Renungan Harian Virtue Notes, 19 April 2011
Kebebasan Dan Belenggu
Bacaan: Lukas 22: 3-6
22:3 Maka masuklah Iblis ke dalam Yudas, yang bernama Iskariot, seorang dari kedua belas murid itu.
22:4 Lalu pergilah Yudas kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah dan berunding dengan mereka, bagaimana ia dapat menyerahkan Yesus kepada mereka.
22:5 Mereka sangat gembira dan bermupakat untuk memberikan sejumlah uang kepadanya.
22:6 Ia menyetujuinya, dan mulai dari waktu itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus kepada mereka tanpa setahu orang banyak.
Sebagai orang merdeka, kita tidak ada di bawah dominasi atau kekuasaan siapa pun, kecuali Tuhan. Tetapi kita harus memilih untuk terikat kepada Tuhan, atau kepada Iblis. Manusia tidak mungkin hidup tanpa ikatan ini. Sebelum kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kita diikat belenggu Iblis. Setelah kita dimerdekakan oleh Kristus, kita harus diikat juga, oleh “belenggu” Tuhan.
Kalau kita tidak mau diikat oleh “belenggu” Tuhan, berarti kita memilih untuk jatuh lagi ke dalam kekuasaan Iblis, dan Iblis membelenggu kita lagi. Seperti Yudas Iskariot yang pernah mengiring Yesus dan pernah juga mengaku Yesus sebagai Tuhan, tetapi ternyata masih bisa dikuasai Iblis.
Berarti kebebasan yang kita miliki bukanlah bebas sebebas-bebasnya, tetapi kebebasan yang terbatas. Artinya kalau kita benar-benar percaya, kita akan meminta Tuhan untuk menguasai kita, mengikat kita, membelenggu kita supaya Iblis tidak bisa membelenggu kita lagi. Perjalanan orang Kristen adalah perjalanan iman yang semakin teguh, sampai kita benar-benar tidak bisa dikuasai Iblis sama sekali. Seperti Abraham yang bertumbuh dari kelas “keluar Ur-kasdim” naik terus sampai ke kelas “mempersembahkan anaknya”. Sampai di kelas itu, ia tidak akan mau lagi kembali ke Ur-kasdim.
Untuk naik kelas terus, kita harus terus mengisi pikiran dan hati kita dengan Firman Tuhan, dan meninggalkan keinginan-keinginan duniawi yang membinasakan (1Yoh. 2:17). Jangan seperti Yudas, yang sekalipun sudah mendengar langsung ajaran Tuhan Yesus, masih mempunyai keinginan-keinginan duniawi yaitu ambisi dan ketamakan. Buktinya, sekalipun dipercayai sebagai bendahara yang memegang kas para murid, ia sering mengambil uang kas yang dipegangnya (Yoh. 12:6). Keinginan-keinginan itulah yang membuatnya menyerahkan Tuhan Yesus untuk bayaran tiga puluh keping perak. Akhirnya ia binasa.
Oleh karena itu marilah kita membiasakan untuk hidup tidak suka-suka sendiri, tetapi menyerahkan hidup kita untuk diperlakukan sesuka-sukanya Tuhan. Kebebasan yang sebebas-bebasnya akan membelenggu kita kembali ke dalam kuasa Iblis, tetapi kalau kita mencari belenggu Tuhan dengan menuruti Firman-Nya, kita sungguh-sungguh terbebaskan. Itulah kemerdekaan yang sejati, bagaikan lembu yang dijinakkan dan dipasangi kuk yang enak dan menarik beban yang ringan (Mat. 11:28–30).
Kita harus terus mengisi pikiran dan hati kita dengan Firman Tuhan agar sungguh-sungguh terbebaskan.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar