Renungan Harian Virtue Notes, 24 Oktober 2011
Tidak Memandang Muka
Bacaan: 1 Petrus 1: 14-17
1:14 Hiduplah sebagai anak-anak yang taat
Allah tidak memandang muka. Siapa pun yang tidak hidup sesuai dengan kehendak Allah—sekalipun beragama Kristen—bukanlah anak-anak Allah. Itulah sebabnya Rasul Petrus menasihati kita, kalau kita memanggil Dia Bapa, maka hendaklah kita hidup dalam ketakutan (ay. 17). Mengapa harus ketakutan? Sebab kalau kita memanggil-Nya Bapa, maka kita harus hidup sesuai dengan kehendak Bapa, sebab Ia tidak memandang muka.
Di Perjanjian Lama pun Tuhan tidak memandang muka apakah seseorang termasuk bangsa Israel atau kafir; yang penting adalah melakukan Taurat. Sekarang, Ia juga hanya memandang apakah kita beriman dengan benar atau tidak. Orang yang beriman dengan benar akan menunjukkan imannya dengan perbuatan yang konkret (Yak. 2:26). Dalam hal ini jangan merasa telah beriman, bila tidak menunjukkan iman tersebut dengan perbuatan konkret yang memenuhi standar kebaikan menurut ukuran Tuhan. Kalau hanya menjadi orang baik di mata manusia dan pergi ke gereja, belum tentu memiliki iman yang dikehendaki oleh Bapa.
Dengan demikian sejak kita memanggil Dia Bapa, berarti kita harus memiliki kebaikan menurut ukuran-Nya. Kebaikan ini berakar pada dua hal. Pertama, meletakkan seluruh pengharapan kepada penyataan Tuhan Yesus, berarti kerinduan terbesar dalam hidup ini adalah kedatangan-Nya. Hanya anak-anak Tuhan yang sejati yang memiliki pengharapan ini dengan jujur. Anak Tuhan yang baik merasa bahwa hidupnya telah selesai; ia hidup hanya untuk menantikan jemputan dari Tuhan Yesus yang akan membawanya ke rumah Bapa. Kedua, hidup dalam ketaatan kepada kehendak Bapa, sampai kekudusannya seperti Bapa.
Pemaparan Petrus dalam suratnya ini menunjukkan dengan jelas bahwa untuk menjadi anak-anak Allah ada syarat yang harus dipenuhi. Itulah maksud penebusan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus Kristus itu, agar kita ditebus dari cara hidup yang kita warisi dari nenek moyang kita. Cara hidup yang kita warisi dari nenek moyang adalah karakter nenek moyang, yaitu karakter manusia berdosa. Sekarang setelah menerima kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, kita mewarisi karakter Bapa, sehingga kita mengambil bagian dalam kodrat ilahi. Kodrat ilahi yang dikenakan orang percaya adalah karakter Bapa. Dengan demikian untuk membuktikan apakah seseorang anak Allah atau tidak, dapat dilihat dari karakternya.
Iman kita terbukti bila kita meletakkan seluruh pengharapan kepada penyataan Yesus dan hidup dalam ketaatan kepada kehendak Bapa.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar