Renungan Harian Virtue Notes, 28 Oktober 2011
Kehadiran Tuhan
Bacaan: 1 Korintus 6: 19
6:19 Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait
Orang-orang beragama berurusan dengan Tuhan hanya di rumah ibadahnya. Orang-orang Kristen juga terjebak dalam pola yang sama, yaitu menganggap berurusan dengan Tuhan hanya bisa di gereja. Padahal rumah ibadah manusia sesungguhnya adalah seluruh tempat dimana ia menjelajahi hidup ini, dan jam ibadahnya adalah seluruh waktu yang dimilikinya.
Penyembahan yang diinginkan Allah adalah penyembahan dalam roh dan kebenaran (Yoh. 4:24), yaitu ibadah yang tidak dibatasi oleh ruangan, waktu dan tatacara upacara keagamaan. Dalam hal ini nyatalah bahwa Kekristenan adalah jalan hidup, bukan agama. Dalam Kekristenan, yang penting adalah bagaimana di seluruh perjalanan hidup kapan pun dan di mana pun kita melakukan segala sesuatu untuk kepuasan hati Tuhan dengan sikap hati yang menghargai dan menghormati-Nya setinggi-tingginya.
Menghargai Allah setinggi-tingginya hanya dapat dilakukan bila kita menghayati kehadiran Tuhan dalam hidup ini. Artinya di mana pun kita dalam suatu kesadaran bahwa Allah hidup dan hadir. Memang sangat mudah bibir orang mengatakan Tuhan ada di mana-mana, tetapi kebanyakan orang berusaha menghayati Tuhan hanya pada waktu ada dalam suasana menjalani ritual keberagamaan atau liturgi. Itu sebabnya sudah menjadi tradisi agamawi bahwa ada tempat-tempat tertentu yang disakralkan, seakan-akan ada tempat yang istimewa bagi Tuhan di bumi ini.
Memang sebelum Tuhan Yesus datang ke dunia, Allah menyatakan kehadiran-Nya melalui tabut perjanjian yang ada di Bait Allah. Tetapi setelah Tuhan Yesus datang ke dunia maka bait Allah adalah tubuh orang percaya itu sendiri. Dengan menyadari tubuh kita adalah bait Roh Kudus atau bait Allah, maka seharusnya kita bersikap takut akan Allah dalam penggunaan tubuh ini, karena Allah hadir di dalam tubuh kita.
Sayang sekali banyak orang Kristen berusaha menghayati kehadiran Tuhan hanya di gereja, seakan-akan Ia bisa dijangkau dan dirasakan secara penuh hanya saat di gereja. Di luar ruangan gereja mereka tidak perlu menghayati kehadiran Tuhan. Kalau begini akhirnya mereka gagal menghayati kehadiran Tuhan, sebab kalau seseorang tidak menghayati kehadiran Tuhan setiap hari, ia tidak akan bisa menghayati kehadiran Tuhan dengan benar baik di gereja atau di mana pun. Kalaupun seolah-olah bisa menghayati kehadiran Tuhan, itu hanya sebuah stimulasi perasaan, kondisi emosional yang sebetulnya hadirat Tuhan yang palsu.
Kehadiran Allah kapan saja dan di mana saja nyata jika kita takut kepada Allah sebab menyadari tubuh kita adalah bait Roh Kudus.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar