Renungan Harian Virtue Notes, 16 Januari 2012
Berusaha Mengerti Kehendak Tuhan
Bacaan: Matius 10:39
10:39 Barangsiapa
mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa
kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
Kalau jujur, banyak orang yang pasti
tidak rela untuk menerima bahwa hidup ini bukan untuk menikah, bukan untuk
memiliki keturunan, bukan untuk mencari nafkah, bukan untuk untuk menikmati
dunia dengan segala fasilitasnya dan bukan untuk apapun kecuali untuk melakukan
kehendak-Nya atau memuaskan hati-Nya. Inilah sebenarnya yang dimaksud oleh
Alkitab kehilangan nyawa.
Dalam teks asli, nyawa
ditulis psykhé yang berarti “jiwa”. Ini berarti mengisi jiwanya dengan segala
sesuatu yang berasal dari Tuhan. Untuk
itu kita harus menggarap jiwa kita dengan mengisi kebenaran-Nya.
Jika jiwa tidak disiisi dengan kebenaran, tidak heran bila kita tidak memiliki
gairah untuk melayani Tuhan; tidak aneh jika kita tidak berniat menyenangkan
dan memuaskan hati-Nya. Kebenaran Firman Tuhanlah yang membuat seseorang
memiliki kepekaan mengerti keinginan-Nya.
Jadi kalau kita menyadari
bahwa kita belum mengerti kehendak Tuhan, kita harus berusaha terus untuk
mengertinya. Caranya,
terus isi bejana hati kita dengan kebenaran Firman Tuhan. Untuk
itu berapa pun harga yang harus dibayar untuk mendengar dan mengerti Firman
Tuhan, akan kita perjuangkan. Setelah kita mengerti kebenaran Firman Tuhan
secara memadai, ciri yang jelas adalah kesediaan dan kerelaan untuk kehilangan
semua kesenangan dunia dan dengan sukacita mempertaruhkan hidup kita untuk
hidup bagi Tuhan. Bagi kita, hidup bagi Tuhan bukan lagi kewajiban, tetapi
kesukaan bahkan sebagai suatu kebutuhan.
Di sinilah kita
sesungguhnya dibawa kepada suatu kehidupan yang mencapai titik klimaks
keintiman dan keindahan dengan Tuhan. Ini tidak bisa dibahasakan dengan
kata-kata; tidak akan bisa dipindahkan kepada orang lain seperti ilmu; tetapi
setiap orang harus bergumul sendiri untuk menemukannya. Menemukan Tuhan berarti menemukan segala kekayaan dan keindahan
kehidupan. Ini anugerah yang tidak bisa dibeli dengan apa pun. Jadi, kalau
kita menyia-nyiakannya, betapa malangnya, sebab kesempatan untuk memperoleh
anugerah ini sangat terbatas.
Maka marilah belajar untuk
menjadikan segala sesuatu tidak berarti dan bernilai dalam hidup ini, selain
Tuhan. Ini bukan hanya sekedar ucapan di bibir saja, tetapi harus dihayati.
Penghayatan yang benar hanya bisa terjadi kalau kita sudah bersedia untuk tidak
memiliki apa pun kecuali menyukakan hati Tuhan. Itu berarti kita menyambut
anugerah yang tak ternilai dari Tuhan, dan kita sungguh-sungguh orang yang
beruntung dan diberkati.
Sudahkah kita menganggap segala sesuatu tidak
bernilai dan berarti, selain Tuhan?
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar