RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

0

Menghakimi Dengan Adil

Renungan Harian Virtue Notes, 30 Nopember 2010

Menghakimi Dengan Adil



Bacaan: Matius 7: 1-5


7:1. "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.

7:2 Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.

7:3 Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?

7:4 Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.

7:5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."



Mau tidak mau, menyuarakan kebenaran yang murni berarti berbenturan dengan ajaran yang melawan kebenaran Alkitab. Saat itu terjadi, tak jarang kita mendengar orang menentang dengan berkata, “Saudara tidak punya hak menghakimi kami. Dalam Mat. 7:1, Tuhan Yesus juga melarang orang menghakimi. Ia tidak menghakimi siapa pun.” Anehnya, kalau Tuhan Yesus melarang orang menghakimi sama sekali, mengapa masih di pasal yang sama (ay. 22–23) Ia sendiri menghakimi?


Kita harus tahu, bahwa penghakiman yang dilarang Tuhan adalah penghakiman yang tidak adil. Tidak adil berarti dua hal. Pertama, tidak menggunakan ukuran yang benar. Memang manusia pada umumnya menghakimi orang lain dari apa yang tampak, sebab kita tidak tahu apa yang ada di hati orang lain. Dan seperti contoh konkret orang Farisi, tidak jarang orang sengaja mengekspos kesalahan orang lain, sehingga ia terlihat baik (Luk. 18:9–14). Tuhan memperingatkan bahwa itu keliru, dan apa yang kita tabur akan kita tuai (ay. 2).


Kedua, munafik. Maksudnya, kita mengatakan orang lain bersalah, padahal kita sendiri tidak sadar bahwa kesalahan yang sama ada dalam diri kita (ay. 3–5). Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk melihat ke dalam diri kita sendiri dulu, agar kita bertobat terlebih dahulu. Setelah bertobat dan memperbaiki diri kita sendiri, maka kita dapat membantu orang lain memperbaiki kesalahan mereka.


Maka menghakimi dengan adil bukanlah sesuatu yang dilarang, sebab Tuhan Yesus sendiri mengatakan, “Janganlah menghakimi menurut apa yang tampak, tetapi hakimilah dengan adil.” (Yoh. 7:24). Seperti apakah menghakimi yang adil itu? Ia menjelaskannya dalam Yoh. 5:30, “Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.”


Berarti menghakimi dengan adil hanya dapat dilakukan jika kita menuruti kehendak Allah, yang hanya dapat ditemukan di Alkitab. Jika kita memahami Firman Tuhan, maka kita menghakimi bukan berdasarkan pemahaman akali belaka, selera suka dan tidak suka, atau sekadar apa yang tampak, melainkan seperti dalam pikiran dan perasaan Kristus, standarnya ialah kesesuaian dengan kehendak Allah.


Teruslah berpegang kepada Firman yang murni dan jangan takut menyingkapkan dosa dan kepalsuan, dengan motivasi yang benar agar jiwa-jiwa yang terhilang dapat diselamatkan. Tuhan Yesus telah menunjukkan bahwa jika kita mengikuti jalan-Nya yang benar, maka kita dapat menghakimi dengan adil.



Menghakimi dengan adil adalah yang sesuai dengan kehendak Allah.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Ciri-ciri Orang Yang Memuliakan Tuhan

Renungan Harian Virtue Notes, 29 Nopember 2010

Ciri-ciri Orang Yang Memuliakan Tuhan



Bacaan: Mazmur 119: 1-16


119:1. Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN.

119:2 Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati,

119:3 yang juga tidak melakukan kejahatan, tetapi yang hidup menurut jalan-jalan yang ditunjukkan-Nya.

119:4. Engkau sendiri telah menyampaikan titah-titah-Mu, supaya dipegang dengan sungguh-sungguh.

119:5 Sekiranya hidupku tentu untuk berpegang pada ketetapan-Mu!

119:6 Maka aku tidak akan mendapat malu, apabila aku mengamat-amati segala perintah-Mu.

119:7. Aku akan bersyukur kepada-Mu dengan hati jujur, apabila aku belajar hukum-hukum-Mu yang adil.

119:8 Aku akan berpegang pada ketetapan-ketetapan-Mu, janganlah tinggalkan aku sama sekali.

119:9. Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu.

119:10. Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu.

119:11. Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.

119:12. Terpujilah Engkau, ya TUHAN; ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.

119:13. Dengan bibirku aku menceritakan segala hukum yang Kauucapkan.

119:14 Atas petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku bergembira, seperti atas segala harta.

119:15 Aku hendak merenungkan titah-titah-Mu dan mengamat-amati jalan-jalan-Mu.

119:16 Aku akan bergemar dalam ketetapan-ketetapan-Mu; firman-Mu tidak akan kulupakan.



Di dalam Alkitab kita menemukan ditunjukkan beberapa contoh orang yang menilai, menganggap dan memperlakukan Allah lebih tinggi dari segala perkara. Paulus menyatakan bahwa pengenalan akan Kristus lebih mulia dari semuanya (Flp. 3:7–8), Zakheus menyerahkan hartanya bagi kepentingan sesama dan penyelesaian dosanya (Luk 19:1–10). Dengan kata lain, orang yang menilai dan memperlakukan Allah lebih tinggi dari dari segala perkara pasti melayani Tuhan.


Pelayanan ini luas artinya, banyak macamnya. Dari berkhotbah, memimpin puji-pujian, menjadi singer, penerima tamu di gereja, melawat orang sakit, mengajak orang ke gereja, mendukung penginjilan atau pekerjaan Tuhan dengan uang, membantu fakir miskin, yatim piatu, mengunjungi orang terpenjara, menolong orang dalam kesusahan dan lain sebagainya adalah pelayanan. Akibat atau hasil dari kegiatan tersebut adalah orang dibuat lebih dekat kepada Tuhan, mengakui Allah itu baik. Inilah bentuk konkret pelayanan kita sebagai terang dunia (Mat. 5:16).


Namun apa sajakah ciri-ciri orang yang memuliakan Tuhan? Ada beberapa yang akan kita bahas di sini. Pertama, seseorang yang memuliakan Tuhan, akan mencari Dia dengan segenap hati (Mzm. 119:2). Ia memberikan waktunya setiap hari untuk bergaul dengan Tuhan dalam doa dan membaca Firman-Nya. Seorang pemuda yang jatuh cinta kepada seorang gadis akan menganggap gadis tersebut lebih bernilai dari semua manusia yang ia temui—bahkan lebih bernilai dari orang tuanya sendiri. Ia akan merindukannya dan ingin senantiasa bersama-sama dengannya. Ia suka membaca suratnya dan bercakap-cakap. Demikian pula kita dengan Tuhan. Orang yang memuliakan Tuhan bersedia meninggalkan layar kaca untuk mengasingkan diri bersama Tuhan; rela meninggalkan meja bilyar, papan catur, atau game komputernya untuk menyendiri bersama dengan Tuhan. Ia suka bercakap-cakap dalam doa dengan Tuhan, mendengar dan melakukan Firman-Nya dan menyembah Tuhan. Ia sudah pasti rajin berbakti ke gereja; tidak perlu didorong seperti Kristen gerobak.


Kedua, ia juga akan menghargai Firman Tuhan (Mzm. 119:12–16). Omong kosong seseorang mengatakan memuliakan Tuhan, kalau ia tidak menghargai Firman-Nya, ucapan-Nya, perintah-perintah-Nya. Kalau kita menghargai Tuhan kita juga menghargai Firman-Nya. Kalau kita menjunjung tinggi dan menghormati Tuhan, kita tentu juga menjunjung tinggi perintah-Nya. Ini dengan sendirinya, tidak bisa tidak. Sebab tidak mungkin orang menghormati Tuhan tetapi tidak menghormati Firman-Nya.



Orang yang memuliakan Tuhan akan mencari Tuhan dengan segenap hati dan menghargai Firman Tuhan.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Kristus Menolong Kita Untuk Menang

Renungan Harian Virtue Notes, 28 Nopember 2010

Kristus Menolong Kita Untuk Menang



Bacaan: Ibrani 2: 17-18


2:17 Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.

2:18 Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.



Peranan Tuhan Yesus membawa manusia kepada keselamatan yang dikehendaki Bapa adalah mutlak. Tidak ada nama yang diberikan kepada manusia yang olehnya manusia dapat selamat, selain nama Yesus (Kis. 4:12). Dengan ketaatan-Nya yang luar biasa Ia dapat menyelesaikan tugas kemesiasan-Nya. Ialah model atau teladan kesempurnaan bagi kita.


Dengan penjelasan ini barulah makin terbuka di mata kita maksud Tuhan Yesus belajar menjadi taat dari apa yang diderita-Nya, dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya (Ibr. 5:7–9). Inilah kemenangan Tuhan Yesus yang diharapkan pula menjadi kemenangan kita.


Tetapi kemenangan ini tidak bisa secara otomatis terjadi. Allah memang memberikan hak atau kuasa (ἐξουσία, eksusía) supaya menjadi anak-anak Allah, tetapi manusia perlu meresponinya dengan memanfaatkan eksusía itu. Eksusía itu adalah Roh Kudus, yang dalam mempunyai dua fungsi. Pertama, menandai seseorang bisa hidup bebas dari keinginan daging dan bisa hidup menurut roh (Rm. 8:9). Kedua, menjadi meterai dan menuntun manusia kepada kebenaran (Ef. 4:30).


Roh manusia dapat menjadi kehidupan yang menguasai jiwa, kalau kebenaran menghidupkannya. Kebenaran kehidupan bisa terjadi kalau seseorang mengonsumsi Firman Tuhan, dan Allah turut bekerja dalam segala sesuatu agar kita serupa dengan Kristus.


Sebagaimana Kristus sudah menang atas dosa, sehingga sekalipun Ia menderita, Ia tetap taat dan tidak jatuh ke dalam dosa akibat semua pencobaan yang dialami-Nya, Kristus sanggup menolong orang yang mau menang juga. Kemenangan di sini adalah kemenangan dari dosa yang mengikat dalam kehidupan ini.


Semua ini bisa terjadi jika Roh yang membangkitkan Kristus juga membangkitkan tubuh kita yang fana. Ini bukan kebangkitan nanti di akhir zaman, tetapi kebangkitan untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan (Rm. 8:11-12). Perhatikan bahwa kita berutang untuk hidup tidak menurut daging, tetapi menurut Roh. Hukum Roh yang menghidupkan di dalam Kristus memberi tanggung jawab bagi kita yang mau ditolong-Nya untuk menang atas dosa, yaitu agar kita yang sudah menerima Kristus hidup menurut Roh, yaitu hidup sesuai dengan kehendak Bapa, seperti mengutamakan Kerajaan Allah dan tidak mengutamakan kebutuhan jasmani.



Kita dibantu Kristus untuk menang atas dosa, dengan tanggung jawab untuk hidup menurut Roh.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Kemerdekaan Oleh Hukum Roh

Renungan Harian Virtue Notes, 27 Nopember 2010

Kemerdekaan Oleh Hukum Roh



Bacaan: Roma 8: 1-6


8:1. Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.

8:2 Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.

8:3 Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,

8:4 supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh.

8:5 Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.

8:6 Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.



Perubahan untuk menjadi anak-anak Allah bisa terjadi sebab Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kita dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut (ay. 2). Alkitab Terjemahan Baru Edisi 2 lebih tepat dan mudah dimengerti: “Sebab hukum Roh yang memberi hidup telah memerdekakan engkau dalam Kristus Yesus dari hukum dosa dan hukum maut.”


Ternyata dalam kehidupan ini terdapat dua jenis hukum kehidupan dalam diri manusia, yaitu hukum dosa dan hukum maut. Kedua hukum inilah yang menyebabkan roh tidak mampu menguasai seluruh kehidupan manusia, dan manusia tidak mampu melakukan kehendak Bapa. Kejatuhan manusia ke dalam dosa membuat manusia terjual di bawah hukum dosa, artinya manusia terkunci tidak mampu lagi melakukan kehendak roh seperti rancangan semula.


Tetapi syukurlah ada hukum yang lain, yaitu hukum Roh yang menghidupkan di dalam atau melalui Kristus. Hukum Roh ini baru ada setelah Tuhan Yesus membuktikan bahwa Ia mampu mengalahkan dosa dalam daging-Nya (ay. 3). Ia taat, menuruti kehendak Allah dalam daging-Nya dan berhasil. Dengan demikian Ia dapat membatalkan hukum dosa dan hukum maut. Sejak itu, manusia dimungkinkan untuk melakukan kehendak Allah, atau hidup menurut Roh.


Pembebasan manusia atas hukum dosa dan hukum maut dilakukan apabila ada seorang manusia yang dapat hidup menurut kehendak Roh. Tuhan Yesuslah yang melakukannya. Ialah yang menciptakan hukum Roh yang menghidupkan. Berkenaan dengan hal ini, Rasul Paulus menulis pula, “Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.” (1Kor 15:22–23).


Adam pertama menjadi makhluk yang hidup, tetapi Adam yang terakhir—Yesus Kristus—menjadi roh yang menghidupkan (1Kor. 15:45). Dengan demikian, kita yang menjadi milik-Nya dan tinggal di dalam-Nya sama sekali tidak akan dihukum (ay. 1) sebab Kristus sudah memerdekakan kita oleh hukum Roh. Tetapi janganlah kabar baik ini membuat kewaspadaan kita berkurang, sebab syaratnya adalah kita harus benar-benar menjadi milik-Nya dan tinggal di dalam-Nya.



Kemerdekaan oleh hukum Roh diberikan Tuhan Yesus kepada kita yang tinggal di dalam-Nya.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Daging Dan Roh

Renungan Harian Virtue Notes, 26 Nopember 2010

Daging Dan Roh



Bacaan: Roma 7: 13–20


7:13 Jika demikian, adakah yang baik itu menjadi kematian bagiku? Sekali-kali tidak! Tetapi supaya nyata, bahwa ia adalah dosa, maka dosa mempergunakan yang baik untuk mendatangkan kematian bagiku, supaya oleh perintah itu dosa lebih nyata lagi keadaannya sebagai dosa.

7:14. Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa.

7:15 Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat.

7:16 Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik.

7:17 Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku.

7:18 Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik.

7:19 Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.

7:20 Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku.



Dalam kehidupan manusia, pikiran, perasaan dan kehendak dalam jiwa berbeda dengan pikiran, perasaan dan kehendak dalam roh manusia. Pikiran, perasaan dan kehendak jiwa adalah hasil dari masukan, input, atau stimulus yang didengar dan yang dilihat orang dari dunia sekitarnya. Itu sangat dipengaruhi oleh kedagingan yang telah terjual di bawah hukum dosa untuk selanjutnya dimasukkan ke jiwa; sementara pikiran, perasaan dan kehendak roh adalah sesuatu yang sudah melekat dengan Allah, sesuai dengan pikiran, perasaan dan kehendak Allah.


Akibat jatuh dalam dosa, manusia terjual di bawah kuasa dosa (Rm. 7:14). Pikiran dan perasaan roh seperti tidur, lemah atau bisa dikatakan mati, karena tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Roh itu berniat baik, tetapi daging lemah (Mat. 26:41). Roh berkehendak melakukan kehendak Bapa, tetapi daging sudah terjual dibawah hukum dosa. Inilah yang tidak disadari oleh Adam. Setelah ia tahu apa yang baik dan jahat, ia tidak melakukan apa yang baik sesuai dengan kesucian Tuhan. Roh manusia tidak mampu mendominasi atau menguasai jiwa, padahal semestinya roh manusialah yang mendominasi jiwa, sehingga manusia hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Dengan demikian manusia tidak mungkin bisa berkenan kepada Allah, karena telah hidup menurut daging.


Yang dimaksud dengan tidak berkenan kepada Allah adalah tidak memenuhi tuntutan kesempurnaan sesuai dengan standar semula, yaitu manusia segambar dan serupa dengan Allah. Kejatuhan manusia ke dalam dosa mengakibatkan manusia mati, artinya terpisah dari Tuhan; secara fisik, manusia bisa mati, dan tidak mampu hidup dikendalikan oleh rohnya. Manusia terjual di bawah kuasa dosa. Bagaimanapun, manusia tidak akan mampu melakukan kehendak Tuhan yaitu apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna. Kebaikan manusia terbatas.


Keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus memberi kemungkinan pikiran dan perasaan roh menguasai jiwa manusia kembali. Lalu jiwa yang dikuasai roh ini mengendalikan seluruh kehidupan. Keselamatan adalah usaha Tuhan mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya, artinya agar roh manusia kembali mendominasi kehidupan untuk mengerti dan melakukan apa baik, yang berkenan dan yang sempurna di hadapan-Nya. Dalam hal ini orang percaya dipanggil untuk sempurna. Inilah panggilan untuk hidup menurut roh, bukan menurut daging.



Kita dipanggil untuk diselamatkan, agar roh kembali mendominasi kehidupan kita



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Bukan Sekedar Masuk Dunia Yang Akan Datang

Renungan Harian Virtue Notes, 25 Nopember 2010

Bukan Sekedar Masuk Dunia Yang Akan Datang



Bacaan: Yohanes 5: 21-23


5:21 Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya.

5:22 Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak,

5:23 supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia.



Tuhan tidak akan dengan mudah membuang manusia ke dalam api kekal, sebab roh yang ditaruh Tuhan di dalam diri manusia itu berasal dari Dia (Yak 4:5; Ibr 12:9). Roh yang ada pada manusia adalah roh dari Allah yang sangat luar biasa. Jadi jangan heran kalau manusia di luar Israel atau di luar Kristen bisa melakukan perbuatan-perbuatan baik yang sangat menakjubkan.


Dengan mengemukakan fakta ini, sama sekali tidak ada maksud untuk mengajarkan bahwa ada keselamatan di luar Kristus. Kita percaya sepenuhnya bahwa tidak ada manusia yang dapat selamat tanpa kurban Kristus. Dialah yang menghapus dosa dunia (Yoh. 1:29) sebab tidak seorang pun bisa melakukan kehendak Allah dengan sempurna. Memang tidak seorang pun yang sanggup melakukan hukum Taurat atau Sepuluh Perintah Allah dengan sempurna, tetapi ketidaksempurnaan itu tidak berarti Tuhan lantas membinasakan mereka. Mereka akan dihakimi menurut pemahaman mereka sesuai dengan hukum yang mereka miliki.


Ketidaksempurnaan itu ditopang oleh kurban Tuhan Yesus di kayu salib. Sebagaimana setiap insan tanpa kehendaknya sendiri terlahir sebagai orang yang ada di bawah hukum dosa dan kebinasaan, maka di luar sepengetahuannya pun ada orang-orang yang memiliki jaminan penghakiman dimungkinkan menerima kesempatan hidup di dunia yang akan datang.


Bila tidak ada kurban di kayu salib, maka tidak ada penghakiman, semua manusia otomatis masuk neraka. Itulah sebabnya Ia yang menyerahkan nyawa-Nya memperoleh hak menghakimi. Ia pun juga berhak membangkitkan siapa saja yang dikehendaki-Nya. Tuhan Yesus mengorbankan diri-Nya di kayu salib untuk menebus semua orang, bukan hanya orang Kristen saja (Rm. 5:15; 2Kor. 5:14–15).


Penjelasan ini dimaksudkan agar kita dapat memahami perbedaan antara orang percaya kepada Tuhan Yesus yang menerima hak (ἐξουσία, eksusía) supaya menjadi anak-anak Allah dan mereka yang tidak memiliki hak itu. Hak itu bukan sekadar untuk memasuki dunia yang akan datang, karena kita yang menjadi anak-anak Allah bukan sekadar masuk dunia yang akan datang, tetapi ikut memerintah bersama dengan Tuhan Yesus. Tapi syaratnya, kesalehan seperti orang-orang bukan pilihan Allah belum cukup. Orang percaya harus memiliki target sempurna seperti Bapa. Bila Tuhan yang memerintahkannya, ini bukan sesuatu yang mustahil diwujudkan. Biarlah penjelasan ini juga memicu kita untuk lebih sungguh-sungguh dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita, yaitu mengikuti jejak Tuhan Yesus.



Ikut memerintah bersama dengan Tuhan Yesus mensyaratkan kita menuju target kesempurnaan.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Dihakimi Menurut Perbuatan

Renungan Harian Virtue Notes, 24 Nopember 2010

Dihakimi Menurut Perbuatan



Bacaan: Roma 2: 6-15


2:6 Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya,

2:7 yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan,

2:8 tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman.

2:9 Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat, pertama-tama orang Yahudi dan juga orang Yunani,

2:10 tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani.

2:11 Sebab Allah tidak memandang bulu.

2:12 Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat.

2:13 Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah, tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan.

2:14 Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri.

2:15 Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.


Apakah kita menganggap hanya orang Kristen saja yang mempunyai kesalehan? Menganggap bahwa dalam kehidupan orang-orang non-Kristen tidak ada orang-orang saleh yang memiliki kualitas yang luar biasa dibanding dengan manusia kebanyakan adalah anggapan yang tidak jujur. Tentu pengertian saleh disini tidak boleh diukur dengan kesalehan standar sempurna bagi umat Perjanjian Baru.


Bila kita mengamati kesalehan Ayub, maka kita menemukan kesalehan orang non-Yahudi dan juga non-Kristen yang luar biasa. Ayub hidup pada zaman sebelum Abraham, dan ia bukan termasuk orang Yahudi umat pilihan Allah (Ayb. 1:1). Tentu masih banyak lagi orang-orang yang memiliki kesalehan seperti mereka. Demikian juga Yitro, mertua Musa. Ia orang Midian yang mengenal Allah Israel. Ia memuji Tuhan dan mempersembahkan korban bagi Allah Israel (Kel 18:12).


Mengapa ada orang non-Yahudi dan non-Kristen bisa mengenal Allah, bahkan disebut imam? Sebab Tuhan yang menulis Taurat-Nya di dalam hati mereka (Rm. 2:15). Mereka bisa menjadi orang-orang yang berprestasi moral yang baik menurut kitab yang mereka miliki, yang akan menjadi tolok ukur penghakiman bagi mereka (Why. 20:12–13). Penghakiman yang digambarkan di sini diselenggarakan tidak berdasarkan iman kepada Juruselamat, tetapi berdasarkan perbuatan (Rm. 2:6). Tentu ini berlaku bagi mereka yang tidak pernah mendengar Injil. Dalam hal ini, akan ditemukan orang-orang yang memiliki kasih kepada sesamanya dalam standar masing-masing, sesuai dengan hukum yang tertulis dalam “kitab-kitab itu”.


Siapa berani mengatakan orang sesaleh Ayub masuk neraka? Tuhan itu Mahaadil. Ia memberi peluang bagi orang-orang yang tidak pernah mendengar Injil, apakah mereka memperoleh perkenanan-Nya atau tidak. Jadi penghakiman Allah tidak hanya untuk menujukkan kesalahan atau menjatuhkan hukuman. Ia bukan Allah yang kejam. Ia akan menunjukkan keadilan-Nya bagi orang-orang yang dipuji-Nya sebagai tidak bercela, seperti Ayub (Ayb. 1:8).


Berarti kita harus menerima bahwa nanti ada banyak orang yang tidak pernah menjadi bangsa Israel, tidak pernah menjadi Kristen, dan tidak pernah dicap sebagai orang saleh menurut kacamata orang Yahudi dan orang Kristen, tetapi memasuki kehidupan yang akan datang. Merekalah orang-orang yang melalui penghakiman lalu diperkenankan masuk sebagai masyarakat dalam dunia yang akan datang di langit dan bumi yang baru. Tidak mungkin Tuhan menulis Taurat-Nya di dalam hati manusia hanya sekedar untuk pajangan dan tidak berdampak bagi manusia.



Kita harus menerima kenyataan bahwa ada orang yang memperoleh perkenanan Allah melalui penghakiman-Nya lalu memasuki kehidupan yang akan datang.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Ciri-ciri Anak

Renungan Harian Virtue Notes, 23 Nopember 2010

Ciri-ciri Anak



Bacaan: Yohanes 8: 44-47

8:44 Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.
8:45 Tetapi karena Aku mengatakan kebenaran kepadamu, kamu tidak percaya kepada-Ku.
8:46. Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa? Apabila Aku mengatakan kebenaran, mengapakah kamu tidak percaya kepada-Ku?
8:47 Barangsiapa berasal dari Allah, ia mendengarkan firman Allah; itulah sebabnya kamu tidak mendengarkannya, karena kamu tidak berasal dari Allah."


Banyak orang Kristen hidup dengan baik berdasarkan standar orang pada umumnya. Mereka berumah tangga dengan baik, usahanya bagus, bukan pembunuh atau pezina. Tetapi mereka tidak mencapai kesucian yang dikehendaki Tuhan; tidak pernah menjadi rohani dalam arti yang sesungguhnya, akibat tidak memahami kebenaran Alkitab. Seseorang disebut rohani dan termasuk anak-anak Allah bila ditandai dengan beberapa hal. Pertama, kerinduannya akan Kerajaan Tuhan. Kedua, kesediaannya melayani Tuhan tanpa batas dengan hati yang mengasihi Tuhan. Dan ketiga, kehidupannya semakin memancarkan pribadi Kristus.

Dalam Yoh. 8:39 Tuhan Yesus berkata, “Kalau kamu anak Abraham, kamu mengerjakan apa yang dikerjakan Abraham.” Yang dikerjakan Abraham adalah meninggalkan cara hidup warisan nenek moyangnya di Ur-Kasdim, dan menujukan perhatiannya kepada langit dan bumi yang baru dengan ketaatannya yang tidak bersyarat. Hal ini ditunjukkan dengan kerelaannya mengorbankan Ishak, anaknya.

Orang harus mengerti dulu apa yang diajarkan dalam kitab suci secara benar, barulah ia memiliki kepekaan untuk berdialog dengan Tuhan setiap saat. Mengerti kehendak Tuhan di sini berarti mengerti apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna. Oleh sebab proses diperanakkan oleh Allah (Yoh. 1:13) tidak bisa berlangsung dalam sekejap, maka orang percaya bertanggung jawab untuk memberi diri diperanakkan oleh Allah.

Firman Allahlah yang melahirkan kembali seseorang (1Pet 1:23). Dalam hal ini perlu proses. Dari mendengar Firman, lalu memasuki masa “pengeraman”, lalu ada iluminasi-iluminasi sampai “menetas” menjadi pemahaman yang melahirkan iman yang menyelamatkan. Di tingkat ini tak terbendung kerinduannya akan Tuhan dan kesediaannya membela Tuhan. Orang-orang seperti ini akan memburu Firman Tuhan sebagai kebutuhan yang selalu dianggap mendesak (Yoh. 8:47).

Kalau kita pergi ke gereja sekadar menunaikan kewajiban, tetapi tidak suka menyelidiki Alkitab, itu merupakan gejala yang jelas bahwa kita bukan berasal dari Allah. Allah tidak melahirkan kita. Kita merasa diri anak (υἱός, huiós) namun sebetulnya kita berstatus anak yang tidak sah (νόθος, nóthos) (Ibr. 12:8). Maka ciri-ciri utama orang yang masuk dalam proses diperanakkan oleh Allah pasti suka mendengarkan dan mendalami Alkitab, sehingga perkataan dan keinginannya mengikuti Bapa (Yoh. 8:38). Tetapi orang yang diperanakkan oleh Iblis, perkataan dan keinginannya berasal dari Iblis (Yoh. 8:44).


Orang yang berasal dari Allah pasti suka memburu Firman Tuhan.


Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Merasa Membela, Padahal Musuh

Renungan Harian Virtue Notes, 22 Nopember 2010

Merasa Membela, Padahal Musuh



Bacaan: Yohanes 8: 37-43


8:37 "Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu.

8:38. Apa yang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, dan demikian juga kamu perbuat tentang apa yang kamu dengar dari bapamu."

8:39 Jawab mereka kepada-Nya: "Bapa kami ialah Abraham." Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham.

8:40 Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham.

8:41 Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri." Jawab mereka: "Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah."

8:42 Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.

8:43 Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku.



Orang-orang Yahudi yang dikatakan tidak mengerti bahasa Tuhan adalah orang-orang beragama yang sangat serius menyembah YHWH, Tuhan Semesta Alam. Tetapi ternyata mereka adalah agen kuasa gelap, yaitu musuh YHWH. Tragisnya, mereka tidak menyadari keadaan mereka tersebut; mereka merasa sedang membela Tuhan.


Demikian pula kita harus waspada saat merasa membela Tuhan, karena jangan-jangan kita sebetulnya agen Iblis yang ditempatkannya di tengah pelayanan untuk menghambat pekerjaan Tuhan. Untuk dapat menyadari hal ini, kita harus mengerti bahasa Tuhan. Orang yang tidak mengerti bahasa Tuhan tidak akan dapat melayani dengan benar. Cepat atau lambat ia akan menghambat meluncurnya pelayanan ke arah yang benar. Kalau hanya membuat gereja menjadi besar dan terorganisasi dengan baik, ilmu manajemen dan pengalaman manusia dapat menopangnya. Tetapi untuk menciptakan pelayanan yang membuat orang menjadi umat yang layak bagi Tuhan, dibutuhkan pelayan-pelayan yang mengerti bahasa Tuhan.


Orang-orang Yahudi yang menentang Tuhan Yesus ini bukanlah orang kafir. Mereka mengaku Allah sebagai Bapa (ay. 41) dan mengaku keturunan Abraham (ay. 39) sehingga giat dalam beribadah kepada Allah, tetapi mereka tidak memiliki pemahaman yang benar terhadap pekerjaan yang dikerjakan Abraham. Mereka tidak mengerti bahasa Tuhan. Ini harus menarik perhatian kita. Apakah kita yang selama ini menjalankan ibadah agama ini telah diperanakkan oleh Allah, sehingga mengerti bahasa-Nya?


Tanpa mengerti bahasa Tuhan, kita tanpa sadar menjadi musuh Tuhan, seperti orang-orang Yahudi yang berusaha membunuh Yesus. Ini jawaban mengapa ada orang Kristen yang bertahun-tahun menjadi Kristen tetapi tidak mengalami perubahan secara signifikan. Mereka hanya menjadi orang beragama yang taat, dan mungkin juga fanatic dengan agama dan gerejanya, tetapi tidak mengerti perkataan Tuhan. Mereka merasa mengerti, padahal tidak.


Untuk orang-orang yang tidak mengerti perkataan Tuhan, dikhawatirkan sampai stadium tertetu mereka tidak pernah mengenal kebenaran sampai mati. Firman Tuhan tidak mendapat tempat di hati mereka (ay. 37) sebab mereka terikat kuasa percintaan dunia. Memang secara penilaian umum mereka tidak didapati sebagai orang yang pantas di neraka, tetapi di mata Tuhan, mereka pemberontak. Kalau saat ini kita menyadari keadaan kita seperti ini, jangan sia-siakan kesempatan bertobat sekarang juga dan meminta Roh Kudus menerangi pikiran kita.



Mengerti perkataan Tuhan hanya mungkin jika Firman Tuhan ada di hati kita.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Memahami Perkataan TUHAN

Renungan Harian Virtue Notes, 21 Nopember 2010

Memahami Perkataan TUHAN



Bacaan: Yohanes 8: 43; Matius 18: 3

Yohanes 8: 43
8:43 Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku.

Matius 18: 3
18:3 lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.


Ibarat radio, kita harus memiliki kemampuan menangkap siaran Tuhan dalam frekuensi yang tepat. Di zaman Tuhan Yesus, orang-orang Yahudi tidak mampu memahami perkataan Tuhan sebab mereka tidak memiliki frekuensi yang sama (in tune) dengan Tuhan. Demikian pula kita bisa melihat hari ini banyak orang beragama Kristen, tetapi tidak mengenal kebenaran Tuhan sebab frekuensinya berbeda. Menyedihkan sekali, tetapi inilah faktanya.

Dalam Yoh. 8:43, bahasa Tuhan atau ucapan Tuhan (λαλιά, laliá) artinya jiwa atau nafas dari kebenaran yang Tuhan ajarkan; cara berpikir Tuhan. Sebagai contoh, dalam kehidupan sehari-hari, sering kita dengar orang tua memarahi anaknya dengan berkata, “Kamu tidak mengerti apa yang orang tua mau. Kamu mendengar nasihat, tetapi tidak mengerti”. Tidak mengerti bukan berarti tidak mendengar. Mereka mendengar, tetapi mereka tidak mengerti atau tidak mau mengerti. Banyak orang seperti ini: mendengar Firman tetapi tidak mengerti atau tidak mau mengerti.

Tidak sedikit orang yang melayani Tuhan tetapi tidak tahu bahasa Tuhan, dan juga tidak berusaha tahu kebenaran Tuhan. Mereka tidak mau belajar dengan sungguh-sungguh sehingga ketinggalan jauh. Contohnya, Tuhan berkata kepada murid-murid-Nya bahwa Rohlah yang memberi hidup, dan daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan Tuhan adalah roh dan hidup. Ini maksudnya pemahaman bahwa perkataan Tuhan itu menekankan hal-hal sorgawi; tidak ada unsur keduniawiannya. Jadi orang yang masih berpikiran duniawi tidak akan dapat mengerti apa yang diajarkan Tuhan. Orang yang mau mengerti bahasa Tuhan harus mau membuka pikirannya selebar-lebarnya dan menanggalkan segala pola pikir yang lama, yaitu pola pikir yang berbasis pada kehidupan dunia hari ini.

Untuk mengerti perkataan Tuhan, kita tidak boleh merasa sudah tahu (Mat. 18:3). Orang yang masih mau mempertahankan konsep-konsep hidupnya yang lama dan tidak bersedia menjadi seperti anak-anak pasti tidak bisa diajar oleh Tuhan. Kita harus menjadi seperti παιδίον (paidíon), yaitu anak kecil yang bisa dididik. Kata “bertobat” dalam teks ini adalah στρέφω (stréfō), artinya berbalik arah.

Maka untuk mengerti perkataan Tuhan, kita harus mau berbalik dan menjadi paidíon, anak kecil yang mau dididik. Kita harus mengalami terobosan sehingga mengerti bahasa Tuhan; dan setelahnya kita pasti tercandui kebenaran, mengagumi kebenaran dan mau terus-menerus mengerti lebih dalam lagi.


Untuk mengerti perkataan Tuhan, kita harus mau berbalik dan menjadi seperti anak kecil yang mau dididik.


Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Orang Kristen Pajangan

Renungan Harian Virtue Notes, 20 Nopember 2010

Orang Kristen Pajangan



Bacaan: 2 Timotius 3: 1-5

3:1. Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar.
3:2 Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama,
3:3 tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik,
3:4 suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.
3:5 Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!


Menakutkan sekali apabila seseorang merasa ada di pihak yang benar, padahal tidak; merasa sudah ada dalam keselamatan, padahal belum; merasa sedang bertumbuh, padahal sudah mati. Kuasa kegelapan yang jahat dan sangat cerdas bisa mengondisikan orang-orang Kristen seperti ini, sehingga mereka menjadi tersesat, tetapi tidak menyadari kesesatannya; mereka tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu. Kondisi seperti ini terjadi terutama ketika fokus kehidupan seseorang selalu diarahkan kepada kesenangan hidup hari ini. Ini adalah penjara besar yang membelenggu hampir semua orang di bumi ini.

Kalau kita mau mengerti kondisi yang sebenarnya dalam hidup kita, kita harus memiliki kesungguhan memeriksa diri oleh tuntunan Roh Kudus dan pemberitaan Firman Tuhan yang murni. Jika tidak demikian, maka kita masih ada dalam belenggu kuasa kegelapan sampai tidak bisa lepas lagi untuk selamanya. Mendeteksi keadaan yang sebenarnya sedini mungkin adalah hal yang mutlak harus dilakukan. Terlambat berarti binasa. Dalam hal ini, Iblis akan berusaha membuat orang menunda memeriksakan diri dengan jujur dan bertobat.

Orang-orang yang tidak menyadari keadaannya tersebut akan makin banyak kita jumpai di dalam gereja. Paulus menyatakan bahwa secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakikatnya mereka memungkiri kekuatannya. (ay. 5). Kata “ibadah” dalam teks ini adalah εὐσέβεια (evsébīa) yang artinya “hidup saleh” atau “hidup kudus”. Orang yang hidup dalam kebenaran dan kesucian adalah orang yang beribadah. Dengan demikian yang memberi nilai ibadah seseorang bukanlah liturgi atau kegiatan gereja, melainkan kehidupan kita setiap hari.

Kata “kekuatan” (δύναμις, dýnamis) mengacu kepada yang memberi arti atau yang memberi nilai. Ibadah tanpa kekuatan adalah bak dummy handphone: yang ada hanya casing luarnya, tanpa perangkat elektroniknya. Handphone itu tidak ada kekuatannya, sebab tak lebih dari sekadar pajangan. Jadi, orang Kristen yang beribadah hanya secara lahiriah ialah orang Kristen pajangan; pajangan di gereja, pajangan di pelayanan, tetapi tidak memiliki kehidupan yang semakin saleh menurut Tuhan. Di mata manusia barangkali dipandang baik, tetapi di mata Tuhan tidak. Inilah tipu daya kuasa kegelapan yang membuat seseorang merasa diri sudah saleh, padahal belum. Ia tidak tahu hakikat kesalehan menurut Tuhan. Untuk mengerti kesalehan yang benar, kita harus memahami pribadi Kristus sebagai teladan yang benar bagi kita, sebab Ia lah pokok keselamatan bagi mereka yang taat kepada-Nya.


Yang memberi nilai ibadah bukanlah liturgi atau kegiatan gereja, melainkan kehidupan kita setiap hari.


Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger