Renungan Harian Virtue Notes, 15 Oktober 2011
Membela Kehormatan Tuhan
Bacaan: Ulangan 32: 48-51
32:48 Pada hari itulah juga TUHAN berfirman kepada Musa:
32:49 "Naiklah ke atas pegunungan Abarim, ke atas gunung Nebo, yang di tanah Moab, di tentangan Yerikho, dan pandanglah tanah Kanaan yang Kuberikan kepada orang Israel menjadi miliknya,
32:50 kemudian engkau akan mati di atas gunung yang akan kaunaiki itu, supaya engkau dikumpulkan kepada kaum leluhurmu, sama seperti Harun, kakakmu, sudah meninggal di gunung Hor dan dikumpulkan kepada kaum leluhurnya--
32:51 oleh sebab kamu telah berubah setia terhadap Aku di tengah-tengah orang Israel, dekat mata air Meriba di Kadesh di padang gurun Zin, dan oleh sebab kamu tidak menghormati kekudusan-Ku di tengah-tengah orang Israel.
Musa akhirnya tidak diizinkan Tuhan untuk memasuki Kanaan, negeri yang diberikan kepada orang Israel. Padahal ia telah memimpin bangsa Israel selama 40 tahun di padang gurun. Kesalahannya hanya satu, yaitu tidak melakukan apa yang dikehendaki Tuhan. Ketika diperintahkan untuk mengacungkan tongkat kepada bukit batu di Meriba, ia memukul bukit batu itu dua kali (Bil. 20:7–12). Kelihatannya itu masalah kecil, tetapi di mata Tuhan itu masalah besar. Perkara kecil di mata manusia itu ternyata menyinggung hati Tuhan. Ia menganggap Musa tidak menghormati kekudusan-Nya.
Ini menunjukkan bahwa kesucian juga merupakan salah satu tanda penghormatan kita kepada Tuhan. Dengan memperhatikan peristiwa ini, kita sepatutnya disadarkan untuk bersikap sepantasnya kepada Tuhan, dalam hal ini adalah hidup dalam kekudusan seperti yang dikehendaki-Nya. Tidak hidup dalam kekudusan berarti tidak menghormati Tuhan. Kalau perkara yang kelihatan kecil atau sepele bisa melukai hati Tuhan, apalagi perkara besar yang nyata-nyata bisa melukai hati-Nya. Betapa mengerikan. Kita harus mewaspadai hal ini, agar tidak terjebak dalam tindakan yang melukai hati Tuhan.
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa hidup dalam kesucian Tuhan sama seperti membela kehormatan Tuhan. Dengan membela kehormatan-Nya, kita menjadi kesaksian bagi orang lain sehingga mereka mengakui bahwa kita adalah anak-anak Allah.
Membela kehormatan Tuhan dengan kesucian adalah lebih dari sekadar berbuat baik. Kalau hanya berbuat baik, agama-agama lain juga mengajarkan perbuatan baik, dan umat mereka bisa mencapai kebaikan yang cukup menakjubkan. Para motivator sekuler juga menganjurkan kebaikan dan pengikutnya juga melakukannya. Oleh karena itu semestinyalah anak-anak Tuhan memiliki kesucian yang mencengangkan. Maksudnya bukan untuk mencari pujian, bukan supaya dikagumi manusia dan bukan supaya memperoleh keuntungan dari orang lain; tetapi supaya menjadi kesaksian bagi dunia sekitar kita.
Hidup dalam kekudusan yang mencengangkan artinya hidup dalam karakter yang sangat luar biasa. Jika kita hidup dalam kekudusan, pasti mendatangkan keteduhan bagi sesama dan menjadi berkat. Orang di sekitar kita akan mengakui bahwa anak-anak Allah sangat mengagumkan dalam perbuatan. Inilah yang membuat nama Allah kita dimuliakan dan dihormati.
Dengan hidup dalam kesucian, kita menjadi kesaksian bagi orang lain sehingga nama Allah dimuliakan dan dihormati.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar