Renungan Harian Virtue Notes, 22 Mei 2010
Di Antara Idealisme Dan Kebutuhan
Bacaan : Matius 5 : 13-16
5:13. "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
5:14 Kamu adalah terang dunia.
5:15 Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.
5:16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."
Semua profesi dan kegiatan adalah pelayanan, tempat kita melakukan panggilan-NYA. Semuanya adalah murni pelayanan dan harus kita terima sebagai sesuatu yang rohani, kudus dan mulia. Bukan hanya para rohaniwan dan pejabat Gereja saja yang memiliki panggilan untuk melayani TUHAN. Sebagai karyawan atau pengusaha yang berkiprah di bidang masing-masing pun kita memiliki kesempatan besar yang sama untuk mewujudkan panggilan ini.
Panggilan-NYA adalah menjadi garam dan terang dunia, sekaligus pembawa damai. Garam bersifat mengawetkan, mencegah kerusakan dan korupsi. Terang memancarkan cahaya sejati Kristus. Jadi kita harus turut berperan dalam mewujudkan Kerajaan ALLAH hadir di bumi, dalam kehidupan kita masing-masing. Dengan itu orang akan melihat terang kita sehingga banyak orang yang diselamatkan (ayat 16).
Memang tidak mudah mewujudkan hal ini, karena kita sering terjebak di antara idealisme atau kebutuhan. Di antara kejujuran dan korupsi. Bukankah banyak orang yang menyebutkan dirinya Kristen tetapi rela mencuri, korupsi, menipu atau melakukan segala praktik lain yang bertentangan dengan etika kehidupan anak-anak ALLAH demi pemenuhan kebutuhan hidupnya?
Untuk mewujudkan panggilan kita menjadi garam dan terang dunia ini, kita diingatkan akan nasihat, "Kejarlah kekudusan" (Ibrani 12 : 14). Kudus berarti dipisahkan dari yang lain, atau berbeda dari yang lain. Di singkatnya umur hidup kita ini, sebagai umat yang kudus, kita tidak hanya sekedar berkiprah di bidang kerja yang kita gumuli, tetapi itu juga adalah ladang TUHAN di mana kita menemukan tempat kita berbakti kepada-NYA. Kita bukan saja disebut sebagai karyawan, pengusaha atau profesional, tetapi sebagai hamba-hamba TUHAN. Jadi sebutan "hamba TUHAN" bukan hanya bagi mereka yang berpredikat pastor, pendeta, penginjil, evangelis atau rohaniwan lain, tetapi bagi setiap orang percaya yang telah ditebus oleh darah Yesus, yang dikuduskan untuk hidup dalam pengabdian kepada TUHAN.
Untuk itu yang harus diperbarui adalah pengertian kita mengenai hidup berikut motivasinya. Jangan terjebak antara idealisme dan kebutuhan, tetapi jadikanlah hidup ini untuk mengabdi bagi Kerajaan BAPA. Tempat di mana kita mencari nafkah adalah laboratorium TUHAN, sekolah kehidupan yang efektif menggarap kita menjadi hamba-hamba-NYA, yaitu garam dan terang dunia menuju kesempurnaan. Sambil menyelam minum air, sambil mencari nafkah kita bertumbuh dewasa.
0 komentar:
Posting Komentar