Renungan Harian Virtue Notes, 19 Januari 2012
Lima Tingkatan Hidup Kekristenan
Bacaan: Kisah Para Rasul
20:22-23
20:22 Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh
aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas
diriku di situ
20:23 selain dari pada yang dinyatakan
Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan sengsara
menunggu aku.
Kalau kita hendak memahami
tingkatan-tingkatan hidup Kekristenan yang benar, kita perhatikan ada lima
lingkaran. Lingkaran pertama yang terluar adalah, kesediaan bertobat, mau menerima
Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, atau menerima Tuhan
Yesus sebagai Pemilik kehidupan ini. Lingkaran kedua yang ada di dalam
lingkaran pertama, adalah bersedia
belajar mengenal kebenaran Firman Tuhan. Lingkaran ketiga yang
lebih ke dalam adalah hidup
suci atau dalam kekudusan. Kesucian yang sesungguhnya tidak
akan dapat diraih tanpa mengenal Tuhan dengan benar. Lingkaran keempat yang
lebih dalam lagi adalah melayani
perkejaan Tuhan di gereja. Ini adalah kegiatan rohani yang
dipahami sebagai pelayanan rohani. Lingkaran kelima yang terdalam adalah mengerti isi hati Tuhan.
Terakhir inilah tingkat yang menyenangkan hati Tuhan. Sampai tingkat ini
seseorang menjadi sahabat Tuhan. Ia melayani pekerjaan Tuhan bukan dari hatinya
sendiri tetapi hati Tuhan. Tingkat inilah yang seperti ditunjukkan oleh Paulus
sebagai tawanan roh.
Urutan ini adalah urutan
ideal. Ya, memang sulit untuk menemukan yang ideal, tetapi bagaimanapun kita
harus berusaha mencapainya. Semakin tinggi nilai setiap tingkat dimulai dari
tingkat pertama atau lingkaran luar, maka semakin tinggi pula nilai tingkat
berikutnya. Kalau nilai lingkaran paling luar misalnya 60, tidak mungkin
lingkaran lebih dalam lebih dari 60. Kalau lingkaran kedua bernilai 40, tidak
mungkin lingkaran ketiga bisa bernilai lebih dari 40. Tetapi perlu dicatat
disini, bahwa sebenarnya semua lingkaran ini berhubungan satu dengan yang lain
dan tidak mungkin bisa terpisah.
Kalau seseorang belum
sampai tingkat awal lalu mengambil bagian dalam pekerjaan Tuhan di gereja,
sering menjadi sekedar penggembira. Kadang yang paling menyedihkan kalau justru
menghambat pekerjaan Tuhan. Dalam hal
ini kita menemukan banyak gereja yang salah dalam menunjuk orang sebagai
pelayannya. Gereja menunjuk orang yang sebenarnya tidak siap mengambil bagian
dalam pelayanan. Mereka tidak siap untuk masuk lebih dalam, tetapi sudah
diberi kepercayaan masuk dalam pelayanan pekerjaan Tuhan.
Apakah ini berarti menunggu
kita sempurna dulu, baru melayani pekerjaan Tuhan? Tentu tidak. Sementara kita
melayani Tuhan, kita harus terus meningkatkan kualitas rohani kita agar semakin
layak melayani pekerjaan Tuhan dan makin masuk ke dalam sampai pada taraf
melayani Tuhan dengan mengerti isi hati-Nya.
Sementara kita melayani Tuhan, kita harus terus
meningkatkan kualitas rohani kita agar semakin
layak melayani pekerjaan-Nya.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar