Renungan Harian Virtue Notes, 16 Pebruari 2011
Makna Yang Baru
Bacaan: Mazmur 42: 2-6
42:2 Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.
42:3 Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?
42:4 Air mataku menjadi makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku: "Di mana Allahmu?"
42:5 Inilah yang hendak kuingat, sementara jiwaku gundah-gulana; bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur, dalam keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan.
42:6 Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!
Dalam Mazmur 42, Pemazmur menggambarkan umat Allah seperti rusa yang merindukan sungai yang berair. Pernyataan ini merupakan suatu gambaran betapa tergantungnya umat kepada Tuhan. Umat Perjanjian Lama merindukan Tuhan, karena membutuhkan pertolongan-Nya dari segala ancaman yang menghadang mereka dan karena banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. Tuhan menjadi andalan mereka yang harus dimintai pertolongan untuk pemenuhan kebutuhan jasmani.
Sampai hari ini, kata-kata puitis dalam kitab Mazmur masih menjadi kalimat doa orang Yahudi di Tembok Ratapan (Wailing Wall). Tentu ayat dalam Mazmur 42 ini juga digunakan sebagai kalimat doa mereka. Sewaktu masih muda, penulis juga suka menggunakan ayat-ayat ini sebagai kalimat doa.
Juga sampai hari ini, banyak orang Kristen masih menggunakan kata-kata Mazmur sebagai kalimat doanya dan menjadikan ayat-ayat dalam kitab Mazmur sebagai landasan imannya. Ini patut diwaspadai, sebab dengan hal ini, orang Kristen bisa menyamakan standar iman orang Yahudi—umat Perjanjian Lama—dengan umat Perjanjian Baru. Seharusnya tidak demikian, sebab standar iman umat Perjanjian Baru jauh lebih tinggi dibandingkan standar iman umat Perjanjian Lama.
Tentu kita masih menggunakan kitab Perjanjian Lama umumnya dan Mazmur khususnya, sebab di dalamnya termuat banyak pelajaran rohani atau hikmah yang berharga. Tetapi kita harus memaknainya dengan cara yang berbeda dengan cara orang Yahudi memaknainya.
Ketika kita mengatakan bahwa kita seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, kita harus sadar bahwa ketergantungan kita kepada Tuhan bukanlah karena hal-hal yang menyangkut pemenuhan kebutuhan jasmani, sebab itu semua telah disediakan oleh Tuhan (Mat. 6:32). Dengan demikian, kita bisa hidup tanpa kekhawatiran sama sekali, sebab Bapa telah menyediakan apa yang kita butuhkan. Yang penting bagi kita adalah berusaha atau bekerja keras untuk meraihnya.
Maka pernyataan “Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair” harus dimaknai baru. Maknanya adalah, kita membutuhkan Tuhan karena Dialah Pencipta kita. Kita baru menjadi berarti kalau menemukan fungsi kita dalam rencana atau kehendak-Nya. Dia berarti bagi kita, kalau kita menyadari bahwa hanya Dialah kesukaan hidup ini—tidak ada kesukaan yang lain. Dia berarti bagi kita, kalau kita menyadari betapa mengagumkan hikmat dan kebijaksanaan-Nya, sehingga kita mengerti apa yang dikehendaki-Nya untuk kita lakukan.
Kita baru berarti jika menemukan fungsi dalam rencana Tuhan.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar