Renungan Harian Virtue Notes, 26 Oktober 2010
Memuji TUHAN Dalam Keteduhan
Bacaan : Kejadian 41 : 38-45
41:38 Lalu berkatalah Firaun kepada para pegawainya: "Mungkinkah kita mendapat orang seperti ini, seorang yang penuh dengan Roh Allah?"
41:39 Kata Firaun kepada Yusuf: "Oleh karena Allah telah memberitahukan semuanya ini kepadamu, tidaklah ada orang yang demikian berakal budi dan bijaksana seperti engkau.
41:40 Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat; hanya takhta inilah kelebihanku dari padamu."
41:41 Selanjutnya Firaun berkata kepada Yusuf: "Dengan ini aku melantik engkau menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir."
41:42 Sesudah itu Firaun menanggalkan cincin meterainya dari jarinya dan mengenakannya pada jari Yusuf; dipakaikannyalah kepada Yusuf pakaian dari pada kain halus dan digantungkannya kalung emas pada lehernya.
41:43 Lalu Firaun menyuruh menaikkan Yusuf dalam keretanya yang kedua, dan berserulah orang di hadapan Yusuf: "Hormat!" Demikianlah Yusuf dilantik oleh Firaun menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir.
41:44 Berkatalah Firaun kepada Yusuf: "Akulah Firaun, tetapi dengan tidak setahumu, seorangpun tidak boleh bergerak di seluruh tanah Mesir."
41:45 Lalu Firaun menamai Yusuf: Zafnat-Paaneah, serta memberikan Asnat, anak Potifera, imam di On, kepadanya menjadi isterinya. Demikianlah Yusuf muncul sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir.
Saat penulis masih muda, sebagai seorang hamba TUHAN, sering kali penulis membandingkan diri dengan hamba TUHAN lainnya. Dan saya mendapati diri saya masih memiliki temperamen yang buruk, tidak mau mengalah, sombong, menuntut penghargaan dan lain sebagainya. Tetapi semua keadaan pribadi saya yang buruk bisa saya sembunyikan di balik kecerdasan yang saya miliki. Di depan orang, saya tampil sedemikian rupa, hingga tampak pribadi seorang hamba TUHAN yang rendah hati, mau mengalah, dan dapat menerima semua perlakuan. Namun lain di bibir, lain di hati. BAPA di Surga yang Mahatahu mengetahui keadaan saya yang sebenarnya.
Seiring perjalanan hidup saya, dalam banyak perkara yang terjadi dalam hidup saya, saya melihat dan merasakan tangan pertolongan TUHAN yang selalu menjaga saya. Tangan Sang Penjunan, tangan Sang Majikan Agung yang melatih saya dewasa melalui segala peristiwa yang terjadi. Melalui pendewasaan itu saya bisa menerima semua pengalaman yang tidak menyenangkan, dan memperbaiki diri serta tidak membanding-bandingkan diri lagi dengan orang lain.
Untuk menjadi seorang Zafnat-Paaneah—kuasa atas tanah Mesir dan wakil Firaun—Yusuf harus melalui sumur yang dalam dahulu, harus dijual dan difitnah, bahkan dipenjara. Tetapi pada akhirnya ia bisa menjadi sosok hebat penyelamat Kanaan, keluarganya, bahkan Mesir. Di situlah Yusuf bisa berkata, “Ajaiblah Engkau TUHAN, ajaib kebijaksanaan-MU, ajaib kecerdasan-MU”.
Suatu hari kelak, saat semua pengetahuan menjadi sempurna, di langit baru dan bumi baru, kita akan melihat cemerlangnya berlian hidup kita. Cemerlangnya permata TUHAN, diri kita sendiri, melalui proses yang dahsyat tersebut. Oleh sebab itu, janganlah kita memuji TUHAN hanya dengan irama musik, dengan sorak-sorai dan tarian, tetapi hendaklah kita juga memuji-NYA dengan keteduhan hati dan dengan ucapan syukur yang tulus dan mendalam.
Ironisnya, banyak orang yang menganggap bahwa pujian syukur selalu harus diekspresikan dengan sorak-sorai, tarian dan bahkan melompat-lompat. Padahal kita bisa memuji TUHAN dalam keteduhan, dalam suasana tenang tanpa hiruk pikuk alat musik sekalipun. Dengan tetesan air mata yang tak tampak di hadapan orang lain, marilah kita belajar kebenaran firman TUHAN yang mengungkapkan hal-hal luar biasa yang TUHAN kerjakan dalam hidup kita, sehingga kita bisa menerima proses pendewasaan-NYA dan memuji TUHAN karenanya.
Memuji TUHAN dengan keteduhan hati penting untuk memahami hal-hal yang TUHAN kerjakan dalam hidup kita.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar