Renungan Harian Virtue Notes, 20 April 2011
Pelajaran Setiap Hari
Bacaan: Ratapan 3: 17-25
3:17 Engkau menceraikan nyawaku dari kesejahteraan, aku lupa akan kebahagiaan.
3:18 Sangkaku: hilang lenyaplah kemasyhuranku dan harapanku kepada TUHAN.
3:19 "Ingatlah akan sengsaraku dan pengembaraanku, akan ipuh dan racun itu."
3:20 Jiwaku selalu teringat akan hal itu dan tertekan dalam diriku.
3:21. Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap:
3:22 Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya,
3:23 selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!
3:24 "TUHAN adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya.
3:25 TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia.
Nabi Yeremia menulis kitab Ratapan sebagai jeritan hatinya atas kemalangan bangsa Israel dan kehancuran kota Yerusalem oleh orang Kasdim. Tetapi luar biasanya, di tengah sengsaranya ia masih bisa berseru, “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!” (ay. 22–23).
Seruan Yeremia ini berarti di tengah kesesakan pun ia masih merasakan kasih setia Tuhan dan rahmat-Nya yang selalu baru setiap hari. Jelas, artinya tidak hanya berkat jasmani untuk penghidupan nafkah jasmani kita—sebab berkat jasmani itu tak kentara di tengah kesesakan—tetapi berkat-berkat rohani, yang meliputi pelajaran baru setiap hari, untuk mempersiapkan kita memasuki kekekalan. Sesungguhnya inilah yang lebih penting daripada berkat jasmani.
Dalam kesesakan pun Allah tetap memberi pelajaran yang berharga kepada kita. Terlebih lagi sebagai umat Perjanjian Baru, pelajaran yang kita peroleh lebih berharga daripada di zaman Yeremia, sebab Allah yang adalah Bapa segala roh menginginkan roh kita yang berasal dari-Nya kembali kepada-Nya dengan pembentukan jiwa yang sempurna, seperti Putra tunggal-Nya. Untuk membentuk kita menjadi seperti yang diinginkan-Nya itu, Ia menggunakan segala hal yang kita alami untuk menyempurnakan kita (Rm. 8:28).
Seperti Yeremia yang menemukan kebaikan Tuhan di tengah kesesakan (ay. 25), kita pun harus selalu melihat kebaikan Tuhan di tengah berbagai peristiwa yang kita alami, baik atau buruk. Kita harus menerimanya sebagai pelajaran yang digunakan Tuhan untuk membentuk kita. Ia baik, karena pembentukan-Nya itu akan terus menyempurnakan kita.
Seberapa kemuliaan yang akan kita terima kelak juga tergantung dari minat dan keseriusan kita belajar dibentuk Tuhan. Memang tidak ada orang yang berminat masuk neraka, tetapi kalau tidak serius dan tidak berminat belajar dibentuk Tuhan, jelas orang itu berminat masuk neraka, sebab tidak memilih Tuhan berarti memilih setan.
Kalau kita disebut murid Tuhan, kita harus mau diproses untuk berubah, dari bodoh jadi pintar, dari tidak cakap menjadi cakap, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Itu sudah termasuk dalam harga yang harus kita bayar, yaitu segenap hidup kita. Terimalah segala hal sebagai pelajaran dan didikan Tuhan, dan teladanilah erus Tuhan Yesus agar dapat memiliki iman yang sempurna (Ibr 12:3–6).
Dalam segala hal, Allah memberi pelajaran yang berharga untuk membentuk kita menjadi seperti yang diingini-Nya.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar