RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

Pengosongan Diri

Jum'at, 7 Mei 2010

Bacaan : Filipi 2 : 5-11

2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, 2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. 2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. 2:9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, 2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, 2:11 dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!


Salah satu kunci penting untuk memahami anugerah dengan benar adalah mengerti bahwa letak anugerah itu terdapat pada kesediaan ALLAH menjadi manusia. Tidakkah ini tindakan yang sangat luar biasa? Kesediaan ALLAH menjadi manusia tidak dapat dimengerti, tetapi kita bisa percaya. Kejadian ini dahsyat : Anak ALLAH bersedia meninggalkan kemuliaan, merendahkan diri-NYA, mati di kayu salib dengan penghinaan yang sangat menyakitkan, sekalipun ia adalah ALLAH yang telah bersama BAPA di dalam kekekalan dan kemuliaan.

Kedatangan-NYA di dunia merupakan kejadian yang sangat luar biasa, dalam keberadaan TUHAN Yesus Kristus. Kita tidak tahu seperti apa tubuh yang dikenakan-NYA sebelum turun ke bumi. Yang kita ketahui, IA mengenakan tubuh fana manusia, dan setelah menyelesaikan tugas kemesiasan-NYA, IA kembali ke Surga dengan tubuh yang sama seperti yang dikenakan-NYA di bumi (setelah dipermuliakan), dengan lubang bekas paku di tangan dan kaki-NYA, dan bekas tombak di lambungnya. Luka itu menjadi kenangan abadi sekaligus bukti kasih-NYA kepada manusia.

Ketika menjadi manusia, Yesus benar-benar mengosongkan diri (kenosis). Harus dicatat bahwa sebagai bayi kecil yang tidak berdaya, IA benar-benar meninggalkan kesadaran-NYA yang Mahasempurna sebagai Pribadi ALLAH yang Mahatinggi. Sebagai manusia seperti kita, IA harus bertumbuh dewasa, dan belajar menyadari keberadaan-NYA sebagai utusan BAPA. IA masih harus bergumul untuk taat kepada BAPA di Surga (Ibrani 5 : 8). Bahkan IA juga dihadapkan dengan potensi untuk berbuat salah (Matius 4 : 1-11).

Sebagai makhluk fana, di dunia ini Yesus juga rentan terhadap bahaya dan ancaman yang mengerikan. Tidak dapat disangkal bahwa sebagai manusia, IA pernah berdoa dalam kegentaran yang dahsyat sehingga menyampaikan permohonan, "Ya BAPA-KU, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu daripada-KU..." (Matius 26 : 39, 42). BAPA tetap memerintahkan Yesus untuk minum cawan penderitaan demi keselamatan umat manusia. Karena hanya Yesus satu-satunya kurban penebus dosa manusia yang sempurna dan tanpa cacat.

Jadi sesungguhnya kesediaan ALLAH untuk menjadi manusia, mengosongkan diri-NYA dan menjadi kurban penebus dosa inilah anugerah yang tiada tara itu. Inilah pemberian cuma-cuma dari ALLAH, yang diberikan sama sekali bukan karena usaha atau kebaikan manusia.



Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger