Renungan Harian Virtue Notes, 22 Januari 2012
Krisis Yang Kudus
Bacaan: Mazmur 90:12
90:12 Ajarlah kami menghitung hari-hari
kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.
Penghayatan yang benar terhadap realitas hidup
yang dipandu oleh kebenaran Firman Tuhan akan membangkitkan perasaan krisis
yang kudus. Perasaan krisis tersebut adalah gentarnya diri kita terhadap
kedahsyatan kekekalan dan kedahsyatan singkatnya perjalanan hidup ini. Bukan
hanya kekekalan yang dahsyat; singkatnya hidup ini juga dahsyat atau
mengerikan. Kuasa kegelapan berusaha menyembunyikan kenyataan ini dengan cara
menciptakan suatu suasana dunia yang seakan-akan tidak pernah ada ujungnya,
sehingga membuat orang melupakan realitas kehidupan yang dahsyat.
Pemazmur mengajarkan doa
agar Tuhan mengajar kita menghitung hari-hari hidup kita. Itu tentu dimaksudkan
agar kita memiliki hati yang bijaksana. Hati yang bijaksana adalah hati yang
takut akan Tuhan secara benar, yaitu takut karena mengasihi dan
menghormati-Nya. Ini akan menggerakkan kita untuk berusaha mengenal Tuhan,
melakukan kehendak-Nya dan hidup dalam perdamaian senantiasa dengan Dia. Jadi, orang yang tidak menyadari
singkatnya waktu hidup ini adalah orang-orang yang pasti tidak bijaksana.
Perasaan krisis tersebut
juga akan mendorong seseorang berusaha mengalami Tuhan secara nyata dan
berlimpah. Tanpa pengalaman dengan Tuhan, kita tidak akan merasa nyaman dan
tenang dalam hidup ini. Oleh karena Tuhan adalah rahasia terbesar dalam
kehidupan, maka seluruh waktu hidup kita semestinya dihabiskan untuk mengenal
Dia. Bukankah Paulus mengatakan bahwa yang dikehendaki adalah mengenal Tuhan
dan kuasa kebangkitan-Nya (Flp. 3:10)? Kuasa kebangkitan-Nya hendak menunjuk
pengalaman nyata dengan Allah yang hidup.
Kebutuhan akan perasaan
krisis yang kudus ini perlu kita serukan sebab sebagian besar manusia hari ini
tidak merasakannya. Mereka lebih mempunyai perasaan krisis yang tidak kudus,
yang mendorong mereka memenuhi pikirannya dengan perencanaan-perencanaan
pribadi tanpa memperhitungkan bahwa tenggat waktu akhir hidupnya bisa terjadi
setiap saat. Itulah yang disebut Firman Tuhan sebagai kecongkakan (Yak.
4:13–16). Atmosfer kehidupan seperti ini juga memiliki pengaruh yang kuat dalam
kehidupan anak-anak Tuhan, sehingga mereka hidup dalam kecerobohan yang sangat
membahayakan. Ini menjadi subur dewasa ini sebab pokok pemberitaan di mimbar
gereja juga hanya seputar berkat jasmani dan janji-janji kemakmuran di bumi.
Marilah kita belajar menghitung hari-hari hidup kita ini, dan jika serius
melakukannya, pasti kita akan menjadi semakin bijaksana.
Perasaan krisis yang kudus akan membangun hati yang
bijaksana.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar