RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

Kekudusan

Rabu, 5 Mei 2010

Bacaan : 2 Timotius 2 : 20-21

2:20 Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia. 2:21 Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.

Bagi manusia, tidak ada yang lebih bernilai jika manusia itu dipakai TUHAN untuk memenuhi rencana-NYA, sebab manusia memang diciptakan TUHAN untuk melaksanakan kehendak-NYA. Seperti perabot yang dipakai untuk maksud yang mulia, orang yang dipakai TUHAN harus hidup dalam kesucian. Makin kudus dan bersih hidup seseorang, maka ia akan semakin efektif dipakai oleh TUHAN.

Apa sebenarnya kekudusan itu? Dalam bahasa Ibrani, kudus ditulis 'qadash' yang artinya "dipisahkan dari yang lain untuk digunakan". Dalam bahasa Yunani, 'hagios' yang artinya "berbeda dari yang lain". Dalam Kekristenan, kekudusan harus dipahami berbeda dengan konteks agama-agama pada umumnya. Kekudusan Kristen berawal dari penebusan oleh darah Yesus. Manusia yang berdosa diampuni, dan segala dosa yang pernah dilakukan diperhitungkan tidak pernah terjadi, sebab TUHAN Yesus memikul di kayu salib. Ini kekudusan secara pasif, yaitu kita menerima pengampunan dosa tanpa usaha kita sama sekali.

Selanjutnya, mereka yang sudah dikuduskan oleh darah Yesus diharapkan menjadi pribadi yang tidak berbuat dosa lagi. Dalam hal ini perlu kerja sama antara kita dengan TUHAN melalui Roh Kudus. Kita harus memiliki kesediaan untuk hidup tidak dikuasai dosa, sementara itu TUHAN menyediakan Firman (Yohanes 17 : 17), dan segala peristiwa yang terjadi dalam hidup kita untuk mendewasakan kita (Roma 8 : 28). Inilah kekudusan secara aktif. Proses pengudusan ini haruslah sebuah proses yang dialami setiap anak TUHAN secara nyata.

Karena berarti "dipisahkan dari yang lain", kekudusan bukan hanya berarti tidak melakukan dosa-dosa moral secara umum, tetapi juga dipisahkan, atau tidak terikat, dengan keindahan dunia. Sebagai perabot, kita hidup dalam ketertundukan kepada TUHAN dan bersedia dipakai untuk tujuan-NYA.

Bersedia dikuduskan berarti bersedia mengalami kematian diri manusia lama (Galatia 2 : 20). Meskipun mengalami kematian diri, kita tetap memiliki kehendak bebas, tetapi melalui penyangkalan diri terus menerus, kita akan menyerahkan kehendak kita dan hak kita kepada TUHAN : Hak dihormati, hak dihargai, hak memiliki, dan sebagainya. Ini suatu keharusan, sebab "dipisahkan dari yang lain" berarti berbeda dengan dunia ini. Dengan pertumbuhan manusia baru kita yang semakin dewasa, karakter kita semakin terbentuk dalam kekudusan yang benar. Ini memungkinkan kita dipakai TUHAN secara benar, sebab hanya orang kuduslah yang dapat berjalan dengan-NYA dalam keharmonisan hubungan yang dikehendaki-NYA.

Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger