Renungan Harian Virtue Notes, 13 Januari 2011
Liturgi Kehidupan
Bacaan: Yohanes 4: 21-24
4:21 Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.
4:22 Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.
4:23 Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.
4:24 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."
Apa bedanya Allah yang benar dengan allah palsu atau dewa-dewa yang disembah oleh berbagai agama dan kepercayaan? Sangat berbeda. Agama-agama lain mengajarkan bahwa allah atau dewanya dapat disukakan hatinya dengan kebaktian dan berbagai ritual, sehingga memberikan berkat dan perkenanannya. Tetapi Allah kita tidak demikian. Kalau kita masih berpikir Tuhan dapat disukakan hati-Nya oleh kebaktian kita, berarti kita tertipu oleh kuasa kegelapan, yang menjebak orang Kristen untuk merasa sudah memenuhi kewajibannya kepada Tuhan dengan rajin beribadah di gereja. Mereka merasa sudah cukup menyenangkan hati Tuhan, sehingga tidak mengembangkan kedewasaan rohani yang dikehendaki Tuhan.
Salah satu penyebab orang Kristen terperosok ke dalam kubangan kebodohan ini adalah pandangan bahwa tata cara ibadah Yahudi (khuqqim) masih perlu dilestarikan dalam bentuk yang lain oleh orang Kristen, yaitu liturgi gereja yang selama ini diselenggarakan. Dengan anggapan yang salah ini, beberapa aliran Kristen berusaha mengelaborasi acara liturginya dengan berbagai ornamen supaya liturginya menjadi khusyuk dan megah. Aliran Kristen yang lain berusaha membuat kebaktiannya menjadi semarak dengan alat musik modern, tarian, tamborin dan lain sebagainya. Bukan berarti tidak boleh, tetapi kalau landasan berpikirnya adalah menyukakan Tuhan dengan cara-acara itu, sejatinya itu suatu kesalahan yang fatal.
Tuhan Yesus menegaskan bahwa akan tiba saatnya orang tidak lagi menyembah Allah di Yerusalem atau di atas Gunung Gerizim (ay. 21). Ini tidak berarti bahwa ritual agama harus dihentikan, tetapi yang dikehendaki Allah adalah agar orang menyembah-Nya dalam dalam roh dan kebenaran (ay. 23–24).
Inilah penyembahan yang dikehendaki Tuhan sejak Ia menciptakan manusia, yaitu hubungan yang benar antara Yang Disembah dan yang menyembah. Umat menemukan tempatnya yang benar di hadapan Allah dan berusaha berperilaku sesuai dengan kehendak-Nya. Dalam hal ini yang penting adalah sikap hati umat terhadap Tuhan dan sesamanya setiap hari. Sikap hati yang benar merupakan penyembahan abadi yang berlangsung tiada henti, yang tidak tergantikan oleh apa pun juga.
Dengan demikian liturgi kehidupan kita adalah seluruh waktu yang ada dan di segala tempat serta melalui segala perbuatan yang kita lakukan. Liturgi di gereja merupakan miniatur dari keadaan hidup kita setiap hari, atau representasi dari kenyatan hidup yang kita jalani. Jadi, kalau pengakuan-pengakuan mulut di gereja tidak sesuai dengan kenyataan hidup kita setiap hari, itu suatu kemunafikan.
Sikap hati yang benar merupakan penyembahan abadi yang berlangsung tiada henti.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar