Renungan Harian Virtue Notes, 29 Oktober 2011
Menentukan Sendiri
Bacaan: Ibrani 12: 12-17
12:12 Sebab itu kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang goyah;
12:13 dan luruskanlah jalan bagi kakimu, sehingga yang pincang jangan terpelecok, tetapi menjadi sembuh.
12:14 Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.
12:15 Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.
12:16 Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan.
12:17 Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.
Dengan menjadi anak-anak Allah karena menerima Tuhan Yesus sebagai pemilik kehidupan kita, kita percaya bahwa segala sesuatu dalam kendali Bapa di surga. Namun pengendalian oleh Allah Bapa yang berdaulat bukan berarti segala sesuatu ditentukan oleh-Nya tanpa melibatkan respons kita. Respons manusia dalam menentukan keadaan dirinya dan keturunannya sangat penting dan berarti.
Harus kita ingat bahwa kehidupan bukanlah serentetan nasib yang ditentukan oleh takdir yang tidak bisa dihindari; tetapi kehidupan adalah serentetan pilihan yang harus dipilih untuk menentukan keadaan masing-masing individu. Jadi ke mana arah hidup manusia dan keadaannya ditentukan oleh manusia itu sendiri. Hal ini merupakan hukum yang tidak bisa dibantah. Sebagaimana Adam dan Hawa menentukan keadaan diri dan keturunannya, demikian pula kita semua menentukan kedaan kita dan keturunan kita.
Untuk ini kita tidak boleh menyerah kepada nasib atau keadaan sekitar kita yang sering kita anggap sebagai takdir yang tidak bisa ditolak. Apa pun keadaan di sekitar kita merupakan jalan untuk menemukan rencana-rencana Allah yang besar atau kehidupan masa depan yang penuh harapan; baik masa depan di dunia ini, terlebih lagi setelah kehidupan di dunia ini.
Dalam serentetan pilihan yang disediakan Bapa, selalu ada pilihan terbaik bagi anak-anak yang dikasihi-Nya. Tetapi pilihan terbaik tersebut tidak otomatis menjadi milik kita, kalau tidak kita pilih. Bapa tidak akan mencegah seseorang memilih berdasarkan keputusannya sendiri, baik untuk pilihan yang terbaik maupun tidak. Dalam hal ini ditemukan keagungan kehidupan manusia, sebagai makhluk yang diberi kehendak bebas untuk menentukan keadaannya, terutama nasib kekalnya. Keagungan ini di satu sisi memuat kemuliaan, namun di sisi lain mengandung risiko yang tiada tara ngerinya, kalau salah mengambil keputusan.
Sebagai makhluk yang diciptakan dengan keadaan seperti ini kita tidak boleh bersikap pasif. Kepasifan sangat membahayakan sebab memilih untuk pasif merupakan pilihan yang salah. Hendaknya kita tidak berpikir bahwa selalau ada kesempatan nanti untuk memilih apa yang terbaik. Pilihan yang terbaik merupakan akumulasi dari keputusan-keputusan yang baik yang seseorang lakukan setiap hari. Tidak mengambil keputusan berarti membawa dirinya kepada pilihan yang salah, yang dapat berujung kepada kebinasaan.
Kehidupan adalah serentetan pilihan yang harus dipilih untuk menentukan keadaan masing-masing individu.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar