Renungan Harian Virtue Notes, 3 April 2011
Passion
Bacaan: Filipi 1: 20-24
1:20 Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikianpun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku.
1:21. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.
1:22 Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu.
1:23 Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus--itu memang jauh lebih baik;
1:24 tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.
Banyak kegagalan hidup orang Kristen sebagai anak-anak Tuhan disebabkan oleh satu hal yang kedengarannya sederhana—tetapi sangat prinsip—yaitu tidak menerima kenyataan bahwa dirinya diciptakan semata-mata untuk melayani Penciptanya. Tanpa menerima kenyataan ini, seseorang tidak pernah memiliki passion untuk melayani Penciptanya.
Passion maksudnya adalah hasrat yang sangat kuat, yang mendorong seseorang melakukan suatu tindakan; hasrat yang tidak bisa dihindari untuk dilakukan. Ia merasa harus melakukannya secara mutlak. Passion yang kuat akan menguasai dan membelenggu hidupnya sehingga sadar ataupun tidak, seluruh kegiatan hidupnya akan diarahkan kepada sesuatu yang dihasrati tersebut.
Seseorang yang tidak mau menerima bahwa dirinya diciptakan hanya untuk melayani Penciptanya tidak akan pernah memiliki passion untuk melayani Tuhan. Bila demikian keadaannya, sesungguhnya lebih baik ia tidak pernah menjadi manusia maupun ciptaan Tuhan lainnya. Menjadi batu sekalipun lebih baik tidak usah, sebab batu pun bisa mengakui kebesaran-Nya (Luk. 19:40).
Kita harus sadar, bahwa Iblis (Lucifer) jatuh karena tidak mau menerima kenyataan bahwa dirinya adalah hamba yang tercipta hanya untuk Penciptanya. Selamanya kita adalah hamba yang tidak pernah hidup untuk diri kita sendiri. Ketika kita hidup untuk diri sendiri, berarti kita membinasakan diri kita; tetapi manakala kita hidup untuk melayani Tuhan, kita menemukan hidup yang sesungguhnya, dan menyelamatkan diri kita.
Banyak orang yang mengaku percaya kepada Tuhan, beragama dan menjalankan tatacara ritual ibadahnya, tetapi tidak sungguh-sungguh ber-Tuhan. Keberagamaan seperti liturgi atau kebaktian belaka tidak sampai pada penghayatan yang benar terhadap kenyataan bahwa kita hidup di semesta, di mana ada Sang Pencipta yang aktif memerintah. Sang Pencipta memiliki perasaan yang reaktif dan responsif terhadap tindakan ciptaannya. Sang Pencipta menciptakan manusia, agar mereka melayani Dia. Kalau manusia sebagai ciptaan-Nya tidak hidup sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya, maka Ia pun pasti berduka. Orang-orang yang mendukakan hati-Nya di dunia hari ini tidak akan berkesempatan tinggal dalam Kerajaan-Nya yang kekal kemudian hari. Oleh sebab itu selagi kita ada dalam dunia ini, kita harus belajar hidup sepenuhnya bagi Tuhan, dan mengatakan, “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan”.
Passion untuk melayani Tuhan berawal dari menerima bahwa kita diciptakan semata-mata untuk melayani-Nya.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar