Renungan Harian Virtue Notes, 30 Oktober 2010
Personalitas Totalitas
Bacaan: Matius 13:1–23
13:1. Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau.
13:2 Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai.
13:3 Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur.
13:4 Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis.
13:5 Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis.
13:6 Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar.
13:7 Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati.
13:8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.
13:9 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"
13:10 Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: "Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?"
13:11 Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak.
13:12 Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.
13:13 Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti.
13:14 Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap.
13:15 Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.
13:16 Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar.
13:17 Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.
13:18 Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu.
13:19 Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan.
13:20 Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira.
13:21 Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad.
13:22 Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.
13:23 Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."
Mungkin agak jarang kita membaca perikop mengenai perumpamaan seorang penabur dari kacamata yang berbeda, yaitu personalitas totalitas. Di ay. 13 ada kata “melihat, mendengar dan mengerti”. Di ay. 19, ada kata “hati orang; mengertinya”. Di ay. 23 ada kata “mendengar, mengerti, berbuah”.
Seperti kita ketahui tentang adanya roh, jiwa dan tubuh (1Tes. 5:23) dan terdapatnya pikiran, perasaan dan kehendak dalam jiwa kita, itulah yang disebut dengan personalitas totalitas. Sebenarnya seseorang mengenal Tuhan melalui pikirannya dahulu, atau hatinya yang dijamah oleh Tuhan baru kemudian dia berpikir dan bertindak? Lalu di mana peran Roh Kudus jika demikian?
Otak manusia memiliki dua bagian besar. Di bagian kanan, ada 2 bagian yaitu original brain yang menangkap kesan visual dan limbic system yang merupakan kendali emosi dan perasaan. Sementara otak kiri atau neocortex berfungsi mengartikan suatu stimulasi. Berarti sebenarnya perasaan dan segala hal yang berkaitan dengan emosi letaknya juga di
otak kita—bukan di hati, jadi bagaimana bisa nyambung dengan hati kita? Hati, pikiran, nyawa, roh—semua itu seakan-akan rancu.
Kesimpulannya adalah, jangan kita pisahkan unsur jiwa secara telak, sebab manusia adalah personalitas totalitas. Sejak lahir, kita sudah mempunyai jiwa dengan perasaan, kemampuan berpikir dan bertindak, dan kehendak, tetapi belum lengkap. Kita sudah mempunyai roh yang merupakan milik-Nya. Kita harus mendengar Firman Tuhan dengan telinga kita, mencernanya di dalam pikiran kita, dengan rendah hati dan tulus memasukkan ke dalam hati untuk menjadi milik yang kekal dalam hidup kita. Kebenaran Firman akan merubah pola pikir kita, mempengaruhi tindakan kita dan menentukan kemana perasaan kita berpihak. Dan untuk mengenal dan mengerti Firman, di situlah Roh Kudus berperan memimpin dan menuntun kita.
Adalah bijaksana bila kita menyadari bahwa manusia adalah makhluk yang paling kompleks yang telah Tuhan ciptakan. Yang diinginkan Tuhan pada akhirnya cuma satu, yaitu agar kita bisa hidup kekal bersama-sama dengan Dia. Jadi perhatikanlah penghujung hidup kita, jangan terlalu dalam memusingkan dari mana kita akan mengenal Tuhan, sebab kita ini personalitas totalitas. Mata, telinga, pikiran, perasaan, hati dan seluruh unsur hidup kitalah yang memengaruhi penghujung akhir hidup kita, bertemu Tuhan di surga, atau tidak. Bertindaklah bijaksana mulai dari sekarang.
Sebagai makhluk personalitas totalitas yang kompleks, hiduplah dengan bijaksana agar kelak kita bertemu dengan-Nya.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar