Renungan Harian Virtue Notes, 4 Januari 2012
Menyadari Siapakah Allah
Bacaan: Mazmur 14:1-7
14:1 Untuk pemimpin biduan. Dari Daud.
Orang bebal berkata dalam hatinya: "Tidak ada Allah."
Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik.
14:2 TUHAN memandang ke bawah dari sorga
kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi
dan yang mencari Allah.
14:3 Mereka semua telah menyeleweng,
semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorangpun
tidak.
14:4 Tidak sadarkah semua
orang yang melakukan kejahatan, yang memakan habis umat-Ku seperti
memakan roti, dan yang tidak berseru kepada TUHAN?
14:5 Di sanalah mereka ditimpa kekejutan
yang besar, sebab Allah menyertai angkatan yang benar.
14:6 Kamu dapat mengolok-olok maksud
orang yang tertindas, tetapi TUHAN adalah tempat perlindungannya.
14:7 Ya, datanglah kiranya dari Sion
keselamatan bagi Israel! Apabila TUHAN memulihkan keadaan umat-Nya,
maka Yakub akan bersorak-sorak, Israel akan bersukacita.
Pola berpikir yang realistis dibangun
dari kesadaran mengenai siapakah Allah dan siapakah manusia serta seluruh
kebenaran yang Alkitab nyatakan. Jika kita sadar siapakah Allah, pasti kita
juga sadar bahwa kita hidup di alam semesta yang bukan milik kita, melainkan
diciptakan oleh Pribadi yang Mahakudus, Penguasa jagad raya yang mahaluas ini.
Pribadi ini, yaitu Allah, menyimpan rahasia yang tidak terbatas, tetapi
berkenan dikenal dan menjadi Bapa bagi manusia, karena memang manusia
diciptakan keluar dari diri-Nya, melalui hembusan nafas-Nya. Karena itu Ia
menghendaki agar ciptaan-Nya menjalankan hidup sesuai dengan keinginan-Nya.
Untuk itu mau tidak mau setiap makhluk ciptaan harus berusaha mengenal-Nya dan
melakukan apapun yang diingini-Nya.
Berhubung manusia sudah
jatuh ke dalam dosa, manusia harus menemukan kembali tempatnya di hadapan
Allah. Bapa sudah menyediakan jalan keluar untuk itu, yaitu keselamatan dalam
Tuhan Yesus Kristus. Namun janganlah kita terlampau menyederhanakan tentang
keselamatan ini. Keselamatan dalam Kristus harus dipahami dengan benar dan
setepat-tepatnya; untuk itu Injil harus dipahami dengan benar. Ini merupakan
hal paling utama dalam hidup ini: pengembaraan hidup di dunia ini haruslah
hanya digunakan untuk menerima keselamatan yang disediakan Allah Bapa melalui
Tuhan Yesus Kristus.
Dengan menyadari bahwa
Allah ingin manusia mengenal-Nya dan melakukan kehendak-Nya, orang yang
realistis adalah orang yang berusaha mengenal Tuhan dan melakukan kehendak-Nya.
Orang seperti ini ingin membuktikan bahwa ia mengasihi Allah dengan
mempertaruhkan segenap hidup, baik waktu, tenaga dan semua potensi dalam
dirinya. Maka Allah pun akan memberikan hikmat-hikmat-Nya yang tersembunyi dan
rahasia yang telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita (1Kor 2:7-8).
Dengan demikian, orang yang
tidak mengasihi Tuhan berarti tidak berpikir realistis. Tentu mengasihi Tuhan
disini bukan hanya dalam emosi tetapi dalam tindakan konkret. Oleh sebab itu
mengasihi Tuhan harus memiliki fondasi. Fondasi pertama adalah komitmen untuk menerima diri sebagai
pribadi yang tidak bermilik. Fondasi kedua adalah pengenalan akan Tuhan,
sebab pengenalan akan Tuhan yang benar membangun hati yang mengasihi-Nya secara
benar dan menghormati-Nya sebagaimana seharusnya.
Orang yang realistis adalah orang yang berusaha
mengenal Tuhan dan melakukan kehendak-Nya.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar