Renungan Harian Virtue Notes, 15 Pebruari 2011
Kemenangan Yang Sesungguhnya
Bacaan: Wahyu 3: 19-21
3:19 Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!
3:20 Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.
3:21 Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya.
Dengan menjadi orang yang dikenan Bapa, maka kita akan dapat menerima kemuliaan bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Inilah sukses kehidupan yang dikehendaki Bapa untuk dialami oleh umat pilihan-Nya. Firman-Nya, “Siapa yang menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Aku pun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya.” (ay. 21).
Jangan kita merasa sebagai pemenang—seperti yang sering dinyanyikan dan digembar-gemborkan—sebelum kita melakukan kehendak Bapa seperti Tuhan Yesus, dan memperoleh perkenanan Bapa. Menjadi pemenang bukan hal murahan. Jangan karena sudah menjadi orang Kristen, dan Kristus sudah menang, lalu kita secara otomatis menang juga. Kita baru boleh mengatakan diri kita pemenang, jika kita benar-benar sudah menang. Maka untuk mengetahui apa ukuran kemenangan itu, kita harus menilik kehidupan Kristus, sebagai teladan yang sudah menang.
Kegagalan Adam pertama untuk melakukan kehendak Bapa sehingga diusir dari taman Eden (Kej. 3) sungguh memilukan dan menyakiti hati Bapa. Adam kedua yaitu Tuhan Yesus Kristus bergumul dengan sangat berat dan serius untuk bisa melakukan kehendak Bapa (Ibr. 5:7–9). Ia berhasil menang; Ia taat kepada kehendak Bapa-Nya, bahkan sampai mati di kayu salib. Kemenangan ini merupakan contoh yang harus juga kita ikuti.
Kalau Tuhan Yesus mengatakan, “Ikutlah Aku,” itu juga berarti Ia mengundang kita mengikuti gaya hidup-Nya, sampai pada tingkat sukses menjadi pemenang. Itulah sebabnya dikatakan dalam Alkitab bahwa orang percaya harus menjadi serupa dengan Dia, agar Ia menjadi yang sulung di antara banyak saudara (Rm. 8:29). Menjadi yang sulung artinya Ia terlebih dahulu menang, dan memberi contoh untuk diteladani. Ingatlah bahwa keselamatan adalah usaha Tuhan untuk mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya semula, yaitu menjadi Adam yang dikenan-Nya, bukan Adam yang mengecewakan hati-Nya.
Kabar baiknya, sebagai orang percaya, kita diberi anugerah untuk memiliki kehidupan tersebut. Kalau Allah memberikan kita kesempatan yang tiada ternilai ini, maka seluruh kehidupan ini harus ditujukan untuk hal ini. Meraih kemenangan bukan terjadi secara otomatis, juga tidak secara mistis dengan kuasa adikodrati; tetapi harus dengan usaha keras, serius dan melibatkan seluruh kehidupan ini.
Kita harus meneladani Kristus, agar kita menang dan dikenan Allah, dan dimuliakan bersama dengan Kristus.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar