Renungan Harian Virtue Notes, 31 Oktober 2010
Dongeng Nenek
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Renungan harian untuk kita semua
Renungan Harian Virtue Notes, 31 Oktober 2010
Dongeng Nenek
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Renungan Harian Virtue Notes, 30 Oktober 2010
Personalitas Totalitas
Renungan Harian Virtue Notes, 29 Oktober 2010
Tidak Ada Blank Spot
Bacaan: Kejadian 1:27–28
1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."
Pernah terdengar seseorang berkata, bahwa semua profesi manusia itu merupakan pekerjaan yang harus dimaksimalkan. Asal bekerja sungguh-sungguh, itu sebuah pekerjaan yang baik untuk menopang kehidupan. Maka menjadi seorang PSK (pekerja seks komersial), pembalak hutan liar, perampok atau maling juga profesi yang baik. Ini mendapat pembenaran dalam filosofi humanisme: mungkin orang ini terjebak oleh masa lalunya sehingga harus berprofesi demikian; dia menopang anak istrinya di rumah; tujuannya sebenarnya baik. Benarkah demikian?
Sinyal di ponsel kita acapkali melalui blank spot di daerah tertentu sehingga kita tidak bisa bertelepon atau ber-SMS. Namun hidup dalam kebenaran Kristus tidak mengenal blank spot. Tidak ada area di dalam hidup kita yang boleh diisi dengan salah. Dalam hal profesi tadi, mari kita kembali kepada Alkitab.
Pertama, mandat budaya di ay. 28 itu diperintahkan oleh Tuhan, jadi mungkinkah Tuhan memerintahkan manusia untuk berzina dan menjual diri? Kedua, Mandat itu diberikan didalam lingkungan Adam dan Hawa sebagai orang kudus ciptaan Allah, tidak di dalam koridor dosa saat ini.
Berarti sebagai orang yang dipercaya Tuhan untuk mengembangkan bumi, bolehkah orang yang katanya mengasihi Tuhan, membalak hutan dan menyebabkan hutan gundul? Bolehkah ia korupsi? Sungguhkah dia mengasihi Tuhan, bila menari di atas penderitaan orang lain dengan merampas hak mereka? Maka jelas bahwa anak Tuhan tidak boleh bekerja di area yang bertentangan dengan etika kehidupan, seperti menjadi pelacur, mucikari, perampok, koruptor, pemalak, dan lain sebagainya. Pemerintahan Tuhan harus dibawa dalam seluruh aspek kehidupan, sebab tidak ada blank spot yang boleh tidak dikuasai Tuhan dalam kehidupan kita.
Justru Tuhan memanggil kita untuk memberantas praktik dosa dalam profesi kita. Di mana pun kita berada di luar gereja, kita harus dalam pemerintahan Tuhan. Ini juga berlaku bagi profesi pelajar atau mahasiswa; bersekolahlah untuk-Nya. Untuk mengenal Tuhan, kita perlu pengetahuan. Sebab bagaimana mungkin kita mengagumi karya cipta alam semesta jika kita tidak mengagumi kedelapan planet dalam tata surya Matahari yang merupakan salah satu dari tata bintang karya Tuhan
yang tak terhingga jumlahnya? Orang akan menemukan Tuhan ketika mempelajari hukum Archimedes, hukum gravitasi, teori relativitas, teori kuantum dan banyak hukum dan teori fisika lainnya yang sangat berguna di dalam kehidupan manusia. Itu pun semua dalam pemerintahan-Nya, tidak ada blank spot.
Hidup di dalam Kristus tidak mengenal blank spot, sebab semua aspek kehidupan kita ada dalam pemerintahan-Nya.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Renungan Harian Virtue Notes, 28 Oktober 2010
Kodrat Sebagai Pekerja
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Renungan Harian Virtue Notes, 26 Oktober 2010
Memuji TUHAN Dalam Keteduhan
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Renungan Harian Virtue Notes, 25 Oktober 2010
Pemuji Yang Dewasa
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Renungan Harian Virtue Notes, 24 Oktober 2010
Kualitas Pujian
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Cita Rasa Terhadap TUHAN
Bacaan: Mazmur 1 : 1–6
1:1. Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,
1:2 tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.
1:3 Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
1:4. Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin.
1:5 Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar;
1:6 sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.
Untuk apa kita berurusan dengan TUHAN? Mungkin selama ini kita diajarkan untuk minta tolong kepada-NYA, diberkati dan minta perlindungan-NYA. Namun ajaran seperti itu sebetulnya diajarkan juga oleh agama-agama lain. Tidakkah kita sadari bahwa itu bukanlah pola hidup anak TUHAN? Sebab kalau kita masih minta diberkati, berarti kita belum percaya kalau TUHAN sudah menyediakan berkat bagi kita, yang harus kita raih dengan kerja keras dan tanggung jawab, kejujuran dan integritas hidup yang membuat kita bisa dipercayai oleh sesama kita.
Lebih sedih lagi jika kita mendengar hamba TUHAN yang menjanjikan doa yang manjur agar usaha jemaat diberkati, bahkan utang-utang akan terlunasi. Bukan berarti kita tidak percaya pertolongan TUHAN, tetapi ada bagian yang harus kita selesaikan dengan tanggung jawab, bukan hanya dengan doa. Jadi kita tidak boleh menjadi seperti anak-anak lagi, yang sedikit-sedikit harus didoakan oleh hamba TUHAN, seolah-olah datang kepada TUHAN butuh perantara. Ini tak ubahnya praktik perdukunan. TUHAN tidak memerlukan perantara untuk kita bisa menjangkau-NYA. Hanya satu Perantara antara BAPA dan kita, yaitu TUHAN Yesus Kristus.
Yang harus kita lakukan sekarang adalah bagaimana kita berketetapan hati untuk memikirkan DIA. Kalau Alkitab menulis, “Berbahagialah orang yang merenungkan Taurat TUHAN siang dan malam” itu juga berarti memikirkan TUHAN Sang Empunya Taurat. Kita harus belajar mendisiplinkan diri sendiri untuk selalu memikirkan TUHAN, bukan hanya ketika berada dalam alunan liturgi gereja, tetapi terlebih lagi ketika kita melangkahkan kaki di luar gereja. Masalahnya, mungkinkah? Kalau hal ini tidak pernah kita lakukan dan tidak kita biasakan untuk melakukannya, maka kita tidak mungkin mampu untuk selalu berada dalam ayunan perenungan TUHAN dan memiliki cita rasa terhadap-NYA.
Setiap manusia pasti memiliki masalah dalam hidupnya, namun jangan sampai masalah tersebut merenggut hidup kita dan merusak cita rasa jiwa kita kepada TUHAN. Keinginan pribadi kita jangan sampai memengaruhi, bahkan merusak cita rasa jiwa kita kepada TUHAN. Seperti Pemazmur berkata dalam Mzm. 73:25, “… Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi”, artinya jiwanya telah mendapati cita rasa TUHAN. Ada kehausan terhadap TUHAN. Cita rasa seperti ini harus dikembangkan sehari lepas sehari dengan disiplin. Dimulai dengan komitmen bahwa aku membutuhkan TUHAN, hanya DIA lah yang dapat memenuhi kekosongan rongga jiwaku.” Sudahkah kita bercita rasa terhadap TUHAN? Jika belum, mari mulai sekarang.
Kita berurusan dengan TUHAN bukan karena mencari berkat dan perlindungan-NYA, melainkan karena kita mempunyai cita rasa terhadap-NYA.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Renungan Harian Virtue Notes, 22 Oktober 2010
Kemerdekaan Dari Tubuh Maut
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Renungan Harian Virtue Notes, 21 Oktober 2010
Mengenal Dan Merdeka
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Copyright 2009 Your virtue notes | designed by Bloggets
Icons by Dryicons