Renungan Harian Virtue Notes, 20 Januari 2012
Memikul Beban Yang Dipercayakan
Bacaan: Lukas 22:28; Roma
8:17
Lukas
22:28
22:28 Kamulah yang tetap
tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami.
Roma 8:17
8:17 Dan jika kita adalah anak, maka
kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak
menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus,
yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya
kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.
Sejatinya
seseorang
seharusnya mengambil bagian dalam pelayanan bukan karena ia belajar teologi;
bukan pula karena ia mengerti teknik-teknik pelayanan gereja; apalagi karena
mencari keunggulan dalam materi, kedudukan, pendidikan atau segala nilai lebih
di mata manusia. Seseorang seharusnya mengambil bagian dalam pelayanan
berangkat dari memahami isi hati Tuhan. Ironisnya banyak orang mengejar gelar
penginjil atau evangelis, guru Injil atau pendeta, bukan karena memahami isi
hati Tuhan, melainkan karena mereka ingin dipandang berbeda, dianggap lebih
rohani, lebih suci, lebih diberkati dan lebih pandai daripada orang Kristen
kebanyakan.
Dengan memahami isi
hati Tuhan, pelayanan adalah kerelaan memikul beban Tuhan yang dipercayakan
kepada kita. Kita
memikul beban itu karena kita rela bersama-sama dengan Tuhan dalam segala
pencobaan. Kita memikul beban itu karena kita rela menderita bersama-sama
dengan Kristus. Kita memikul salib, kita minum cawan penderitaan.
Penderitaan itu tidak
selalu berarti penderitaan fisik, tetapi kita menderita bagi Kristus dengan
mengikuti jejak-Nya. Kita menderita dengan tidak mengasihi nyawa kita sendiri, artinya
bersedia meninggakan kesenangan dunia demi keselamatan jiwa-jiwa atau dipenuhi
dan digenapinya rencana Allah di bumi. Seperti
Tuhan Yesus tidak menyayangkan apa pun demi keselamatan manusia, demikian pula
dengan kita, bila kita juga mau diajak sepenanggungan dengan Tuhan. Dalam hal
ini menjadi orang pilihan Tuhan harganya sangat mahal.
Kita rela menderita bukan berarti
kita sakit jiwa dengan mencari kesusahan, melainkan karena kita memahami isi
hati Tuhan, bahwa Ia ingin memberi kita kesempatan untuk turut memenuhi rencana
agung-Nya menyelamatkan dunia ini. Itu harus kita pandang sebagai suatu
kehormatan, karena kita yang tidak ada apa-apanya ini bisa dipakai-Nya dalam
rencana-Nya yang mulia.
Maka jika kita mau melayani
Tuhan, masihkah motivasi kita untuk kepentingan diri kita sendiri? Sudahkah
kita sadar bahwa melayani Tuhan artinya menyerahkan diri untuk menderita? Itu
semua harus kita lalui jika kita ingin dimuliakan bersama-sama dengan Kristus.
Jadi jangan berpikir terbalik, dengan menganggap menjadi pelayan Tuhan hari ini
artinya mendapatkan kemuliaan di mata orang lain hari ini. Itu bisa membawa
kepada kebinasaan kekal kelak.
Kita memikul beban dari Tuhan karena mengerti isi
hati-Nya yang menginginkan kita turut dalam rencana agung-Nya.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar