adalah bagian dari kasih itu. Itu semua karena ia mengerti bagaimana mencintai Tuhan sepantasnya.


Bagaimana kita dapat memiliki hati yang mencintai Tuhan sepantasnya, sehingga kita dapat intim dengan-Nya? Pertama, kita harus merasakan adanya kekosongan dalam hati dan jiwa, dan menemukan bahwa Tuhanlah jawabannya (Mzm. 42:2–3). Kedua, setelah menyadari hanya Tuhan yang dapat mengisi kekosongan tersebut, kita menjadikan-Nya segalanya dalam hidup ini. Hanya Dialah sumber kebahagiaan dan kesenangan kita. Pengalaman ini dialami oleh Zakheus, yang mengalami kehausan dalam jiwanya. Ia jujur dan membuktikan bahwa kekayaan yang dimilikinya tidak dapat memuaskan jiwanya.


Cinta kita kepada Tuhan haruslah kasih yang melebihi kasih kita kepada siapa pun dan apapun. (Luk. 14:26). Ia layak menerima itu, sebab Ia adalah Allah, yang juga menjadi mempelai pria bagi kita. Mari belajar mencintai kepada Tuhan secara sepantasnya dalam segala hal, dan niscaya kita menyadari bahwa hidup bersama- nya itu indah.



Mencintai Tuhan sepantasnya adalah perlu untuk membangun keintiman dengan-Nya.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.


Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger