Renungan Harian Virtue Notes, 27 Januari 2011
Kerendahan Hati Yang Benar
Bacaan:Kolose 2: 20-23
2:20 Apabila kamu telah mati bersama-sama dengan Kristus dan bebas dari roh-roh dunia, mengapakah kamu menaklukkan dirimu pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup di dunia:
2:21 jangan jamah ini, jangan kecap itu, jangan sentuh ini;
2:22 semuanya itu hanya mengenai barang yang binasa oleh pemakaian dan hanya menurut perintah-perintah dan ajaran-ajaran manusia.
2:23 Peraturan-peraturan ini, walaupun nampaknya penuh hikmat dengan ibadah buatan sendiri, seperti merendahkan diri, menyiksa diri, tidak ada gunanya selain untuk memuaskan hidup duniawi.
Dengan keberagamaannya, manusia bisa pura-pura rendah hati. Banyak orang merasa beribadah dengan melakukan hal-hal yang seolah-olah merendahkan dirinya, tetapi sesungguhnya itu tidak didasari kerendahan hati yang benar. Tidak semua sikap rendah hati yang ditampilkan orang memiliki kebenaran yang sesuai dengan iman Kristen. Perlu diketahui bahwa yang ditulis Alkitab sebagai “merendahkan diri” sesungguhnya berhubungan dengan kerendahan hati, bukan minder. Ada beberapa kesadaran yang harus menggerakkan kita untuk memiliki sikap rendah hati yang benar.
Pertama, kesadaran bahwa ada Allah yang hidup, yang merupakan sumber segala sesuatu (Rm. 11:36). Ini berarti kita harus terus dalam kesadaran, bahwa kita ada sebagaimana kita ada hanya oleh karena anugerah-Nya; dengan demikian kita tidak dapat memegahkan diri dan menjadi sombong.
Kedua, kesadaran bahwa ada Allah yang hidup, yang menguasai kehidupan setiap individu. Kita bukan hidup di daerah tidak bertuan, melainkan di daerah yang dikuasai oleh Tuhan Semesta Alam. Tidak ada sesuatu atau seorang pun yang disamakan dengan Dia. Sebagai orang percaya, kita juga sadar bahwa kita bukan milik kita sendiri, tetapi sudah dibeli oleh Tuhan (1Kor. 6:19–20). Dengan menyadari hal ini, seharusnya kita menerima bahwa melakukan kehendak Tuhan bukanlah kewajiban, melainkan kebutuhan.
Ketiga, kesadaran bahwa ada Allah yang hidup yang menjadi obyek pemujaan dan penyembahan. Dengan memiliki kerendahan hati yang dalam, berangkat dari penerimaan bahwa kita adalah hamba dan Dialah Tuhan, kita dapat menaikkan pujian dan penyembahan yang benar, bukan semata-mata mengenai kesanggupan menyanyikan lagu rohani, atau mengucapkan kalimat penyembahan yang diberi nada (Yoh. 4:24).
Maka jelaslah bahwa kerendahan hati yang benar adalah sikap hati, sesuatu yang bersifat batiniah. Sikap hati yang benar akan membuat kerendahan hati tampak secara otomatis dari perbuatan kita. Seseorang yang rendah hati tidak perlu menunjukkan kerendahan hatinya; sebaliknya seseorang yang berusaha menunjukkan kerendahan hatinya pasti tidak rendah hati, sebab kerendahan hatinya pasti palsu. Ia berusaha dianggap rendah hati agar memperoleh pujian, penghargaan dan keuntungan lainnya. Seseorang yang rendah hati tidak akan mengharapkan pujian dan sanjungan, sebab ia sadar betul bahwa hanya Tuhan yang layak dipuji.
Kerendahan hati yang benar adalah sikap hati, sesuatu yang bersifat batiniah.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar