Renungan Harian Virtue Notes, 5 Pebruari 2011
Memperlakukan Allah Dengan Benar
Bacaan: Yesaya 40: 12-23
40:12. Siapa yang menakar air laut dengan lekuk tangannya dan mengukur langit dengan jengkal, menyukat debu tanah dengan takaran, menimbang gunung-gunung dengan dacing, atau bukit-bukit dengan neraca?
40:13 Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepada-Nya sebagai penasihat?
40:14 Kepada siapa TUHAN meminta nasihat untuk mendapat pengertian, dan siapa yang mengajar TUHAN untuk menjalankan keadilan, atau siapa mengajar Dia pengetahuan dan memberi Dia petunjuk supaya Ia bertindak dengan pengertian?
40:15 Sesungguhnya, bangsa-bangsa adalah seperti setitik air dalam timba dan dianggap seperti sebutir debu pada neraca. Sesungguhnya, pulau-pulau tidak lebih dari abu halus beratnya.
40:16 Libanon tidak mencukupi bagi kayu api dan margasatwanya tidak mencukupi bagi korban bakaran.
40:17 Segala bangsa seperti tidak ada di hadapan-Nya mereka dianggap-Nya hampa dan sia-sia saja.
40:18. Jadi dengan siapa hendak kamu samakan Allah, dan apa yang dapat kamu anggap serupa dengan Dia?
40:19 Patungkah? Tukang besi menuangnya, dan pandai emas melapisinya dengan emas, membuat rantai-rantai perak untuknya.
40:20 Orang yang mendirikan arca, memilih kayu yang tidak lekas busuk, mencari tukang yang ahli untuk menegakkan patung yang tidak lekas goyang.
40:21 Tidakkah kamu tahu? Tidakkah kamu dengar? Tidakkah diberitahukan kepadamu dari mulanya? Tidakkah kamu mengerti dari sejak dasar bumi diletakkan?
40:22 Dia yang bertakhta di atas bulatan bumi yang penduduknya seperti belalang; Dia yang membentangkan langit seperti kain dan memasangnya seperti kemah kediaman!
40:23 Dia yang membuat pembesar-pembesar menjadi tidak ada dan yang menjadikan hakim-hakim dunia sia-sia saja!
Selama seseorang belum mengenal Allah dengan benar, maka ia tidak akan bisa bersikap benar terhadap-Nya. Selama ini, tanpa disadari sikap banyak orang Kristen terhadap Allah kita sama seperti sikap umat agama lain terhadap allah mereka. Ini selain karena mereka tidak mengenal Tuhan dengan benar, juga akibat pengaruh ajaran agama lain yang merasuki pikiran orang Kristen.
Keadaan serupa pernah terjadi di zaman Yesaya. Bangsa Israel memperlakukan YHWH seperti bangsa-bangsa kafir memperlakukan dewa mereka. Dalam pernyataan-Nya, tampak sekali kesalahan bangsa itu, “Jadi dengan siapa hendak kamu samakan Allah, dan apa yang dapat kamu anggap serupa dengan Dia?” (ay. 18).
Fenomena serupa terjadi dalam kehidupan orang Kristen hari ini. Memang mereka tidak menganggap Allah dapat digambarkan sebagai patung, tetapi pada hakikatnya mereka memperlakukan-Nya sama dengan orang kafir memperlakukan kuasa di luar Tuhan yang benar. Mereka menghampiri Allah yang mereka percayai dengan dilandasi motif supaya diberkati, supaya diperkaya, supaya disembuhkan. Mereka menghampiri-Nya karena Ia ada manfaatnya bagi mereka. Inilah yang disebut sebagai “asas manfaat”. Sebagai umat Tuhan, seharusnya yang kita persoalkan saat datang kepada-Nya adalah bagaimana kita menjadi hamba yang melayani; bagaimana kita dimanfaatkan Tuhan.
Seperti orang agama lain memanggil nama allah mereka untuk kepentingan mereka, juga orang Kristen menggunakan nama Tuhan secara tidak hormat, seolah-olah itu berkekuatan gaib seperti mantra. Mereka menganggap “Dalam nama Yesus” apa saja yang mereka kehendaki dapat terwujud. Apakah Tuhan Yesus sama dengan jin lampu ajaibnya Aladin? Tidak! Tuhan tidak bisa diatur (ay. 13–14). Hargailah nama Tuhan (Kel. 20:7). Penghargaan ini diwujudkan dalam sikap hidup kita yang tidak berusaha mencoba mengatur-Nya.
Akibat tidak mengenal Allah dengan benar dari kacamata Injil, banyak orang Kristen memperlakukan Tuhan seperti umat Israel memperlakukan YHWH di zaman Yesaya. Kita harus mengerti bahwa kita adalah anak-anak Tuhan. Sebagai anak, tidak perlu kita berharap pertolongan-Nya dalam segala masalah hidup, sebab Bapa pasti melindungi dan menyediakan segala berkat-Nya (Mat. 6:32). Kita harus yakin bahwa Ia pasti memelihara kita tanpa diminta. Adapun yang menjadi bagian pergumulan utama kita adalah bagaimana mengerti kebenaran Injil, dan masuk ke dalam rencana-Nya untuk menjadi mempelai yang layak dipersandingkan dengan Dia.
Pahami kebenaran Injil agar kita dapat memperlakukan Allah dengan benar.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar