Renungan Harian Virtue Notes, 6 April 2011
Bejana Hati
Bacaan: Yohanes 4: 7-15
4:7 Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: "Berilah Aku minum."
4:8 Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan.
4:9 Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.)
4:10 Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup."
4:11 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?
4:12 Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?"
4:13 Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi,
4:14 tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."
4:15 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air."
Banyak orang Kristen merasa sudah memiliki Tuhan Yesus dalam hidupnya, padahal sebetulnya belum. Betapa terkejutnya saat berhadapan dengan Tuhan Yesus nanti, mereka mendengar Tuhan dengan terus terang berkata, “Aku tidak pernah mengenal kamu.” Artinya, “Aku tidak pernah menikmatimu. Aku tidak berkenan kepadamu, sebab Aku tidak menemukan dirimu melakukan kehendak-Ku.”
Ironis dan menyedihkan sekali manakala orang yang sudah melakukan banyak mukjizat, bernubuat dan mengusir setan akhirnya ditolak oleh Allah. Ingat, bukan orang yang memanggil Dia Tuhan bisa masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan orang yang melakukan kehendak Bapa. Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat (Luk. 13:24).
Melakukan kehendak Bapa membutuhkan suatu syarat, yaitu mengosongkan bejana hati kita dari segala keinginan, dan menggantikannya dengan prinsip hidup “melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yoh. 4:34). Bejana hati manusia itu seperti sumur yang tidak memiliki dasar. Mau diisi air seberapa pun banyaknya, pasti akan lenyap; tak ubahnya membuang garam ke laut.
Bejana hati manusia selalu haus akan berbagai hasrat, keinginan dan cita-cita. Ini sudah menjadi hal yang dianggap normal dan wajar bagi manusia. Setiap hari, manusia harus “menimba air” untuk berusaha mengisi bejana hati tersebut, tetapi pasti akan haus lagi (ay. 15). Tetapi sebagai orang percaya, Tuhan Yesus memberikan air hidup kepada kita, sehingga dengan menyediakan bejana hati kita untuk dipenuhi oleh-Nya, kita tidak akan haus lagi untuk selama-lamanya. Justru dalam diri kita akan tumbuh mata air yang terus-menerus memancarkan air hidup Tuhan sampai kepada hidup yang kekal (ay. 14).
Dengan ini kita mengerti bahwa dahaga atau kekosongan rongga hati yang ada dalam diri manusia hanya bisa dipenuhi oleh Tuhan sendiri. Tak bisa dipenuhi dengan mencoba memuaskan hasrat dan keinginan kita. Keinginan yang tak ada habisnya tidak akan memberi ruang bagi bejana hati kita untuk bisa diisi dengan segala sesuatu yang berasal dari Bapa. Tentu ini menjadi kecelakaan fatal dalam kehidupan kita, sebab kita tidak dapat mengerti apakah kehendak Bapa itu, apalagi melakukannya. Kesediaan seseorang menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat nyata pada kesediaan melakukan segala kehendak Bapa, dan itu diawali dengan kerelaan menyediakan bejana hati kita diisi oleh Tuhan.
Bejana hati kita hanya bisa dipenuhi oleh Tuhan, dan itu nyata dari prinsip hidup hanya untuk melakukan kehendak-Nya.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar