Renungan Harian Virtue Notes, 18 Oktober 2011
Proses Pewarnaan Jiwa
Bacaan: Efesus 5: 14-16
5:14 Itulah sebabnya dikatakan: "Bangunlah, hai kamu yang tidur
5:15 Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup,
5:16 dan pergunakanlah waktu
Proses pewarnaan jiwa kita untuk menjadi seperti yang diinginkan Allah dimulai dari apa yang kita dengar dan lihat, sehingga membangun sebuah pemahaman atau pengertian. Tetapi kalau baru begitu, belum menggores menjadi warna jiwa yang permanen. Apa yang dipahami tersebut harus kita lakukan, sehingga akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan itulah yang akan memberi warna jiwa yang permanen.
Misalnya, Alkitab mengatakan bahwa kita harus mengasihi musuh kita; artinya kita harus belajar arti pengampunan. Selanjutnya Allah akan memberi kondisi, di mana kita harus menerapkan kebenaran yang dipahami tersebut. Ia mempertemukan kita dengan orang-orang yang melukai dan memusuhi kita. Di sinilah kita belajar untuk mengampuni. Inilah proses pewarnaan jiwa yang benar. Dengan ini kita mengerti mengapa Allah turut bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia (Rm. 8:28).
Proses ini tidak terjadi hanya dalam satu kali kesempatan, tetapi berulang-ulang dan terus-menerus sampai akhir hidup kita. Allah menggarap kita melalui segala peristiwa yang terjadi dalam hidup kita. Jadi, kalau kita membiarkan suatu perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah terjadi terus-menerus, itu akan menjadi guratan buruk dalam jiwa kita; tetapi kalau kita melakukan sesuatu yang sesuai dengan kehendak Allah, maka perbuatan itu menggores jiwa kita, sehingga membentuk warna jiwa yang permanen. Guratan jiwa ini membentuk karakter kita secara permanen.
Sebagaimana cara Allah bekerja di Alkitab, semuanya berlangsung melalui proses bertahap, tidak bisa mendadak. Oleh karena itu hendaklah kita menjadi sadar untuk tidak menunda proses tersebut berlangsung dalam hidup kita. Kita harus mau memasuki penggarapan-Nya agar pada saat kita menghadap-Nya, jiwa kita sudah berwarna seperti yang dikehendaki-Nya dan sudah mengukir prestasi berharga di mata-Nya.
Sampai dimana proses tersebut? Tidak terbatas. Seandainya kita memiliki waktu seribu tahun, waktu tersebut belum tentu cukup untuk mewarnai jiwa sesuai dengan kehendak Allah, kalau kita tidak sungguh-sungguh bersedia. Faktanya, Tuhan hanya memberi waktu berkisar 70 tahunan dalam hidup ini. Oleh sebab itu dengan waktu yang singkat ini marilah kita memanfatkannya sebaik mungkin. Sesungguhnya waktu itu cukup, kalau kita berkomitmen mau memasuki penggarapan ini. Pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.
Proses pewarnaan jiwa tidak boleh ditunda; dengan komitmen kita harus memulainya.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar