Renungan Harian Virtue Notes, 4 Pebruari 2011
Merasa Sudah Mengenal
Bacaan: Mazmur 35: 10; 86: 8
35:10 segala tulangku berkata: "Ya, TUHAN, siapakah yang seperti Engkau, yang melepaskan orang sengsara dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya, orang sengsara dan miskin dari tangan orang yang merampasi dia?"
86:8. Tidak ada seperti Engkau di antara para allah, ya Tuhan, dan tidak ada seperti apa yang Kaubuat.
Banyak orang Kristen dewasa ini menyerukan bahwa Allah kita tidak sama dengan allah lain. Ini didasari oleh ayat-ayat dalam Perjanjian Lama. Banyak lagu yang digubah dengan syair yang memuat pernyataan ini, dan jemaat pun menyanyikannya dengan penuh keyakinan dan kebanggaan. Para worship leader dan pengkhotbah pun sering mengucapkan kalimat bernada demikian, “Siapa seperti Allah kita? Tidak ada allah yang seperti Dia!”
Pernahkah kita persoalkan, bagaimana kita tahu bahwa Allah kita berbeda dengan allah agama lain? Apanya yang berbeda? Kita tidak bisa mengatakan di mana perbedaannya, apabila kita tidak mengenal secara mendalam Allah kita, dan mengenal pula allah agama lain.
Bagaimana mungkin seseorang berkata bahwa “suatu barang” yang ada padanya adalah sesuatu yang istimewa kalau ia tidak memahami keistimewaannya? Apalagi kalau ia berkata bahwa apa yang dimilikinya itu berbeda dengan barang lain yang sejenis, tanpa pernah mempelajari atau paling tidak mengenal barang yang sejenis tersebut. Tidakkah itu bodoh? Demikianlah, kenyataannya ada orang Kristen yang bodoh seperti itu. Dengan yakin dan bangga mereka mendeklarasikan Allah kita berbeda, tetapi pernyataan itu tanpa pengertian.
Orang Kristen yang menyatakan bahwa Allahnya berbeda dengan allah yang lain berarti menyatakan bahwa ia sudah mengenal Allah dengan benar dan memahami perbedaannya dengan allah lain. Kalau sebetulnya ia belum mengenal-Nya dengan baik, sebenarnya ini menunjukkan betapa kacaunya kehidupan imannya. Keadaan seperti ini membangun damai semu, ketenangan semu dan iman yang semu pula. Sebab kalau seseorang tidak mengenal Allah yang benar, maka keadaan batiniahnya pun pasti tidak benar.
Sungguh berbahaya kebodohan orang yang merasa sudah mengenal Allah dengan benar, padahal tidak. Ia merasa berhak menasihati, bukan dinasihati. Ia merasa tidak perlu dikoreksi oleh siapapun. Paling parah, kalau ia merasa tidak perlu belajar untuk bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan. Tidak jarang mereka justru menyerang ajaran yang benar atau melawan kebenaran.
Menghadapi hal ini, mari kita terus belajar kebenaran Firman Tuhan dengan benar, agar kita mengenal Allah kita dengan benar pula. Pengenalan ini akan membuka pengertian kita terhadap perbedaan antara Allah yang kita sembah dengan allah lain.
Belajarlah kebenaran Firman Tuhan dengan benar, agar kita mengenal Allah kita dengan benar.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar