Renungan Harian Virtue Notes, 17 Januari 2012
Sahabat Tuhan
Bacaan: Yohanes 15:15
15:15 Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.
Mungkin kita masih bertanya-tanya sampai sekarang, mengapa sangat sulit untuk mengerti apa yang Tuhan kehendaki? Tuhan Yesus mengatakan bahwa Ia memberitahukan segala sesuatu yang didengar dari, atau dikehendaki, Bapa-Nya kepada sahabat-sahabat-Nya. Jadi Tuhan memberi tahu kehendak-Nya kepada mereka yang tergolong sahabat-sahabat-Nya. Sudahkah kita menjadi sahabat Tuhan?
Dalam Perjanjian Lama, kita menemukan tokoh-tokoh yang dijadikan sahabat Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang diberi tahu Tuhan atas apa yang akan dilakukan-Nya. Misalnya Nuh yang diberi tahu rencana Tuhan untuk memusnahkan makhluk-makhluk dengan air bah (Kej. 6:13); Abraham yang diberi tahu rencana pemusnahan Sodom dan Gomora (Kej. 18:17); Yusuf diberi tahu apa yang akan terjadi di Mesir (Kej. 41:25); Daniel diberi tahu mimpi Nebukadnezar dan artinya (Dan. 2:28). Tokoh-tokoh ini adalah pribadi-pribadi yang luar biasa. Mereka adalah orang-orang yang dapat dipercayai oleh Tuhan untuk mengerti kehendak Tuhan dan melakukan kehendak Tuhan.
Jadi kalau selama ini kita masih berpikir bahwa melakukan kehendak Tuhan hanya tertumbuk pada perbuatan tertentu, seperti menjadi pendeta atau aktivis gereja, memberi dana untuk pekerjaan rohani, panti asuhan dan lain sebagainya, itu terlalu terbatas. Setiap orang memiliki tempat sendiri yang sangat khusus di hadapan Tuhan, sebab Ia mempunyai rencana-Nya sendiri bagi sahabat-sahabat-Nya. Maka kita harus mulai mengosongkan pikiran kita, seakan-akan kita memang belum tahu apa sesungguhnya tindakan yang menyukakan hati Tuhan itu.
Lalu kita harus yakin bahwa kita sudah layak disebut sahabat Tuhan. Seseorang baru bisa disebut sahabat Tuhan bila ia percaya bukan di bibir saja, melainkan menunjukkannya dengan perbuatan. Contohnya adalah Abraham (Yak. 2:23). Jika Tuhan mengatakan kita harus rela kehilangan nyawa, kita baru disebut sungguh-sungguh percaya jika kita melakukannya, dengan meniadakan agenda pribadi dalam apa yang kita lakukan dalam segala bentuk pelayanan kita.
Ingat, kalau Tuhan berkenan menyatakan kehendak-Nya kepada seseorang, pasti orang itu bisa diajak sepenanggungan dengan-Nya. Tidak pernah Tuhan menyatakan kehendak-Nya kepada orang yang masih mengurus dirinya sendiri atau berusaha menyelamatkan nyawanya sendiri. Kalau masih berusaha menyelamatkan nyawanya, ia adalah hamba dirinya sendiri. Tidak bisa disebut hamba Tuhan, apalagi sahabat Tuhan.
Tuhan berkenan menyatakan kehendak-Nya kepada orang yang bisa diajak sepenanggungan dengan-Nya.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar