Renungan Harian Virtue Notes, 10 Pebruari 2011
Aku Percaya
Bacaan: Roma 10: 9-11
10:9 Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.
10:10 Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.
10:11 Karena Kitab Suci berkata: "Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan."
Kalau ditanya, “Percayakah Saudara kepada Tuhan Yesus Kristus?” maka orang Kristen pasti menjawab, “Ya, saya percaya.” Sayangnya banyak dari orang Kristen belum mengerti apa artinya percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Mereka menganggap yang dimaksud percaya adalah bersikap setuju terhadap sesuatu, dalam hal ini setuju bahwa Tuhan Yesus adalah Juruselamat dunia. Sikap setuju tersebut mereka anggap sudah cukup sebagai iman yang benar, dan dengan itu, mereka merasa aman, tenang dan berkeyakinan bahwa mereka adalah umat pilihan Allah yang sudah selamat dan layak dipermuliakan bersama Tuhan Yesus Kristus. Tinggal membuat Allah senang dengan memenuhi kewajiban mereka dengan cara rajin ke gereja, berdoa, menyanyikan pujian, dan mengambil bagian dalam aktivitas gereja.
Dalam teks bahasa Yunani, kata “percaya” adalah πιστεύω (pistévō) yang selain berarti “memercayai” atau “meyakini”, juga berarti “memercayakan diri kepada” atau “menyerahkan diri kepada”. Ini berarti kalau seseorang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus, ia harus menyerahkan dirinya kepada Tuhan Yesus. Menyerahkan diri di sini maksudnya adalah bersedia melakukan apa saja yang diperintahkan-Nya dan dikehendaki-Nya.
Yang dikehendaki Tuhan Yesus adalah mengikut Dia; mengikuti jejak-Nya dan gaya hidup-Nya. Itulah sebabnya setiap orang percaya harus memiliki pikiran dan perasaan Kristus (Flp. 2:5–7). Seseorang yang sungguh-sungguh memiliki pikiran dan perasaan Kristus, pastilah menjadi “manusia lain” dalam dunia ini. Maksudnya bukan menjadi manusia aneh atau nyentrik, tetapi menjadi manusia yang berpola pikir dan bergaya hidup yang berbeda dengan mereka yang tidak percaya kepada Tuhan Yesus.
Ini berarti jika seseorang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus tetapi masih berpola pikir dan bergaya hidup serupa dengan orang yang tidak percaya kepada Tuhan Yesus, berarti ia belum percaya secara benar. Berkenaan dengan hal ini, Paulus menulis, “Jangan serupa dengan dunia ini” (Rm. 12:2). Itulah tanda yang memperlihatkan apakah seseorang benar-benar percaya kepada Yesus atau tidak.
Tanpa kepercayaan yang benar kepada Yesus, kita tidak layak menjadi umat Tuhan di dalam Kerajaan-Nya. Hari ini kita masih diterima di gereja, tetapi saatnya nanti kita tidak akan diterima dalam perhimpunan orang saleh dalam Kerajaan terang yang abadi. Marilah tilik hati kita, sudahkah kita benar-benar percaya kepada-Nya dengan mengikuti dan melakukan apa yang dikehendaki-Nya? Bertobatlah.
Tanpa kepercayaan yang benar kepada Yesus, kita tidak layak menjadi umat Tuhan di dalam Kerajaan-Nya.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar