RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

Tidak Melayani Berarti Memberontak

Renungan Harian Virtue Notes, 19 Pebruari 2011

Tidak Melayani Berarti Memberontak



Bacaan: Yesaya 14: 12-15


14:12 "Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!

14:13 Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara.

14:14 Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!

14:15 Sebaliknya, ke dalam dunia orang mati engkau diturunkan, ke tempat yang paling dalam di liang kubur.



Kita membaca fragmen dramatis dari kejatuhan seorang malaikat. Kita bisa memastikan bahwa oknum ini adalah makhluk istimewa yang bukan dari bumi, sebab dalam ay. 12 dikatakan bahwa ia “jatuh dari langit” dan “jatuh ke bumi”. Dalam teks aslinya, “jatuh dari langit” ditulis נָפַלְתָּ מִשָּׁמַיִם (nâfaltâ mishâmayim). Kata nâfaltâ berasal dari akar kata נָפַל (nâfal) yang juga berarti “dijatuhkan”, “digulingkan”, “dibuang”. Jadi ia dibuang dari langit ke bumi. Nama malaikat tersebut adalah Bintang Timur, yang dalam bahasa Ibrani ditulis הֵילֵל (Hêylêl) atau dalam bahasa Latin disebut Lucifer.


Dalam fragmen tersebut kita melihat bahwa Lucifer, oknum “Malaikat Jahat” itu mau mendirikan takhta mengatasi bintang-bintang Allah dan hendak menyamai Yang Mahatinggi (ay. 13–14). Pernyataan ini menunjukkan bahwa Lucifer berikhtiar melakukan kudeta dalam Surga, hendak merebut takhta Allah, atau paling tidak hendak menyamai-Nya. Padahal malaikat juga adalah ciptaan Tuhan, yang seharusnya melayani Tuhan.


Inti kesalahan Lucifer, malaikat yang jatuh itu, adalah ketika ia bergeser dari tempatnya. Ia menolak berada di tempat di mana Tuhan meletakkannya. Perhatikan bahwa dalam ay. 13–14 si malaikat berkata, “Aku hendak….” Ini menunjukkan bahwa malaikat juga memiliki kehendak bebas, seperti manusia.


Umat Perjanjian Baru adalah umat yang hendak ditempatkan Allah di tempat sebagaimana seharusnya manusia berada di hadapan-Nya. Karena itu sebagai umat Perjanjian Baru, bila kita sungguh-sungguh mengenal siapa diri kita di hadapan Tuhan dan siapa Tuhan bagi kita, seyogyanya kita bisa menjadikan Tuhan segalanya bagi diri kita. Kita bisa mengatakan kepada Tuhan, “Kau berarti bagiku,” bukan karena Ia menguntungkan bagi kita, tetapi karena kita berada di tempat yang benar di hadapan-Nya. Menemukan dan menempatkan diri di tempat yang benar di hadapan-Nya adalah yang terutama dan terpenting dalam hidup ini.


Sesungguhnya selama manusia menyadari bahwa Tuhan adalah segalanya bagi dirinya, niscaya ia akan terhindar dari pemberontakan seperti yang dilakukan oleh Lucifer. Tetapi, menjadikan Tuhan segalanya harus berangkat dari kesadaran bahwa tidak ada tempat yang nyaman dan pantas bagi manusia, selain tempat di mana ia harus ada, seperti yang dikehendaki oleh Sang Penciptanya. Jika ia tidak pada tempat yang dikehendaki Tuhan, berarti ia tidak melayani-Nya. Tidak melayani Tuhan berarti memberontak.



Menemukan dan menempatkan diri di tempat yang benar di hadapan Allah adalah yang terutama dan terpenting dalam hidup ini.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.


Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger