Renungan Harian Virtue Notes, 27 Oktober 2010
Jangan Berimajinasi
Bacaan : Markus 12 : 28-34
12:28. Lalu seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya: "Hukum manakah yang paling utama?"
12:29 Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.
12:30 Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
12:31 Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini."
12:32 Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: "Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia.
12:33 Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan."
12:34 Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" Dan seorangpun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.
Rasa sakit di bagian perut pada anak-anak ternyata dapat dikurangi hanya dengan berimajinasi. Demikianlah hasil penelitian yang dilakukan di University of North Carolina dan Pusat Medis Duke University, Amerika Serikat yang tertuang dalam jurnal Pediatrics pada tahun 2009. Anak-anak dipandu untuk berimajinasi, dan hasilnya, 73,3% dari mereka mengaku sakitnya berkurang. Ini sangat membantu mengurangi tingkat ketidakhadiran karena sakit perut adalah salah satu penyebab anak tidak masuk sekolah. Di tempat lain juga demikian. Di Inggris, Prof. David Candy, konsultan kesehatan anak di Rumah Sakit Western Sussex juga mengaku kerap mengobati pasien dengan hipnosis, dan terbukti berhasil.
Jadi bila rasa sakit bisa dikurangi dengan imajinasi, apakah di dalam Kekristenan, kita juga bisa berimajinasi bahwa TUHAN menyertai kita? Mungkin sebagian kita akan menjawab, “Tidak!” Sebab pasti kita akan keberatan jika pengalaman dengan TUHAN dikatakan suatu imajinasi. Namun disadari atau tidak, pada kenyataannya gereja adalah tempat yang paling kondusif untuk praktik hipnosis yang dapat dialami seseorang melalui imajinasi. Buktinya, apakah pengajaran yang disampaikan di mimbar itu Alkitabiah atau tidak, kita sering tidak peduli. Pokoknya, pendetanya adalah tokoh favorit kita, maka semua yang dikatakannya sudah pasti benar. Kita sudah berpuluh-puluh tahun di gereja tersebut, jadi ajarannya pasti benar, karena memang sudah seperti itu dari dulu. Akibatnya kita tidak lagi menggunakan nalar atau akal budi kita. Kita mengimajinasikan TUHAN seperti yang diajarkan di mimbar. Padahal seorang Kristen harus menggunakan akal budinya secara optimal di samping juga memiliki pengalaman batiniah yang benar atau jujur.
Mengasihi TUHAN haruslah dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan kita. Akal budi diciptakan TUHAN untuk dipakai secara optimal dalam upaya mengerti TUHAN. Mengerti kehendak-NYA, mengerti konteks Firman-NYA dengan sejarah waktu itu, menghayati perkataan-NYA dicocokkan dengan budaya sewaktu tulisan itu dibuat, dan semua upaya lain yang memacu akal budi kita untuk berpikir.
Mengasihi TUHAN juga sepatutnya dilakukan dengan hati yang jujur bahwa kita mengenal TUHAN sebagai sebuah Pribadi, bukan patung. Pribadi bisa disayang, diraba kehadirannya; ada kontak batin dan keinginan untuk lebih mengasihi-NYA. Namun itu bukan imajinasi, sebab kita mengerti betul, siapa yang kita kasihi. Apakah kita bisa dengan mudah mengasihi seseorang yang tidak kita kenal dan hanya lewat di jalan? Butuh intensitas yang tinggi dalam pengenalan kita terhadap TUHAN, agar dapat mengasihi-NYA.
Jangan berimajinasi tentang TUHAN, tetapi gunakan akal budi dan hati kita dengan jujur untuk mengasihi-NYA.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Jangan Berimajinasi
Bacaan : Markus 12 : 28-34
12:28. Lalu seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya: "Hukum manakah yang paling utama?"
12:29 Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.
12:30 Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
12:31 Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini."
12:32 Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: "Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia.
12:33 Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan."
12:34 Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" Dan seorangpun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.
Rasa sakit di bagian perut pada anak-anak ternyata dapat dikurangi hanya dengan berimajinasi. Demikianlah hasil penelitian yang dilakukan di University of North Carolina dan Pusat Medis Duke University, Amerika Serikat yang tertuang dalam jurnal Pediatrics pada tahun 2009. Anak-anak dipandu untuk berimajinasi, dan hasilnya, 73,3% dari mereka mengaku sakitnya berkurang. Ini sangat membantu mengurangi tingkat ketidakhadiran karena sakit perut adalah salah satu penyebab anak tidak masuk sekolah. Di tempat lain juga demikian. Di Inggris, Prof. David Candy, konsultan kesehatan anak di Rumah Sakit Western Sussex juga mengaku kerap mengobati pasien dengan hipnosis, dan terbukti berhasil.
Jadi bila rasa sakit bisa dikurangi dengan imajinasi, apakah di dalam Kekristenan, kita juga bisa berimajinasi bahwa TUHAN menyertai kita? Mungkin sebagian kita akan menjawab, “Tidak!” Sebab pasti kita akan keberatan jika pengalaman dengan TUHAN dikatakan suatu imajinasi. Namun disadari atau tidak, pada kenyataannya gereja adalah tempat yang paling kondusif untuk praktik hipnosis yang dapat dialami seseorang melalui imajinasi. Buktinya, apakah pengajaran yang disampaikan di mimbar itu Alkitabiah atau tidak, kita sering tidak peduli. Pokoknya, pendetanya adalah tokoh favorit kita, maka semua yang dikatakannya sudah pasti benar. Kita sudah berpuluh-puluh tahun di gereja tersebut, jadi ajarannya pasti benar, karena memang sudah seperti itu dari dulu. Akibatnya kita tidak lagi menggunakan nalar atau akal budi kita. Kita mengimajinasikan TUHAN seperti yang diajarkan di mimbar. Padahal seorang Kristen harus menggunakan akal budinya secara optimal di samping juga memiliki pengalaman batiniah yang benar atau jujur.
Mengasihi TUHAN haruslah dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan kita. Akal budi diciptakan TUHAN untuk dipakai secara optimal dalam upaya mengerti TUHAN. Mengerti kehendak-NYA, mengerti konteks Firman-NYA dengan sejarah waktu itu, menghayati perkataan-NYA dicocokkan dengan budaya sewaktu tulisan itu dibuat, dan semua upaya lain yang memacu akal budi kita untuk berpikir.
Mengasihi TUHAN juga sepatutnya dilakukan dengan hati yang jujur bahwa kita mengenal TUHAN sebagai sebuah Pribadi, bukan patung. Pribadi bisa disayang, diraba kehadirannya; ada kontak batin dan keinginan untuk lebih mengasihi-NYA. Namun itu bukan imajinasi, sebab kita mengerti betul, siapa yang kita kasihi. Apakah kita bisa dengan mudah mengasihi seseorang yang tidak kita kenal dan hanya lewat di jalan? Butuh intensitas yang tinggi dalam pengenalan kita terhadap TUHAN, agar dapat mengasihi-NYA.
Jangan berimajinasi tentang TUHAN, tetapi gunakan akal budi dan hati kita dengan jujur untuk mengasihi-NYA.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar