Renungan Harian Virtue Notes, 1 Januari 2012
Realistis
Bacaan: 2 Petrus 3:1-7
3:1 Saudara-saudara yang
kekasih, ini sudah surat yang kedua, yang kutulis kepadamu. Di dalam kedua
surat itu aku berusaha menghidupkan pengertian yang murni oleh peringatan-peringatan,
3:2 supaya kamu mengingat akan
perkataan yang dahulu telah diucapkan oleh nabi-nabi kudus dan
mengingat akan perintah Tuhan dan Juruselamat yang telah disampaikan oleh
rasul-rasulmu kepadamu.
3:3 Yang terutama harus kamu ketahui
ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek
dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya.
3:4 Kata mereka: "Di manakah janji
tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita
meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan."
3:5 Mereka sengaja tidak mau tahu,
bahwa oleh firman Allah langit telah ada sejak dahulu, dan juga bumi
yang berasal dari air dan oleh air,
3:6 dan bahwa oleh air itu, bumi yang
dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah.
3:7 Tetapi oleh firman itu juga langit
dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan
untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik.
Realistis artinya bersifat nyata atau
bersifat wajar. Seseorang disebut realistis apabila ia berpikir dan bersikap
secara nyata; artinya, berpijak kepada sesuatu yang sudah, sedang dan akan
pasti terjadi dalam kenyataan hidup ini. Inilah cara berpikir yang wajar.
Secara umum, orang menganggap yang realistis adalah orang-orang yang memiliki
pola berpikir seperti kebanyakan orang lainnya. Bila pola berpikir seseorang
tidak sama dengan orang rata-rata, maka biasanya dikategorikan tidak atau
kurang realistis. Itulah yang dinilai oleh khalayak umum; dalam hal ini ukuran
realistisnya ditentukan oleh cara pandang kebanyakan orang.
Orang-orang yang memercayai
Tuhan akan sungguh-sungguh berusaha untuk mengenal Tuhan dan hidup sesuai
kehendak-Nya untuk menyukakan hati-Nya serta menujukan fokusnya ke langit baru
dan bumi baru. Tidaklah heran apabila orang-orang dunia ini memandang hidup
semacam ini tidak realistis. Tidaklah heran apabila orang-orang yang sungguh-sungguh
percaya ini dianggap memiliki kehidupan yang tidak wajar. Sebaliknya,
orang-orang yang hari ini dalam dunia menggelar hidupnya hanya untuk pemenuhan
kesenangan diri sendiri, meraih cita-cita, memburu fasilitas kebutuhan jasmani
dan hidup wajar seperti kebanyakan orang, dipandang realistis. Orang-orang
dunia ini tidak menyadari bahwa segala sesuatu yang diperjuangkan hari ini akhirnya
akan lenyap, tidak bisa menjadi harta abadi. Tetapi anehnya mereka merasa bahwa
merekalah yang hidup realistis dan wajar.
Mari kita pandang hal ini
dengan jujur. Kehidupan
di dunia ini yang hanya 70-80 tahunan tidak ada artinya apa-apa dibandingkan
kekekalan. Jadi yang manakah yang realistis, yang
memperjuangkan hidup selama 70 tahun dan mengabaikan kekekalan sesudah itu,
atau memperjuangkan kekekalan dengan kerelaan mengorbankan hidup selama 70
tahun?
Tuhan Semesta Alam itu
nyata, dan Ialah pencipta langit dan bumi. Demikian juga dengan surga dan
neraka. Jadi kalau orang yang berpikir realistis tentu tidak akan menganggap
surga dan neraka sebagai sekadar fantasi orang beragama yang digunakan sebagai
alat untuk memperdaya orang. Justru hidup hari inilah yang seperti fantasi,
seperti mimpi yang singkat, sebab bumi yang sekarang ini dipersiapkan untuk
dihancurkan oleh api pada hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik.
Kalau kita percaya akan hal itu, maka lebih realistis jika kita mengarahkan
hidup kita untuk mengenal Tuhan dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya.
Hidup realistis sesuai kehendak Tuhan akan dianggap
tidak realistis oleh orang-orang dunia.
0 komentar:
Posting Komentar