Renungan Harian Virtue Notes, 15 Mei 2010
Beranjak Dari Habitat Lama
Bacaan : Kejadian 12 : 10-20 12:10. Ketika kelaparan timbul di negeri itu, pergilah Abram ke Mesir untuk tinggal di situ sebagai orang asing, sebab hebat kelaparan di negeri itu. 12:11 Pada waktu ia akan masuk ke Mesir, berkatalah ia kepada Sarai, isterinya: "Memang aku tahu, bahwa engkau adalah seorang perempuan yang cantik parasnya. 12:12 Apabila orang Mesir melihat engkau, mereka akan berkata: Itu isterinya. Jadi mereka akan membunuh aku dan membiarkan engkau hidup. 12:13 Katakanlah, bahwa engkau adikku, supaya aku diperlakukan mereka dengan baik karena engkau, dan aku dibiarkan hidup oleh sebab engkau." 12:14. Sesudah Abram masuk ke Mesir, orang Mesir itu melihat, bahwa perempuan itu sangat cantik, 12:15 dan ketika punggawa-punggawa Firaun melihat Sarai, mereka memuji-mujinya di hadapan Firaun, sehingga perempuan itu dibawa ke istananya. 12:16 Firaun menyambut Abram dengan baik-baik, karena ia mengingini perempuan itu, dan Abram mendapat kambing domba, lembu sapi, keledai jantan, budak laki-laki dan perempuan, keledai betina dan unta. 12:17 Tetapi TUHAN menimpakan tulah yang hebat kepada Firaun, demikian juga kepada seisi istananya, karena Sarai, isteri Abram itu. 12:18 Lalu Firaun memanggil Abram serta berkata: "Apakah yang kauperbuat ini terhadap aku? Mengapa tidak kauberitahukan, bahwa ia isterimu? 12:19 Mengapa engkau katakan: dia adikku, sehingga aku mengambilnya menjadi isteriku? Sekarang, inilah isterimu, ambillah dan pergilah!" 12:20 Lalu Firaun memerintahkan beberapa orang untuk mengantarkan Abram pergi, bersama-sama dengan isterinya dan segala kepunyaannya.
Abraham harus meninggalkan Ur-Kasdim untuk menunjukkan ketaatannya kepada TUHAN, karena
Ketika dalam perjalanannya Abraham menghadapi kelaparan, ia tidak kembali ke Ur-Kasdim, tetapi ke Mesir. Padahal, Mesir negeri yang bisa mendatangkan bencana dalam hidup keluarganya. Memang benar, Abraham nyaris kehilangan istrinya. Istrinya hampir saja dirampas Firaun kalau TUHAN tidak turun tangan. Tapi semua risiko tersebut rela ditanggung Abraham. Luar biasa, Abraham rela kehilangan apa pun demi ketaatannya kepada YHWH.
Kalau saja saat kelaparan terjadi itu Abraham kembali ke Ur-Kasdim dan membatalkan hidup musafirnya, maka ia tidak pernah menjadi sahabat TUHAN. Langkah yang diambil Abraham untuk tidak kembali itu semakin memantapkan kerinduannya terhadap
Abraham adalah "pilot project" (proyek percontohan) yang harus kita teladani sebagai orang percaya. Ketika TUHAN memerintahkan Abraham untuk meninggalkan Ur-Kasdim, bisa saja Abraham mengelak, dengan alasan bahwa di
Sebagaimana Abraham meninggalkan negeri yang nyaman tempat ia sudah biasa menikmati kehidupan, demikianlah orang percaya harus meninggalkan cara hidup yang tidak sesuai dengan kehendak ALLAH. Meninggalkan cara hidup atau habitat yang lama tidaklah diukur dengan cara mulai melakukan kegiatan agama, tetapi yang penting adalah perubahan pola berpikir (mind set) dengan segala filosofinya. Untuk ini kita harus tegas meninggalkan pergaulan buruk yang telah digeluti.
0 komentar:
Posting Komentar