Renungan Harian Virtue Notes, 18 Pebruari 2011
Dikhususkan Bagi Tuhan
Bacaan: 1 Petrus 2: 9-10
2:9 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:
2:10 kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.
Tidak seperti umat Perjanjian Lama yang membutuhkan Tuhan untuk perlindungan dan segala berkat jasmani-Nya untuk kehidupan mereka, umat Perjanjian Baru tidaklah demikian. Sebagai umat Perjanjian Baru, kita dikhususkan bagi Tuhan sebagai imamat yang rajani, yaitu pelayan-pelayan atau hulubalang-hulubalang yang melayani Sang Maharaja (ay. 9).
Menurut Perjanjian Lama, imamat merupakan tugas dan tanggung jawab suku Lewi yang dikhususkan bagi Tuhan. Mereka tidak perlu mendapat bagian milik pusaka di antara suku-suku bangsa Israel, sebab milik pusaka suku Lewi adalah Tuhan sendiri (Ul. 10:9). Mereka menjadi imam-imam bagi Tuhan.
Demikian pula kita sebagai orang percaya harus berpikir demikian. Dalam Perjanjian Baru, imamat tidak lagi dikhususkan bagi suku Lewi, tetapi semua orang percaya merupakan imam-imam. Sebagai imam, kita boleh datang kepada Tuhan tanpa perantara. Namun di sisi lain, imam tidak memiliki hak milik, dan harus hidup sepenuhnya bagi Tuhan. Bukan berarti tidak perlu bekerja, berkeluarga dan beraktivitas. Kita melakukannya, tetapi hanya untuk kemuliaan Tuhan (1Kor. 10:31).
Manakala kita tiba di wilayah cara hidup imamat ini, barulah kita mengerti nikmatnya kehidupan. Kita tidak merasa memiliki kesenangan lain dalam hidup ini selain melayani Tuhan. Inilah yang ditunjukkan Tuhan Yesus dengan pernyataan-Nya, “Makanan-Ku adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yoh. 4:34). Dalam teks Terjemahan Lama, kata “makanan-Ku” di sini diterjemahkan “rezeki-Ku”. Ini sama dengan nafkah, sumber kehidupan, kegemaran hidup atau sesuatu yang membuat seseorang memiliki kehidupan. Di sini pelayanan dan pengabdian bagi Tuhan bukanlah kewajiban lagi, tetapi kebutuhan. Seakan-akan kita mau berkata, “Aku tidak bisa hidup tanpa melayani Engkau Tuhan. Pelayanan inilah kehidupanku.”
Dengan demikian, marilah kita sadari bahwa Tuhan berarti bagi kita, sebab di dalam Dialah kita memperoleh kehidupan, yaitu melayani-Nya. Ingat, bukan karena kita bisa memanfaatkan Tuhan, tetapi karena Tuhan berkenan memakai kita sehingga turut serta mengambil bagian dalam menggenapi rencana dan kehendak-Nya.
Inilah maksud-Nya menciptakan mahkluk manusia. Manusia diciptakan untuk Pencipta-Nya, bukan untuk dirinya sendiri. Kita harus bisa berseru, “Tuhan tolong agar jangan sampai aku hidup untuk diriku sendiri, tetapi untuk Engkau yang menciptakan aku. Tanpa melayani-Mu, lebih baik aku tidak pernah menjadi manusia.”
Tuhan berarti bagi kita, sebab di dalam Dialah kita memperoleh kehidupan, yaitu melayani-Nya.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar