Renungan Harian Virtue Notes, 14 Januari 2012
Menabur Dengan Bertaruh
Bacaan: Galatia 6:7
6:7 Jangan sesat! Allah tidak
membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur
orang, itu juga yang akan dituainya.
Apa yang ditabur orang, itu juga yang
akan dituainya. Pernyataan ini sebenarnya juga berbicara mengenai pertaruhan.
Setuju maupun tidak, bersedia maupun tidak, sadar maupun tidak, setiap insan di
bumi ini harus menetapkan pertaruhannya. Dan
apa yang dipertaruhkan seseorang pasti akan ada hasilnya atau buahnya.
Seorang atlet akan menabur
dengan mempertaruhkan waktu, tenaga dan segala daya upaya yang dimilikinya
untuk menuai kemenangan sebagai juara. Seorang mahasiswa menabur demi gelar
akademis. Seorang pedagang yang filosofi hidupnya materialistis menabur dengan
mempertaruhkan segenap hidupnya demi menuai materi (rumah, mobil, perhiasan,
uang dan lain sebagainya). Tidak sedikit artis yang menabur berbagai hal hanya
demi menuai popularitas. Jadi hidup ini pada dasarnya memang perjalanan
pertaruhan, tergantung dari filosofi yang dipegang oleh setiap individu.
Betapa tragisnya hidup
seseorang yang memperjuangkan sesuatu di tahun-tahun umur hidupnya, dan
akhirnya sesuatu yang diperjuangkan tersebut harus dilepaskannya di akhir hidupnya.
Tidakkah itu bodoh? Lebih sedih lagi, mereka tidak menyadari kebodohan mereka
itu. Mereka merasa telah mencapai suatu kepuasan tertentu ketika berhasil
meraih apa yang dicita-citakannya. Mereka telah bertaruh secara salah,
mempertaruhkan hidupnya demi hal-hal duniawi. Yang ditaburnya adalah angin,
maka yang dituainya kelak adalah puting beliung abadi (Hos. 8:7).
Dunia hanya mengenal
pertaruhan yang salah itu. Itulah umpan yang disediakan dan diajarkan oleh
kuasa kegelapan agar manusia menuju kegelapan abadi. Mereka bertanding, tetapi
tidak ikut dalam pertandingan yang wajib (Ibr. 12:1). Ironis sekali, sebab apa yang tidak diwajibkan dianggap sebagai wajib,
sedangkan apa yang wajib dianggap sebagai tidak diwajibkan sehingga diabaikan.
Kalau seseorang tidak belajar mengerti apa yang baik menurut Tuhan, maka ia
memburu apa yang baik bukan menurut Tuhan, padahal apa yang baik bukan menurut
Tuhan itu adalah dari kuasa kegelapan.
Agar dapat menuai hidup
yang kekal, marilah kita menabur dengan mempertaruhkan segenap hidup kita dan
terus belajar agar pikiran kita terus-menerus diperbarui, sehingga kita dapat
mengerti kehendak Allah: yang baik, yang berkenan dan yang sempurna.
Mempertaruhkan hidup kita bagi Tuhan adalah menabur
yang benar agar dapat menuai hidup yang kekal.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar