Renungan Harian Virtue Notes, 10 Oktober 2011
Komitmen Menyenangkan Tuhan
Bacaan: 2 Korintus 5: 9-10
5:9 Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya.
5:10 Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus
Kita patut mengingat bahwa kita tidak berhak menyenangkan diri kita sendiri. Kita hidup hanya untuk menyenangkan hati Tuhan. Kebiasaan menyenangkan diri sendiri akan membuat kita seperti kecanduan. Candu ini sangat berbahaya, sebab mampu menggiring manusia kepada karakter Lucifer—yaitu ingin menjadi tuhan bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain, dan memanfaatkan semuanya untuk kesenangan dirinya sendiri. Semua manusia seluruh syaraf tubuh dan jiwanya dialiri hasrat memuaskan diri sendiri ini. Sampai taraf tertentu, seseorang tidak bisa lagi meninggalkan ketergantungan tersebut. Baginya memiliki kesenangan dan kepuasan bagi dirinya sendiri adalah keharusan. Sekarang setelah kita sadar, kita harus berbalik atau bertobat. Kita harus meninggalkan kecanduan ini. Memang berat, tetapi tidak ada pilihan lain kalau kita mau selamat. Anugerah keselamatan sudah tersedia, didalamnya memuat terapi untuk bisa keluar dari kecanduan ini. Kalau kita memanfaatkan kuasa atau hak yang diberikan Tuhan (Yoh. 1:12-13), maka kita bisa menjadi anak-anak Allah yang bisa menyenangkan dan memuaskan hati Bapa.
Maka marilah kita memiliki komitmen untuk menyenangkan hati Tuhan. Ini akan membawa kita kepada kehidupan yang memuaskan hati Tuhan. Inilah tindakan bijaksana bagi kita yang menginginkan hari baik di kekekalan nanti. Mungkin di dunia kita mengalami hari buruk bagi diri kita sendiri, sebab dengan mengusahakan kepuasan hati Tuhan, kita harus melukai perasaan dan diri sendiri. Tetapi apabila kita percaya bahwa apa yang kita lakukan akan mendatangkan keselamatan abadi, ini tidak menyakitkan terus. Seperti seorang olahragawan yang harus berlatih. Latihan-latihan itu bisa menyakitkan fisiknya, tetapi ia bisa menikmati ketidaknyamanan tersebut sebab ia tahu bahwa hal itu demi keberhasilannya di arena pertandingan nanti. Akhirnya latihan tersebut tidak lagi menjadi seuatu yang menyakitkan tetapi menjadi sesuatu yang menyenangkan.
Demikian pula dalam pergumulan batin kita. Ketika mulai belajar menolak hasrat diri sendiri, kita seperti melukai diri sendiri. Tetapi lambat laun kita akan terbiasa dengan hal tersebut sehingga kita tidak merasa terluka lagi. Akhirnya kita akan terbiasa melakukan apa yang sesuai dengan kehendak Tuhan, bukan kehendak diri sendiri. Bila proses ini berlangsung terus dan intensif, maka kita akan mencapai level kehidupan yang benar-benar memuaskan hati Tuhan. Ingat, kita akan mempertanggungjawabkan kehidupan kita di hadapan takhta pengadilan-Nya.
Komitmen menyenangkan Tuhan dapat melukai diri kita sendiri, tetapi dengan merelakannya, kita akan mencapai tingkat memuaskan.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar