Renungan Harian Virtue Notes, 21 April 2011
Bagaikan Uap
Bacaan: Yakobus 4: 13-14
4:13 Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung",
4:14 sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.
Manusia pada umumnya menganggap kemiskinan, tidak terhormat, terhina dan berbagai kegagalan hidup di dunia ini sebagai malapetaka puncak yang sangat ditakuti. Mereka malu apabila mengalami hal-hal tersebut, dan karenanya berjuang keras melakukan apa saja supaya terhindar darinya, termasuk mengorbankan Tuhan dan kerajaan-Nya. Sayangnya, setelah memperoleh apa yang disebut dunia ini sebagai kesuksesan, mereka tidak puas dan ingin mengejar yang lebih besar lagi, demikian seterusnya tanpa habisnya, dan akhirnya Tuhan tidak memiliki tempat dalam kehidupan mereka.
Orang-orang berpikir demikian, sebab umumnya mereka menganggap kehidupan di bumi ini sebagai satu-satunya hidup. Mereka bisa mengaku Kristen, tetapi jika terus mengejar kesuksesan duniawi dengan segala cara, sesungguhnya mereka membuktikan bahwa mereka tidak percaya adanya kekekalan. Mereka tidak menyadari bahwa kehidupan kita tak ada artinya dibandingkan kekekalan, bagaikan uap yang terlihat sebentar saja lalu lenyap. Begitu mereka menutup mata untuk selama-lamanya dan melihat realitas kekekalan, barulah mereka sadar bahwa sudah tidak ada lagi kesempatan bagi mereka untuk memperbaiki diri.
Jangan seperti Esau yang gara-gara sepiring makanan menjual hak kesulungannya dan kehilangan kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya (Ibr. 12:16–17). Sekalipun meraung-raung dengan sangat keras dalam kepedihan hati, tidak ada gunanya lagi. Hari ini air mata kita dan waktu yang tersedia bisa menyelamatkan kita, tetapi suatu hari nanti, air mata tidak bisa menyelamatkan kita, sebab tidak ada lagi waktu atau kesempatan untuk bertobat dan memperbaiki diri.
Kalau hari ini kita masih mengorbankan apa yang Tuhan kehendaki demi harkat dan martabat kita di bumi, bertobatlah sekarang juga. Kita harus sadar bahwa mengejar segala keinginan duniawi tersebut berarti menyia-nyiakan waktu yang disediakan Tuhan untuk membentuk kita dan mempersiapkan kita memasuki kekekalan. Kekekalan itulah kehidupan yang sesungguhnya, dan tiada taranya dibandingkan dengan kehidupan hari ini.
Apabila kita takut gagal di mata dunia, akibatnya kita bisa gagal di mata Tuhan dan akhirnya bisa binasa. Tetapi apabila kita tidak ingin gagal di mata Tuhan, Ia niscaya tidak akan meninggalkan kita. Ia akan membuat kita semakin efektif untuk melayani-Nya, sehingga tidak hanya menjadi sukses di mata-Nya, di mata dunia pun kita akan dipandang sukses.
Takut gagal di mata dunia mengakibatkan gagal di mata Tuhan; Meraih sukses di mata Tuhan akan membuahkan sukses di mata dunia.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar