Renungan Harian Virtue Notes, 20 Pebruari 2011
Takluk Tanpa Syarat
Bacaan: Kejadian 3: 1-6
3:1. Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?"
3:2 Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan,
3:3 tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."
3:4 Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati,
3:5 tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat."
3:6. Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.
Manusia jatuh ke dalam dosa ketika manusia hendak bergeser dari tempatnya, ketika manusia hendak mengikuti jejak langkah Iblis. Manusia tidak bersedia dibawahi, didominasi atau dikuasai Allah. Manusia mau merdeka dan bebas melakukan apa pun yang diinginkannya. Ini terbukti karena manusia tergoda saat ular berkata, “… kamu akan menjadi seperti Allah…” (ay. 5).
Keselamatan dalam Yesus Kristus adalah upaya Allah untuk kembali mendominasi manusia; Sang Pencipta ingin mengikat ciptaan-Nya dengan “belenggu” kebenaran, agar manusia melakukan kehendak-Nya dan kembali ke tempat di mana ia harus berada sesuai dengan kehendak Penciptanya.
Pelanggaran terhadap perintah Tuhan adalah gejala dari orang yang tidak menempatkan Tuhan secara benar dalam hidupnya. Orang yang berkelakuan baik belum tentu menemukan tempatnya di hadapan Tuhan, tetapi orang yang menemukan tempatnya di hadapan Tuhan pasti berusaha untuk melakukan semua kehendak dan perintah Tuhan, dan pasti menjadi orang yang bukan saja baik, tetapi sempurna.
Dewasa ini, banyak orang diajar untuk menganggap dirinya telah menjadi umat Tuhan yang baik, dikasihi dan disayang-sayang Tuhan. Apalagi kalau mereka sudah merasa melakukan yang terbaik untuk Tuhan dengan memberikan persepuluhan, membantu pekerjaan misi, atau membantu sesama yang membutuhkan pertolongan. Menurut ukuran manusia, mereka tidak bercela; namun apabila mereka belum menemukan tempatnya di hadapan Tuhan, sejatinya di mata Tuhan status mereka masih sebagai pemberontak.
Inti Kekristenan bukanlah melakukan apa yang baik di mata manusia, melainkan menaklukkan diri sepenuhnya di bawah kedaulatan Tuhan tanpa syarat. Untuk ini ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Pertama, ia harus memiliki kesediaan untuk melakukan apa pun yang Tuhan perintahkan. Kedua, ia harus mengerti kebenaran Firman Tuhan atau Injil yang memberikan kepekaan kepadanya untuk mengerti kehendak Tuhan dengan tepat.
Dengan menaklukkan diri kepada Tuhan, kita dapat mengerti filosofi Paulus, yaitu “Hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Flp. 1:21). “Hidup adalah Kristus” itu pada prinsipnya adalah hidup untuk kepentingan Kristus. Jadi kalau hari ini kita sadar bahwa kita masih hidup untuk kepentingan kita sendiri dan belum mau didominasi oleh Allah, segeralah bertobat.
Inti Kekristenan adalah menaklukkan diri sepenuhnya di bawah kedaulatan Tuhan tanpa syarat.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar